Di Sini Kisah Dimulai Part 2

Friday, June 19, 2020

Di Sini Kisah Dimulai

Di sinilah Kisah Dimulai Part 2

Kesan pertama saat memasuki Kompleks Kapoposang adalah serasa memasuki suatu kompleks perumahan yang tak berpenghuni. Rumah-rumah yang  dipenuhi sarang laba-laba dan sampah yang berserakan. Ibarat memasuki suatu rumah dengan  perabotan yang tak tertata

Jika melihat jumlah sekolah yang ada di dalam komplek, seharusnya kita akan melihat dan mendengar keriuhan suara anak-anak sekolah, di mana keempat sekolah tersebut menerapkan waktu  pembelajaran yang sama, yaitu masuk pagi. Tapi saya tak mendengar keriuhan itu.

Mungkin itulah sebabnya, saat saya memutuskan menerima amanah sebagai kepala sekolah, keluarga dan teman-teman mempertanyakan niat saya.

Sekalipun menjadi kepala sekolah adalah jabatan yang lumayan keren untuk tingkat satuan pendidikan,  tetapi  menjadi kepala sekolah di sekolah swasta selevel itu tidak cukup membanggakan

Tidak mudah memimpin sekolah swasta, apakah kamu sanggup?

Sekolah apa itu yang ibu pimpin, bikin capek saja.

Menjadi Kepala Sekolah di sekolah swasta seperti sekolah ibu itu adalah jabatan  yang tidak menjanjikan secara finansial.”

Itulah sebagian tanggapan dari teman dan keluarga. Tetapi saya tidak perduli dengan tanggapan mereka, karena saya memenuhi panggilan hati untuk mengabdi di sekolah yang pernah berjasa memberi pengalaman berharga dalam hidup. Saya punya harapan besar memberi  perubahan yang lebih baik.

 

 Keadaan Kompleks Perguruan 

 


Keadaan Kompleks Kapoposang
Keadaan Sekolah di Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang


Kompleks ini tak banyak berubah sejak puluhan tahun silam. Dari depan seakan melihat gudang, bangunan berbentuk kotak, jendela kecil model lama. Jendela yang sama  saat saya masih menjadi murid, tahun 1976. Jalan masuk ke  kompleks adalah jalan yang berada di bawah bangunan berlantai kayu yang mulai rapuh.

Setelah melewati jalan serupa terowongan pendek itu, kita akan melihat lapangan yang berfungsi ganda. Lapangan untuk upacara setiap hari Senin, apel pagi, tempat bermain saat istirahat, juga tempat berolah raga. Lapangan dengan tanah kasar yang  jika musim hujan datang maka tanah lapangan menjadi becek.

Di sudut kiri lapangan, kita akan melihat satu bangunan kecil serupa gua tempat bujang sekolah menata jualannya. Di atasnya terdapat bak penampungan air. 

Di belakang bangunan kecil yang saya namakan gua hantu itu terdapat lorong kecil menuju suatu tempat berukuran sekitar 3 x 3 meter. Di tempat itu terdapat tiga kamar kecil, toilet siswa.

Di tengah-tengah area toilet terdapat batu setinggi kurang lebih setengah meter, jika mata kurang awas, batu itu terlihat seperti batu nisan. Saya tak mengerti fungsi batu itu ada di tengah-tengah area toilet. 

Apakah itu memang kuburan? Kuburan siapa?

Masih jelas dalam ingatan saat saya masih berstatus murid, ada  satu  tangga kayu yang digunakan untuk naik ke lantai dua. Kemudian saat saya kembali lagi menjadi guru honor tahun 1984,  tangga itu sudah berpindah posisi dan bertambah jadi dua, dua tangga kayu berdekatan dengan posisi saling berhadapan, tapi saat mau naik tangga, kita akan saling membelakangi,  yang satu naik ke arah kanan satunya lagi naik ke arah kiri.

Tahun 1993, posisi tangga masih sama tetapi sudah berubah menjadi tangga setengah batu. Jalan untuk menaiki salah satu tangga kayu adalah bangunan tangga batu yang anak tangganya terdiri atas 5 sampai 6.

Tujuh belas tahun kemudian, posisi tangga telah  berubah lagi. Sekarang kedua tangga telah terpisah. Belakangan saya tahu, kalau tangga yang dipindahkan ke depan  diperuntukkan buat guru-guru yang mengajar di SMP dan di SMA, tangga satunya lagi diperuntukkan buat murid-murid SMP dan SMA.

