----Suka Duka Menjalani Ramadan Tahun Ini---
Kadang kehadiran orang tua terutama mama yang selalu mau tahu urusan kita, anaknya, sungguh menyebalkan. Kita merasa kekepoannya mengganggu bagian terdalam dari diri kita. Apalagi jika sudah mulai memberi tanggapan atas keputusan yang kita yakini sudah benar.
Dahulu, sebelum saya menjadi tua yang sesungguhnya, perasaan itu selalu muncul terhadap mama, walaupun berusaha menjaga diri terutama lisan untuk tidak membantah Beliau, tetapi terkadang keceplosan juga.
Tipikal mama yang perfeksionis, rajin, rapi dan selalu bekerja cepat dan lincah bertolak belakang dengan sifat saya yang cenderung santai dan tidak terlalu pusing dengan urusan domestik.
Karenanya saya tidak pernah dianggap bisa menyamai kesigapan Beliau untuk urusan domestik.
Seiring dengan waktu, mama semakin renta dan saya pun menuju masa lansia, saya mulai ikut merasakan perasaan mama yang selalu merasa kesepian terutama memasuki bulan Ramadan.
Saya berusaha mendekatkan hati dan diri saya dengan banyak bertanya tentang apa saja kepada Beliau, terutama resep-resep masakan yang Beliau kuasai dan sering masak untuk saya dan saudara-saudara.
Tiga Ramadan Terakhir
Akhirnya Mama merelakan dirinya membayar fidia setelah beberapa kali jatuh sakit karena memaksakan diri berpuasa. Saya dan adik-adik membujuk Beliau dengan berbagai cara, misalnya memperdengarkan ceramah tentang puasa dan fidia. Kami tahu bahwa Beliau paham tentang puasa dan fidia, sayangnya semangatnya untuk beribadah tak sejalan dengan keadaan fisiknya.
Fisiknya memang melemah, tetapi daya ingatnya masih bagus bahkan ketajaman pendengaran dan penglihatannya kadang mengalahkan pendengaran dan penglihatan kami, anak-anaknya.
Beliau sering terkekeh manakala ada sesuatu yang kami lupa sedangkan beliau sangat ingat, atau ada sesuatu yang kurang jelas kami dengar sedangkan telinga beliau sangat awas.
Kelebihan Beliau itulah yang saya jadikan alasan untuk semakin mendekatkan hati dengan cara meminta diajari memasak. Alhamdulillah, Beliau sangat gembira meladeni permintaan saya.
Maka tiga Ramadan terakhir menjadi ajang bagi saya mempraktikan berbagai resep makanan yang diajarkan mama.
Setiap selesai menulis resep yang Beliau sebutkan, maka esoknya saya akan berusaha mempraktikkannya. Saat itulah saya akan bolak-balik dari dapur menuju kursi roda mama untuk mengecek, apakah saya sudah berhasil mempraktikkan resepnya atau belum, bahkan untuk sekadar mengecek rasanya, mengingat beliau sedang tidak berpuasa.
Tidak sedikit resep yang diajarkan mama sudah pernah saya praktikkan, tetapi demi menghargai Beliau, saya pura-pura tidak tahu. Saya bahagia melihat senyum kepuasan dari bibirnya manakala saya berhasil mempraktikkan arahannya. Setidaknya, beliau merasa masih dibutuhkan.
Bukankah merasa dibutuhkan itu jauh lebih menyenangkan daripada tidak dibutuhkan?
Tiga Ramadan terakhir adalah masa-masa terindah saya bersama Mama. Mendengarkan ceritanya, keluhannya juga meraup sebanyak-banyaknya hikmah atas apa yang Beliau rasakan.
Uniknya, mama lebih suka mendengarkan cerita-cerita anak-anaknya, dari cerita gembira hingga keluh kesah.
Walaupun kami merahasiakan sesuatu atau menyembunyikan perasaan yang tidak bagus, demi menjaga perasaannya, tetapi instingnya yang tajam bisa dengan mudah menebak apa yang kami alami dan rasakan, maka kembali lagi, kami curhat ke beliau.
Ramadan Sepi Tanpa Kehadirannya
Inilah Ramadan pertama kami tanpa kehadirannya. Beliau telah dipanggil oleh Allah Subhanahu wataala. Tidak ada lagi tempat saya bertanya tentang makanan atau minuman apa yang sebaiknya dihidangkan untuk buka puasa atau untuk sahur.
