Mengenal Konsep Keberagaman Peserta Didik di Sekolah Inklusi

Tuesday, January 12, 2021

 

                                      

Keberagaman Peserta Didik di Kelas Inklusi


Apakah yang kalian ketahui tentang  keberagaman peserta didik?

Sebelum menjawab, mari kita mengulik arti dari keberagaman itu sendiri.

Sejak lahir kita telah terbiasa dengan keberagaman. Melihat ayah yang berbeda dengan ibu kita dan mengamati orang-orang di sekitar yang berbeda satu sama lain, baik berbeda secara fisik, sifat, maupun karakternya.

Dengan kata lain, kita adalah bagian dari sekumpulan keberagaman yang ada di dunia, karena semesta diciptakan dengan keberagaman.

Pengertian tentang keberagaman manusia pada dasarnya sama dengan keberagaman peserta didik. Namun, pengertian keberagaman peserta didik di sekolah inklusi memiliki karakter tersendiri.

Hal inilah yang akan saya bagikan kepada kalian, sebagai hasil mengikuti kegiatan Bimtek GPK (Guru Pembimbing Khusus) beberapa waktu lalu, tepatnya  pada tanggal 24 September sampai dengan tanggal 3 Oktober 2020.

Catatan tentang kegiatan Bimtek GPK saya tuliskan juga di sini dan di sini

 

Bentuk Keberagaman Peserta Didik

 

Masyarakat beragam karena setiap individu yang ada di dalamnya juga beragam. Ya, kita memandang bahwa keberagaman itu adalah sesuatu yang normal. Demikian pula yang terjadi di sekolah, peserta didik beragam dan kelas merupakan bentuk kecil dari keberagaman yang ada di masyarakat.

Penamaan istilah “peserta didik” kepada siswa di sekolah saat ini, dianggap sudah tepat, mengingat cara pandang ini yang lebih positif dan dapat mengakomodasi keberagaman peserta didik dalam melihat kebutuhannya.

Secara garis besar, ada empat  bentuk keberagaman peserta didik, yaitu:

 

Keberagaman Fisik

 

Jelas terlihat bahwa peserta didik beragam fisiknya. Ada yang tinggi, sedang, pendek untuk ukuran dalam kelasnya. Ada yang gemuk, sedang, dan ada pula yang kurus. Jenis kelamin beragam, ada laki-laki dan ada perempuan. Ada peserta didik yang memiliki fungsi standar dan kelengkapan pada anggota tubuhnya, ada juga yang tidak.

 

Keberagaman Sensorik

 

Keberagaman sensorik dapat dilihat dari adanya peserta didik yang memiliki penglihatan atau  pendengaran tanpa hambatan. Ada pula peserta didik yang memiliki hambatan penglihatan atau hambatan pendengaran.

 

Keberagaman Sosial Ekonomi dan Demografis

 

Peserta didik memiliki keberagaman sosial ekonomi. Misalnya, ada peserta didik dari keluarga kaya, sedang, dan ada pula peserta didik yang berasal dari keluarga tak mampu.  Ada peserta didik yang tinggal di pedesaan ada pula yang tinggal di perkotaan, ada yang tinggal di perumahan ada pula yang tinggal di perkampungan.

 

Keberagaman Jenis Lainnya

 

Keberagaman jenis lainnya ini menyangkut dengan adanya hambatan perilaku dan emosi, kesulitan belajar spesifik, autis, dan sebagainya.

 

Konsep keberagaman peserta didik

Keberagaman Kemampuan Dalam Diri

 

Selain keempat bentuk keberagaman peserta didik tersebut di atas, terdapat pula keberagaman kemampuan yang ada di dalam diri peserta didik. Keberagaman kemampuan itu terdiri atas 10 jenis.

  1. Kemampuan sensoris
  2. Kemampuan kinestetik
  3. Kemampuan matematis
  4. Kemampuan berbahasa
  5. Kemampuan musikal
  6. Kemampuan religius
  7. Kemampuan memahami alam
  8. Kemampuan menguasai diri
  9. Kemampuan spasial
  10. Kemampuan bekerjasama dengan orang lain

 

Kesepuluh keberagaman kemampuan peserta didik tersebut sejalan dengan Mulitiple Intelegencies yang dikemukakan oleh Howard Gardner, bahwa setiap peserta didik memiliki satu atau lebih jenis kecerdasannya, tanpa melihat mana yang lebih menonjol.