Oh yah, di dalam kompleks ini terdapat empat sekolah, yaitu SD Muhammadiyah 1, SD Muhammadiyah 2, SMP Muhammadiyah 3, dan SMA Muhammadiyah 2.

Kelas dan kantor kedua SD berada di lantai dasar, sedangkan kelas dan kantor ruang guru SMA berada di lantai dua, posisinya berbentuk U.

Sedangkan ruangan-ruangan dan kelas SMP tersebar  di semua lokasi. Ruang kepala sekolah dan ruang tata usaha  berada di lantai dasar, ruang guru berada di lantai dua menempel di ruang guru dan kantor SMA, dan kelas yang digunakan SMP berada sebagian di lantai dua dan selebihnya  di lantai tiga.

 

Profil  Sekolah

 

SMP Muhammadiyah 3 Bontoala  berdiri pada tahun 1959 sesuai dengan SK Pendirian. 

Bangunannya berada dalam area kompleks dengan tanah seluas 690 m2 dan bangunan seluas 600 m2 di dalam area seluas itulah berdiri empat sekolah.

Ruangan-ruangan yang digunakan oleh SMP tersebar tak beraturan. Ruang Kepala Sekolah berada di lantai dasar berhadapan dengan kantor SD Muhammadiyah 2, melihat sepintas ukuran ruangan itu seluas 6 meter2  atau sekitar 2 m x 3 m.

Sedangkan ruang tata usahanya berada di sebelah kelas SD Muhammadiyah 1 yang luasnya lebih sempit daripada ruang Kepala Sekolahm, sekitar 1 m x 3 m.

Ruang guru SMP berada di lantai dua dengan ukuran yang tak kalah sempitnya. Posisi ruangan itu menempel di sebelah kantor dan ruang guru SMA. Sementara itu ruang perpustakaan berada di lantai 3 berdekatan dengan laboratorium IPA. Sedangkan jumlah kelas sebanyak  6 kelas dengan dua rombel untuk setiap tingkatan.

Jumlah guru 17 orang, dua di antaranya sudah berstatus PNS selebihnya adalah guru yayasan status honorer. Jumlah siswa saat itu sebanyak 200 orang.

 

Mulai Dari Mana?

 

Mulai dari mana? 

Berhari-hari pertanyaan itu memenuhi pikiran saya. Bingung harus mulai dari mana bekerja. Apa yang akan dibenahi terlebih dahulu. Kemudian saya mencoba merinci beberapa hal agar bisa fokus mengerjakan satu persatu, lalu menyesuaikan dengan keadaan, mana yang paling penting dilakukan atau yang sangat mendesak untuk dikerjakan terlebih dahulu.

Saya mencatatnya seperti berikut ini.

  1. Membenahi administrasi sekolah
  2. Mengatur sistem penggajian
  3. Menyusun struktur organisasi sekolah
  4. Membenahi sarana dan prasarana
  5. Membenahi proses pembelajaran

 

Dari kelima pekerjaan itu, saya berpikir  yang paling mendesak adalah menyusun struktur organisasi. Bagaimanapun saya tak mungkin bekerja sendiri. Sekolah serupa dengan perusahaan, harus ada tim kerja yang kuat dan solid.

Oleh karena banyak guru baru dan belum saya kenal, maka informasi tentang karakter dan kompetensi setiap tenaga pendidik di sekolah itu sangat minim. 

Sebenarnya wakil kepala sekolah sebelumnya cukup berkompeten berdasarkan pengalaman saya yang pernah bekerja sama dengan beliau, tapi saya merasakan adanya penolakan dari dia.

 

Kisahnya bisa dibaca di sini                   

 

Maka atas usulan kepala tata usaha yang sekaligus pengurus Muhammadiyah cabang Bontoala, kami akhirnya memilih salah seorang guru yang bersatus PNS sebagai wakil kepala sekolah, kemudian berturut-turut wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, bagian humas, dan sarana prasana.

Karena kepala tata usaha sebelumnya mengundurkan diri maka saya mengangkat staf untuk menggantikan beliau.

Lalu tiba-tiba saja bendahara sekolah mengundurkan diri, maka jadilah kepala tata usaha mengambil alih pekerjaan itu, terpaksa dobel pekerjaan.