Saya menjalani awal-awal puasa tahun ini bagai berjalan tanpa arah, terutama untuk urusan dapur. Saya sibuk menyimak postingan konten kreator makanan, sekalipun ujung-ujungnya tidak bisa saya praktikkan.
Yaah, selera saya masih selera tradisionil sama seperti selera mama. Dan, lagi-lagi saya merindukan mama.
Ini masih Ramadan, bagaimana dengan lebaran nanti?
Kebiasaan keluarga besar kami, adalah adik-adik dan keluarganya datang ke rumah mama untuk bersalam-salaman serta mencicipi makanan khas lebaran yang dimasak oleh adik saya atas arahan mama.
Apakah lebaran nanti masih bisa begitu?
Siapa yang dituju adik-adik?
Ah, belum apa-apa, saya sudah melow sendiri.
Bangkitlah! Ramadan Itu Istimewa
Pada akhirnya, kita harus selalu siap atas kehilangan. Sebesar apa pun kecintaan kita, cinta Allah jauh lebih besar dan istimewa. Bukankah kehadiran Ramadan membawa kabar bahagia dan menjanjikan banyak kebaikan dan pahala berlimpah?
Lihatlah!
Keistimewaan Ramadan
Betapa banyak keistimewaannya terlepas dari apa yang telah tertulis dalam kitab Al Qur’an dan petunjuk Rasulullah dalam hadis-hadisnya.
Spiritual Connection
Ramadan memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk mendekatkan diri pada Allah dengan melakukan ibadah, seperti salat, membaca Al-Quran, dan berzikir. Hal ini memperkuat hubungan spiritual dan meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai kebaikan.
Kebersamaan dan Solidaritas
Sekalipun kita kehilangan orang yang kita cintai, tetapi Ramadan seringkali menjadi momen kebersamaan di antara anggota keluarga lainnya juga dengan komunitas. Berbuka puasa bersama, menyantuni yang membutuhkan, dan berbagi rezeki dengan sesama merupakan nilai-nilai yang ditingkatkan selama Ramadan.
Peningkatan Kepatuhan
Puasa Ramadan memperkuat disiplin diri dan kesadaran akan ketaatan pada ajaran agama. Hal ini dapat membantu kita untuk mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya amal ibadah.
Kesadaran Sosial
Ramadan juga menjadi waktu yang tepat untuk merenungkan keadaan orang-orang yang kurang beruntung. Banyak umat Islam yang menggunakan kesempatan ini untuk melakukan amal dan menyumbangkan bagi yang membutuhkan.
Empat keistimewaan Ramadan di atas dilihat dari sisi sukanya. Apakah ada dukanya? Tidak ada sih, melainkan lebih tantangan dan kesulitan selama menjalani ibadah pusa di bulan Ramadan
Tantangan dan Kesulitan dalam Ramadan
Melatih Kesabaran
Menahan diri dari makanan, minuman, dan aktivitas yang dilarang selama berjam-jam memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi. Terutama dalam kondisi cuaca panas atau di wilayah yang memiliki hari yang panjang.
Penyesuaian Pola Makan
Pada awal Ramadan, tubuh perlu menyesuaikan diri dengan perubahan pola makan yang drastis. Hal ini dapat menyebabkan perubahan mood dan kelelahan selama beberapa hari pertama puasa.
Jadwal yang Padat
Bagi sebagian orang, menjalani ibadah puasa di tengah kesibukan sehari-hari bisa menjadi tantangan. Jadwal kerja, perkuliahan, atau tugas sehari-hari seringkali harus disesuaikan dengan kegiatan ibadah selama bulan Ramadan.
Temptasi Konsumsi Makanan
Di tengah-tengah pasar yang ramai dengan hidangan lezat untuk berbuka puasa, godaan untuk melanggar puasa bisa menjadi sulit untuk ditahan.
Dengan semua suka duka yang ada, Ramadan tetap menjadi waktu yang penuh berkah bagi umat Islam. Hal ini membawa kesempatan untuk memperdalam iman, meningkatkan hubungan sosial, dan merasakan kebersamaan dalam menjalankan ibadah.
Maka marilah menikmati Ramadan dan menjalani ibadah-ibadahnya dengan segala suka cita, semoga keberkahan Ramadan menjadi alasan bagi Allah Subhanahu wataala untuk menyinari kita dengan berkah-Nya. Amin ya rabbal alamin.
Makassar, 19 Maret 2024
Dawiah
Post a Comment