Howard Gardner mengemukakan 8 jenis kecerdasan manusia, yakni;

  1. Kemampuan menggunakan nalar dan hubungan logis suatu peristiwa, menguasai penggunaan angka dan sebab akibat dengan baik yang disebut kecerdasan Logis Matematis.
  2. Kemampuan menggunakan kata baik secara verbal maupun tulisan, seperti yang dimiliki oleh orator dan penulis. Kemampuan ini disebut kecerdasan bahasa.
  3. Peserta didik  yang memiliki kecerdasan musikal adalah anak yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap irama, melodi ataupun warna suara. Mereka berbakat menjadi penyanyi atau komposer.
  4. Kecerdasan spasial visual merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam metransformasikan warna, garis, bentuk, dan ruang serta hubungan yang terjadi di dalamnya.
  5. Peserta didik yang memiliki kemampuan fisik seperti berolahraga dengan baik atau mampu melenturkan tubuhnya bagai penari merupakan kecerdasan kinestetik.
  6. Kemampuan menangkap ekspresi wajah, suara, gerak tubuh seperti yang biasa dimiliki oleh psikolog maupun pekerja sosial dikategorikan sebagai kecerdasan interpersonal.
  7. Sebaliknya, kemampuan untuk memahami diri sendiri seperti yang dimiliki spiritualis, penulis maupun psikologi, oleh Gardner dikategorikan sebagai kecerdasan intrapersoal.
  8. Dan, yang terakhir adalah kecerdasan naturalis. Suatu kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik yang mampu mengenali benda-benda fisik yang ada di alam. Kemampuan ini bisanya dimiliki oleh ahli biologi, aktivis pencinta alam maupun lingkungan.

 

Keberagaman Peserta Didik di Sekolah Inklusi

 

Di sekolah inklusi terdapat dua jenis peserta didik, yaitu peserta didik reguler dan PDBK (peserta didik berkebutuhan khusus).

Peserta didik reguler adalah peserta didik yang tidak memiliki hambatan yang berarti pada sisi fisik, mental kognitif maupun pada sensori. Mereka dapat mengikuti pembelajaran tanpa memerlukan layanan pendidikan khusus.

Sedangkan peserta didik berkebutuhan khusus adalah peserta didik mereka yang memiliki hambatan signifikan, baik pada fisik, mental kognitif, maupun sensorik. PDBK ini memerlukan layanan kebutuhan pendidikan khusus untuk dapat belajar bersama siswa reguler.

Perbedaan kedua jenis peserta didik itu lebih tepat disebut sebagai keberagaman peserta didik.

Satu hal yang harus dipahami tentang sekolah inklusi, bahwa sekalipun terdapat dua jenis peserta didik, yaitu peserta didik reguler dan PDBK, tetapi semua peserta didik berhak mendapatkan pelayanan pembelajaran demi meningkatkan kualitas hidupnya tanpa kecuali.

Hak peserta didik itu berupa to live, to love, to play, dan to work, yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

 

To Live


To live artinya setiap peserta didik di sekolah inklusi berhak mengembangkan potensinya tanpa harus terhalangi atau dibatasi oleh kondisi hambatan yang dimilikinya. Keberadaan peserta didik berkebutuhan khusus merupakan tantangan bagi guru dalam  berkreasi untuk mengakomodasi layanan pembelajaran bagi peserta didiknya.


To Love


Peserta didik di sekolah inklusi harus merasa terlindungi. Guru harus bisa menciptakan aktivitas pembelajaran yang ramah, nyaman serta harus mengembangkan sikap peserta didik untuk saling menyayangi, mencintasi satu sama lain.

 

To Play


Peserta didik di sekolah inklusi harus bisa bebas bermain dan melakukan aktivitas pembelajaran baik sendiri-sendiri maupun secara berkelompok.  Peserta didik berkebutuhan khusus tidak boleh dihalangi untuk ikut berkompetisi ataupun melakukan aktivitas permainan di kelas maupun di lingkungan sekolah. Misalnya, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan perlombaan.

 

To Work


Peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan dirinya demi mengembangkan potensinya yang nantinya akan berguna dalam memasuki dunia kerja secara mandiri.

Keempat hak peserta didik itu merupakan indikator kualitas hidup setiap peserta didik, baik peserta didik reguler maupun peserta didik berkebutuhan khusus.


Menilik daripada keberagaman peserta didik baik peserta didik reguler maupun peserta didik berkebutuhan khusus, maka sangat penting setiap guru wajib menciptakan suasana kebersamaan dalam berbagai aktivitas agar seluruh peserta didik membaur dan saling interaksi satu sama lain.


Penutup


Saya bersyukur telah mengikuti kegiatan bimbingan teknik GPK, karena setelah mengikuti kegiatan itu, saya menemukan banyak ilmu dan wawasan saya bertambah terutama tentang pendidikan inklusi.