Yaaah … kekacauan baru saja dimulai.

 

Proses Pembelajaran  Kacau

 

Alhamdulillah  sekolah sudah mendapatkan wakil kepala sekolah baru, kepala tata usaha dan bendahara baru. Saya berharap mereka bisa bersinergi positif mengelola sekolah menjadi lebih baik.

Selama sebulan saya mengamati proses pembelajaran, datang setiap pagi sebelum guru datang dan pulang setelah semua guru dan siswa pulang.

Subhanallah!

Proses pembelajaran sangat kacau. Kebanyakan guru hanya memberi tugas ke siswa lalu sang guru meninggalkan kelas menuju  ruang lain. Beberapa kali saya mendapati kelas kosong. Satu guru mengajar dua kelas sekaligus.

Belum lagi kehadiran siswa yang tidak sampai 50 persen dari siswa yang terdaftar di buku absensi siswa.

Ada apa dengan proses pembelajaran di sekolah ini?  Tiap hari saya merasa pening melihat keadaan itu. Apa yang harus saya lakukan ya Allah.

Atas kerja sama dengan wakil kepala sekolah, perlahan saya mendekati guru-guru. Mengajaknya berbincang, mendengarkan keluh kesah mereka, dan mencoba mengurai satu persatu permasalahan yang mereka alami sehubungan dengan keadaan sekolah.

Akhirnya saya mendapatkan sedikit informasi, bahwa gaji mereka dibayarkan sekali dalam tiga bulan. Mungkin itulah salah satu pemicu mereka malas masuk kelas.

 

Mengubah Sistem Penggajian

 

Bismillah, saya mencoba mengubah sistem penggajian, dari pemberian honor sekali dalam tiga bulan menjadi setiap awal bulan.

Tentu saja diikuti beberapa catatan, yakni:

  1. Kehadiran mereka dicatat secara terperinci oleh petugas pencatat. Tugas ini saya berikan kepada penjaga sekolah untuk melakukannya dengan tambahan honor sebagai petugas pencatat.
  2. Petugas mencatat akan menghitung jumlah kehadiran bagi guru yang memberikan pembelajaran secara tatap muka. Jika tidak masuk kelas mengajar hingga waktu pembelajarannya habis, maka tercatat tidak melaksanakan kewajibannya mengajar, maka otomatis honornya tidak terhitung.
  3. Menetapkan jumlah honor mengajar perjam. Hal ini dilakukan karena berdasarkan informasi, kalau mereka tidak tahu berapa sebenarnya jumlah honor yang diterima selama ini.
  4. Melakukan penggajian secara trasparan. Guru dapat menghitung sendiri honornya setiap akhir bulan dengan cara mengalikan jumlah kehadiran di kelas dengan jumlah honor yang telah ditetapkan.

Ini adalah gebrakan baru yang saya lakukan dengan harapan, guru-guru bisa sedikit lebih disiplin mengajar. Ada yang lega dengan keputusan itu tapi tak sedikit  yang cemas.

Sungguh tak mudah mengubah kebiasaan lama, dari yang santai menjadi serius, dari yang masuk kelas semaunya menjadi lebih disiplin. Tapi saya harus tegas soal ini.

Akibatnya, satu persatu guru mengundurkan diri. Mereka yang tak mampu mengikuti ritme kerja yang saya terapkan, mengalah dan mundur. Maka perrsoalan barupun muncul.

Mencari guru pengganti yang bisa mengajar dengan baik, disiplin tapi dengan gaji kecil adalah mustahil. Namun, saya yakin pasti masih ada  guru di luar sana yang memiliki jiwa patriot dan keikhlasan yang tinggi.

Masya Allah!

Allah Maha Baik, saya dipertemukan dengan guru-guru yang baik. Usaha dan doa mulai dikabulkan oleh Allah, satu persatu mereka datang dan bersedia bekerja sama.

Sekolah semakin berwarna dengan kehadiran wajah-wajah baru.

Saatnya membidik administrasi sekolah yang berantakan.

Bagaimana kisah selanjutnya? Nantikan ya di postingan berikutnya.


Read More

Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang, Di sinilah Kisah Dimulai

Wednesday, June 17, 2020

Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang; Di  sinilah Kisah Dimulai

Kompleks Perguruan Muhammadiyah

Sungguh, tak  pernah sekalipun terbersit keinginan menjadi kepala sekolah. Menjadi guru sudah cukup dan  saya  bahagia menjalaninya. Namun, siapa yang bisa menolak takdir manakala Allah memberi amanah. 

Adalah Aminuddin Taraweh, Ketua Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Cabang Bontoala Makassar, beliau meminta saya menjadi kepala sekolah di Kompleks Perguruan Muhammadiyah, kompleks yang tak pernah saya lupakan.

Pucuk dicinta ulampun tiba, pepatah ini sangat pas saat itu.

Saat  saya sedang tak nyaman dengan situasi di sekolah tempat saya  mengabdi karena sesuatu dan lain hal maka saya berpikir, mungkin inilah kesempatan melepaskan diri dari situasi yang tak nyaman itu.  Sayapun menerima tawaran itu.

Ternyata penawaran itu tidak serta merta menjadi kenyataan. Masih banyak hal yang mesti Pak Aminuddin selesaikan sebelum melantik kepala sekolah baru demi menggantikan kepala sekolah lama.

Tak menjadi  soal, toh saya  juga sementara kuliah perdana yang mengharuskan saya mengikuti kuliah selama beberapa waktu tanpa jeda.

 

Pelantikan yang Berkesan

 

Beberapa bulan kemudian,  salah seorang pengurus Muhammadiyah Cabang Bontoala, bapak Syamsul Arif bersama Muh Faizal H datang ke rumah membawa undangan pelantikan.

Rupanya Surat Keputusan Majelis Dikdasmen telah terbit, saya resmi diberi amanah menjadi Kepala Sekolah di salah satu sekolah di dalam Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang.

Sayangnya pelantikan itu tanpa disertai serah terima jabatan seperti yang biasa saya saksikan sebelumnya. Kepala Sekolah lama tidak hadir, hanya  beberapa teman lama datang menghadiri prosesi itu.

Satu-satunya yang berkesan bagi saya adalah pesan dari Ketua Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Daerah Makassar, bapak Muh Tahir Fatwa, 

“Bapak melanjutkan pesan pendiri Muhammadiyah,  KH.  Ahmad Dahlan, hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”

Amanat KHA Dahlan


Oh yah, ada lagi yang berkesan, saya  dan beberapa teman ditraktir oleh bapak Ketua Umum Pimpinan  Muhammadiyah Cabang Bontoala periode itu, yaitu bapak Prof.Dr. Gagaring Pagalung. 

Biasanya yang dilantik yang mentraktir, tapi kali ini tidak,  justru saya yang dilantik dan saya pula yang ditraktir. Pasti karena beliau tahu, saya tak cukup modal untuk mentraktir teman, hi-hi-hi.

 

Sambutan Manis dari Mantan  Kepala Sekolah 

 

Saya  menyebutnya sebagai sambutan manis dari  yang seharusnya sudah menjadi mantan kepala sekolah.

Pagi itu saya datang ke sekolah dengan membawa SK Kepala Sekolah sebagai jaminan bahwa saya sudah mendapatkan amanah sebagai kepala sekolah yang baru. Kepala sekolah lama menyambut dengan sinis. 

Menurut beliau, proses pelantikan itu tidak fair. Harusnya beliau diberitahu. Banyak yang dikatakan tapi tak elok dituliskan. Kata-kata dan bahasa tubuhnya tergambar sangat nyata kalau beliau tidak ikhlas menyerahkan amanah itu kepada saya.

Setelah berdiskusi melalui telpon genggam dengan pak Aminuddin selaku Ketua Majelis Dikdasmen sekaligus sebagai penanggung jawab sekolah-sekolah yang berada di lingkup Muhammadiyah Cabang Bontoala, akhirnya disepakati bahwa  saya  akan masuk setelah semua pekerjaan urusan ijazah dan penamatan  dituntaskan oleh mantan Kepala Sekolah.

Walau sedikit dongkol tapi saya  menerima keputusan itu. Sudah puluhan tahun saya menjadi guru, beberapa kali menyaksikan penggantian kepala sekolah, tak pernah sekalipun saya  melihat keadaan saperti itu.

Biasanya jika SK Kepala Sekolah telah terbit apalagi sudah dilantik maka Kepala Sekolah lama otomatis melepaskan jabatannya, sepenting apapun pekerjaannya saat itu, toh kepala sekolah baru yang akan melanjutkan semua urusan terkait dengan sekolah.