Walaupun usia pengabdian saya  dalam dunia pendidikan sudah melebihi 30 tahun, tapi saya merasa masih saja kurang informasi dan kurang ilmu dalam memaknai pendidikan itu sendiri.

Bagaimana saya dulu, waktu awal-awal menjadi guru, selalu merasa lebih pintar dari murid-murid saya sehingga mereka tidak berhak banyak tahu dan melebihi tahunya saya sebagai guru.

Duh, saya merasa berdosa mengingat kefakiran ilmu saya itu.

Bahkan di masa-masa itu, saya memandang murid-murid saya harus seragam pengetahuannya, seragam isi kepalanya sebagaimana pakaian mereka yang seragam.

Namun, saya wajib berterima kasih kepada diri sendiri atas usaha untuk terus belajar tanpa henti hingga saat ini.

Semoga dengan adanya pemahaman tentang keberagaman ini, wawasan saya semakin bertambah dan semua yang berkiprah dalam dunia pendidikan dapat lebih membuka hatinya dan menerima perbedaan keyakinan, fisik, gender, latar belakang keluarga, harapan, kemampuan, dan kelebihan sebagai sebuah anugerah dari Allah Swt.


Makassar, Januari 2021

Dawiah


Referensi:

Materi Diklat GPK







Read More

Terima Kasih Lupa

Friday, January 8, 2021

 


 

Saya patut berterima kasih kepada diri sendiri karena telah menerima hal buruk yang terjadi di masa lalu dengan melupakannya. Bukan pura-pura lupa, tetapi memang lupa selupa-lupanya. Kecuali beberapa hal yang menyakitkan berupa perlakuan culas, ini yang masih saya perjuangkan untuk melupakannya.

Saya berterima kasih kepada sifat lupa yang diciptakan oleh Allah Swt. Andai tak ada sifat itu betapa merepotkannya hidup saya.

Saya pasti akan terus mengingat kemarahan bapak ketika dulu saya keluar malam-malam bersama teman perempuan, bapak mengangkat kursi tinggi-tinggi lalu ia pukulkan ke paha saya. Bukan sakitnya paha yang saya tangisi, tetapi tuduhan orang tua teman saya itu. Mereka bilang, anaknya menjadi liar akibat berteman dengan saya, padahal saya yang dijadikan tameng bahkan menjadi ‘obat nyamuk” menunggui dia yang sedang pacaran.

Saya akan terus menangisi perbuatan  seorang laki-laki yang pernah melakukan cara tak baik agar saya bisa menjadi istrinya, dan akibat perbuatannya hubungan kekeluargaan kami terputus lama.

Saya akan terus mengumpat dan memelihara kemarahan kepada dia yang tak pernah saya temui tetapi  sosoknya sangat melekat dalam pikiran, sebab cerita bapak tentangnya adalah  sosok laki-laki yang pernah membuat bapak sakit pada usia muda dan terus sakit-sakitan hingga berpulang ke haribaan-Nya.

Sifat lupa itu pula yang mengingatkan saya untuk tersenyum kepada orang yang pernah memfitnah saya dengan sangat keji. Merangkul bahunya saat ia dilanda musibah padahal saya tahu, dialah orang yang pernah menjatuhkan saya dengan cara yang tak elok.

Terima kasih lupa. Karena kehadiranmu telah menjadikan hati saya dipenuhi kata maaf.

Memaafkan orang-orang yang menyapa dengan ramahnya, “ibu hamil lagi?” Padahal ia tahu kalau saya sudah menopause.

Memaafkan diri saya sendiri karena tak sanggup melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh orang terhadap saya. Memaafkan masa lalu yang buruk dan menerimanya sebagai bagian dari perjalanan hidup saya.

Bersyukur atas rahmat Allah Swt yang telah memberikan kesempatan yang banyak sekali untuk melalui semua itu, menatanya dengan baik sehingga terlihat baik-baik saja.

Saya bersujud memohon ampun dan mengucap puja-puji atas karunia-Nya karena Dia Sang Penyimpan rahasia terbaik telah menutupi aib-aib saya, sembari memohon, jangan buka aib saya ya Allah.

Saya takut.

Jika Dia membuka aib-aib saya yang tak terhitung jumlahnya itu, maka pastilah saya akan pingsan menciumi baunya yang sangat busuk. Orang-orang akan muntah dan mungkin mati keracunan akibat menghirup bau busuk dari aroma aib saya itu.