Tapi saya berpikir mungkin memang begitulah kebiasaan yang ada di sekolah swasta, terutama  sekolah naungan organisasi Muhammadiyah, maka saya kembali menjalani aktivitas seperti biasa.

Saya kembali sibuk dengan kuliah di mana saat itu saya sedang melanjutkan pendidikan ke jenjang strata 2. Barangkali ini jalan yang diberikan oleh Allah, agar saya bisa fokus ke matrikulasi dulu baru kemudian memikirkan dan menjalankan amanah baru.

Oh yah, ada lagi satu kejadian yang tak bisa terlupakan sehubungan dengan  beliau, sang mantan Kepala Sekolah.

Setelah beberapa waktu lamanya, saya dihubungi oleh salah seorang guru untuk datang memimpin rapat. Menurut beliau, rapat dinas harus segera dijadwalkan demi menyambut tahun ajaran baru dan saya yang harus memimpin rapat  sebagai Kepala Sekolah yang telah resmi dilantik.

Maka terjadilah suasana yang tidak mengenakkan itu.

Saat saya datang untuk memenuhi usulan guru tersebut, rupanya beliau datang juga dan berkeras kalau ia yang harus memimpin rapat. Sebagian guru bingung tapi yang lainnya santai saja seakan sudah tahu kalau situasi seperti itu akan terjadi.

Saya  mengalah demi menghormati beliau sebagai rekan mengajar di masa lalu, sekalipun saya tak pernah lupa kalau beliau dulu yang memberhentikan saya di sekolah yang sama.

 

Kisahnya boleh dibaca di sini dan di sini.


Perlakuannya sungguh manis. Selama rapat itu berlangsung tak sekalipun badan dan matanya mengarah ke saya yang hadir dan duduk sebagai peserta rapat.

Sungguh kasihan melihatnya, sepanjang rapat ia memiringkan tubuhnya. Saya bisa merasakan  betapa pegal pinggangnya duduk miring seperti itu. Bahkan saat saya bicarapun sebagai peserta rapat, ia masih dalam posisi seperti itu

 

Keraguan Mulai Menyurutkan Semangat

 

Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang

      Berpose di lantai 3 Kompleks Kapoposang


Setelah kejadian itu, cukup lama saya merenung. Ada apa sebenarnya di balik sikap sang mantan Kepala Sekolah.  

Mengapa beliau begitu marah?  Kenapa sambutannya demikian sinis?

Padahal beliau itu bukan orang asing, kami sudah berteman sejak lama. Antara tahun 1993 hingga 1997, beliau adalah rekan mengajar di sekolah yang sama.

Apakah beliau masih mau memegang jabatan itu? Ataukah beliau diberhentikan secara tak hormat oleh pengurus Majelis Dikdasmen? Berbagai soal menganggu pikiran saya.

Jika memang beliau diberhentikan secara tak hormat, tak ada ucapan terima kasih, tak dihargai maka pantas saja beliau bersikap seperti itu. 

Mengabdi selama kurang lebih 15 tahun dan tak dianggap, pasti sangat sakit rasanya.

Ini pula yang menjadi poin pertama yang  saya simpan untuk saya jadikan tolok ukur  pada sepuluh tahun berikutnya. Sejak awal saya siapkan mental  untuk selalu siap manakala saya tak dipercaya lagi atau masa jabatan itu sudah berakhir.

Semangat saya  mulai kendur, rasanya saya tak pantas berada di tempat itu. Menggeser kedudukan orang yang lagi manis-manisnya di atas singgasana, sungguh tak elok.

Saya berniat mengundurkan diri. Tapi sebelum semua itu saya lakukan, keadaan di sekolah yang lama semakin tak menentu. Banyak hal yang tak sesuai dengan idealisme saya, penerimaan siswa baru yang penuh intrik dan permainan kotor. Ujian sekolah yang tak murni hasilnya, dan sebagainya

Akhirnya saya mencoba menyabarkan hati. Berharap terjadi perubahan di sekolah baru dengan niat tulus akan memperbaiki sistem pendidikan di lingkup terkecil.

 

Wakil Kepala Sekolah

 

Wakil kepala sekolah saat itu adalah seorang perempuan yang tidak asing lagi buat saya. Perempuan hitam manis itu adalah mantan murid saya  puluhan tahun silam, dia bisa juga disebut sebagai  teman dekat. Beberapa kali kami bekerja sama saat saya masih bersama aktif di organisasi IPM.  

Beliau diberi tanggung jawab sebagai wakil kepala sekolah  oleh sang mantan Kepala Sekolah. Saya berharap banyak kepadanya, karena saya tahu ia memiliki kompetensi yang baik, sikapnya tegas dan salah satu dari dua guru PNS di sekolah itu. Lainnya adalah guru honorer.

Namun, persangkaan saya  meleset. Beliau justru menolak saya  baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam. Kekecewaan itu membuatnya gelap mata. Janji mantan Kepala Sekolah  untuk mempromosikannya menggantikan beliau tidak berhasil.  

Kekecewaannya diperlihatkan dengan ketidak perduliannya dengan sekolah. Bahkan selentingan saya dengar kalau beliau sering mengamuk, marah-mara tidak jelas.

Entahlah, karena saya tak pernah menyaksikannya sendiri.

Obsesi berlebihan ditunggangi dengan ambisius dapat mengubah sifat seseorang. Yang dahulu lembut berubah menjadi keras bahkan kasar.

Sikap yang baik bisa berubah menjadi tak beradab.

Ini poin kedua yang saya tanamkan  dalam hati, saya tak mau memelihara sifat itu. 

Berjuang mendapatkan sesuatu atau berusaha sepenuh hati untuk mencapai cita-cita bukan berarti kita memelihara obsesi buta. Berobsesilah seperlunya dan tetap berpijak di atas realita agar kekecewaan tak membuat gelap mata.

Belajarlah menjadi ikhlas, memang sulit tapi bukan berarti tidak bisa. Semua ada jalannya, dan puncak dari semua usaha dan pengharapan adalah bermohonlah kepada Allah Swt, Sang Penentu Kebijakan tanpa cela.

Poin pertama dan kedua menjadi hal mutlak yang saya ukir dalam qalbu sembari berdoa.


“Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.”

                                          (HR. At-Tirmidzi no. 3522, Ahmad no. 302,315).

 

Bagaimana perjuangan saya di kompleks perguruan Muhammadiyah Kapoposang?

Nantikan kisah selanjutnya ya.

Read More

Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang

Tuesday, June 16, 2020

Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang

Kompleks Perguruan Muhammadiyah

Terima kasih tak terhingga atas semua kenangan manis, masa-masa pembentukan jati diri, juga kesempatan belajar menjadi guru kepada bapak Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 3, Bilad Nau Razak.

Beliau yang terus memberi dukungan dan kepercayaan, bahwa saya bisa menjadi guru yang baik walau usia masih muda dan pengalaman belum ada.

Bagi beliau, seorang anak muda tak akan mungkin memiliki pengalaman jika tak diberi kesempatan membuat pengalamannya sendiri. Awesome!

Apa yang beliau berikan kepada saya dan beberapa teman guru muda lainnya saat itu, melebihi pemberian emas maupun berlian. Pengalaman.  


Sekilas Tentang  Organisasi Muhammadiyah

 

Muhammadiyah adalah organisasi yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Organisasi yang didirikan oleh Muhammad Darwis yang lebih dikenal dengan nama KH. Ahmad Dahlan ini didirikan pada  tanggal 18 Nopember 1912 M bertepatan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H.

 

Mengapa Dinamakan Muhammadiyah?

 

Secara bahasa, Muhammadiyah berarti pengikut Nabi Muhammad SAW, dinisbahkan dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW.  Menurut H. Djarmawi Hadikusuma, penisbahan tersebut mengandung pengertian bahwa, pendukung atau anggota organisasi Muhammadiyah ialah umat Muhammad SAW, selain karena berasaskan agama Islam yang berarti pengikut ajaran Nabi Muhammad SAW, juga pendukungnya diharapkan  dapat mencontoh, mengikuti, dan  meneladani Nabi Muhammad SAW.

Awalnya, KH Ahmad Dahlan memberikan pelajaran agama Islam dan pengetahuan umum kepada masyarakat sekitar di halaman rumahnya. Dari sanalah KH Ahmad Dahlan mendirikan “Sekolah Muhammadiyah” sekolah agama Islam pertama yang dilaksanakan di dalam sebuah gedung milik ayahnya pada tahun 1911.