Jangan ya  … jangan lakukan itu ya Allahku.  Kasihanilah saya, kasihanilah orang-orang itu, mereka akan terimbas padahal mereka tak bersalah.

 

Terima kasih lupa.

Kehadiranmu telah menolong rasa sakit tak terkira saat melahirkan anak-anak saya. Andai sakit itu tak terlupakan, saya tak mungkin mau melahirkan sampai empat kali setelah mengalami persalinan pertama.

Terima kasih lupa. Jika tidak, saya pasti akan terus-terusan mencakar muka suami, mengingat ia pernah membentak saya karena saya ngomelin dia terus, hanya karena ia menyimpan handuk basanya di atas ranjang. Saya tahan beradu argumentasi berhari-hari dengan dia asal saya jangan dibentak. Itu sangat menyakitkan.

Terima kasih, karena saya sering lupa dengan kebiasaan buruknya yang menggoda saat saya sedang serius menulis atau membaca. Ia dengan santainya membawa gitar ke dalam kamar, memetik dawainya sambil menyanyikan lagu nostalgia padahal saya sedang stress dikejar deadline.

Terima kasih, wahai  jiwa yang telah setia menemani diri yang lemah ini.

Saya terus berjuang melupakan perbuatan apapun yang buruk dari orang lain dan berusaha mengingat perbuatan buruk yang pernah saya lakukan kepada mereka, agar senantiasa menjadi pengingat buat diri, untuk tidak melakukannya lagi.

Karena tidak semua orang mampu memelihara sifat lupanya, sebagaimana tidak semua orang memiliki sifat pemaaf.

Tahun 2020 telah berlalu, saya mau melupakan semua hal buruk yang terjadi pada waktu itu. Semoga berganti dengan hal baik pada tahun ini, 2021 dan pada tahun-tahun selanjutnya.

Mari berpelukan. Maafkan jika saya pernah melakukan hal buruk terhadap kalian. Lupakanlah, asal jangan melupakan sosok saya yang masih setia memaafkan. 

Jangan sungkan membaca cerita lainnya di blog ini.

Bermunajat dan bermuhasabah

Renungan satu dekade


Makassar, Januari 2021

Dawiah 


Read More

9 Kemampuan yang Harus Dimiliki Agar Dapat Menjadi Guru Hebat

Monday, January 4, 2021

Menjadi guru hebat adalah harapan semua guru, dan harapan itu juga selalu diimpikan oleh peserta didik, orang tua peserta didik, dan  pemerintah.

Kenapa demikian?

Sebab salah satu tugas guru adalah  mencerdaskan bangsa. Jika guru hebat, maka diharapkan anak didiknya juga kelak akan menjadi orang yang hebat.

Namun, menjadi guru hebat tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, perlu usaha dan kerja keras serta tekad yang kuat untuk memenuhi berbagai syarat agar bisa disebut  sebagai guru hebat.

Mulyana A.Z dalam bukunya, “Rahasia Menjadi Guru Hebat” mengemukakan sembilan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai syarat menjadi guru hebat. Apa sajakah itu? Yuk, mari menyimak uraian berikut.




1. Mengenali Kompetensi Diri


Sebagai guru, sudah sepatutnya ia mengenali kemampuan apa yang dimiliki. Menggali dan mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. Karena begitu banyak guru yang memiliki kompetensi, tetapi masih terlena dengan rutinitas mengajar semata, padahal andaikan setiap guru mengetahui kompetensinya selain mengajar, lalu mengembangkan secara maksimal maka alangkah hebatnya guru tersebut.

Sebagai contoh, seorang guru mata pelajaran musik, selain mengajarkan teori-teori tentang musik, guru tersebut juga mampu memainkan biola atau gitar, piano atau apapun itu. Maka secara langsung dapat dikatakan bahwa guru tersebut memiliki kompetensi diri yang sejalan dengan mata pelajaran yang diampunya.


2. Mempunyai Mimpi untuk Menjadi Hebat


Sebelum menjadi guru hebat, maka bangunlah impian itu terlebih dahulu.  Bermimpi menjadi guru hebat bukanlah semata-mata khayalan saja, melainkan sebuah cita - cita yang harus diwujudkan. Tentu saja diiringi dengan usaha keras, bekerja dengan tekun dan terus menggali kompetensi diri.

Kemampuan bermimpi yang besar yang diiringi dengan kemampuan untuk mewujudkannya,  merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru, apabila bercita-cita menjadi guru hebat.


3. Mampu Mengelola Pembelajaran dengan Baik


Pengelolaan kelas yang baik akan menjadikan kelas yang dimasuki menjadi “hidup” dan peserta didik senang dan bersemangat belajar. Mengelola kelas berarti mengorganisir kelas dengan baik. Pengorganisasian itu hanya dapat dilakukan dengan tepat apabila disertai dengan perencanaan yang matang, seperti penyusunan perangkat pembelajaran, yakni pengembangan silabus dan pembuatan RPP.

Selain itu, pelaksanaan pembelajaran di kelas yang dimulai dengan apersepsi atau motivasi, penyampaian materi pembelajaran, diskusi atau tanya jawab atau eksperimen lalu diakhiri dengan evaluasi.

 

4. Membuat Perencanaan yang Matang


Kemampuan membuat rencana yang matang, menyusunnya dengan teliti lalu mengeksekusi rencana-rencana tersebut, adalah salah satu kemampuan dari guru yang hebat. Perencanaan itu disusun sedemikian rupa sehingga memicu semangat guru untuk mengerjakannya satu demi satu.

 

5. Kemampuan Menguasai Komunikasi


Perkembangan informasi dan komunikasi semakin tidak terbendung. Komunikasi seakan-akan sudah menjadi kebutuhan dasar manusia, walaupun belum dapat menggantikan atau disamakan dengan kebutuhan pokok manusia seutuhnya.

Namun, kebutuhan ini sudah menjadi kebutuhan vital, terutama bagi anak milenia. Mereka rela tidak jajan demi membeli pulsa dan kuota, demi memenuhi  kebutuhannya terhadap komunikasi.

Nah, sebagai guru, jangan mau kalah sama pelajar-pelajar tersebut. Kuasi dengan baik media komunikasi, karena begitu banyak informasi yang berhubungan dengan pendidikan dan dapat dengan mudah diakses lewat internet. Jangan sampai anda sebagai guru tergolong guru yang gagap teknologi.


6. Membangun Tim Kerja yang Kuat


Perlukah guru memiliki tim kerja? Siapa saja yang bisa menjadi tim kerjanya?

Pertanyaan ini bisa saja dilontarkan oleh sebagian orang, karena yang mereka pada umumnya ketahui, guru itu bekerja sendiri, hanya bertatap muka dengan siswanya, paling-paling bertemu dengan sesama guru dan kepala sekolah.

Jangan salah, di sekolah terdapat banyak elemen-elemen yang turut bekerja sama demi kemajuan pendidikan baik secara umum maupun khusus pada sekolahnya. Misalnya staf tata usaha, petugas unit kesehatan sekolah atau UKS, satpam, pesuruh. Kesemuanya itu adalah personil-personil sekolah yang harus menjadi tim kerja guru.

 

7. Mampu Membangun Networking yang Kuat

 

Membangun jaringan bagi guru juga diperlukan, tujuannya adalah guru dapat meningkatkan kompetensinya. Jaringan antara guru dengan guru saja, apabila berjalan dengan baik maka komunikasi antara guru dengan guru lainnya akan menjadi lancar, hingga akhirnya mereka bahu membahu menjalankan tugas dengan baik.

Jaringan di luar sekolah, seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran atau MGMP, cukup mempengaruhi peningkatan kualitas guru. Karena melalui komunitas itu, guru akan mendapatkan informasi-informasi yang bertujuan dalam peningkatan kualitasnya. Maka pada akhirnya akan mengarahkan guru menjadi guru yang hebat.

 

8. Menguasai Metode Pembelajaran dengan Baik


Kepiawaian seorang guru dalam mengajar ditentukan oleh seberapa banyak metode pembelajaran yang dikuasai oleh guru tersebut. Bukan hanya pengetahuan secara teori tetapi langsung menerapkannya di dalam kelas.

Setiap metode yang digunakan haruslah sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Karena tidak semua metode pembelajaran cocok dan pas dengan materi pelajaran. Ada materi pelajaran tertentu tidak akan pas menggunakan satu metode tetapi lebih cocok dengan metode lainnya. Oleh karena itu, guru yang hebat sudah mampu menentukan dengan cerdas, materi apa dan metode pembelajaran apa yang sesuai.


9. Mempunyai Semangat Belajar  yang Kuat


Guru tidak boleh malas belajar. Ilmu pengetahuan berkembang terus, oleh sebab itu jika guru ingin meraih predikat guru hebat, maka jangan malas dan sungkan untuk menambah dan memperbaharui ilmunya. Maka belajar dan teruslah belajar.

Demikian. Semoga bangsa Indonesia semakin banyak memiliki guru-guru yang hebat, agar dapat menghasilkan generasi penerus yang hebat pula.

 

 

 


Read More