Dikatakan sebagai sekolah agama Islam pertama yang diselenggarakan di dalam gedung, menggunakan meja dan kursi, karena pada masa itu, pelajaran agama Islam diselenggarakan di dalam surau-surau.

Selain itu, sekolah Muhammadiyah ini adalah sekolah Islam pertama yang menggabungkan pelajaran agama Islam dengan pelajaran umum, sesuatu yang baru saat itu. 

Muhammadiyah sudah berusia lebih dari satu abad.  Pada miladnya yang ke 107 tahun 2019, Muhammadiyah telah mendirikan 7651 sekolah dan madrasah dan 174 universitas, sekolah tinggi, akademi, dan institut.

 

Struktur Organisasi  Muhammadiyah

 

Struktur organisasi Muhammadiyah terdiri atas jaringan kelembagaan Muhammadiyah, pembantu pimpinan persyarikatan, lembaga-lembaga, dan organisasi otonom

Jenjang struktur Muhammadiyah tertinggi adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berfungsi mengkoordinir seluruh Pimpinan Muhammadiyah yang ada di Indonesia serta gerakan dakwah Islamiyah melalui berbagai bentuk aktivitas.

Susunannya adalah sebagai berikut.

  1. Pimpinan Pusat
  2. Pimpinan Daerah
  3. Pimpinan Cabang
  4. Pimpinan Ranting
  5. Jama’ah Muhammadiyah

Sedangkan lembaga-lembaga yang ada di organisasi Muhammadiyah terdiri atas delapan lembaga. Lembaga dibentuk demi melakukan penguatan ranting di mana ranting menjadi basis gerakan Muhammadiyah. Lembaga-lembaga tersebut terdiri atas:

  1. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
  2. Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan
  3. Lembaga Penelitian dan Pengembangan
  4. Lembaga Penanganan Bencana
  5. Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqqoh
  6. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
  7. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
  8. Lembaga Hubungan dan Kerjasama International

 

Organisasi otonom Muhammadiyah yang selanjutnya disebut ortom Muhammadiyah dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang memiliki hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri, tentu saja dalam bimbingan dan pengawasan Persyarikatan Muhammadiyah.

Organisasi otonom tersebut terdiri atas 7 ortom yaitu Asyiyah, Nasiyatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Hizbul Wathan,Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Tapak Suci.

Ortom-Ortom Muhammadiyah

Saat ini Muhammadiyah telah memiliki banyak amal usaha, di mana amal-amal usaha itu dibawahi oleh majelis-majelis.  Setiap majelis memiliki tugas, fungsi, dan kerjanya masing-masing. Majelis-majelis itu adalah:

  1. Majelis Tarjih dan Tajdid
  2. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
  3. Majelis Tabligh
  4. Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan
  5. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
  6. Majelis Pendidikan Kader
  7. Majelis Pembina Kesehatan Umum
  8. Majelis Pelayanan Sosial
  9. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
  10. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
  11. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
  12. Majelis Lingkungan Hidup
  13. Majelis Pustaka dan Informasi

Majelis-majelis tersebut tergolong sebagai pembantu pimpinan persyarikatan.

 

 Kembali Ke Kompleks Kapoposang

 

Saya mengajar di salah satu amal usaha Muhammadiyah yang dibawahi oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah Cabang Bontoala di daerah Kota Makassar.

Sekolah itu berada di dalam Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang. Disebut Kapoposang karena kompleks perguruan itu berada di Jl. Kapoposang Makassar.

Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma III dan  berbekal pengalaman mengajar di desa ditambah gelar baru, Ahli Madya IPA, sayapun datang ke Kompleks Perguruan Muhammadiyah  Kapoposang, melamar jadi guru honorer lagi. Alhamdulillah saya diterima.

 

Guruku Rekan Kerjaku

 

Mengajar di sekolah tempat kita tamat dalam selang waku tak lama,  kadang dipertemukan dengan mantan guru. Walau sudah menjadi rekan kerja, tetapi tetaplah kita akan menjadi muridnya. Apakah ini merugikan saya?

Sebenarnya tidak. Namun, terkadang merasa sungkan, sering pula menelan keinginan berinovasi pada saat apa yang akan dilakukan itu bertentangan dengan kebiasaan para senior yang nota bene guru saya juga.

Suatu hari saya ingin melakukan pengamatan tentang populasi dan ekosistem  di lapangan, berhubung lapangan di sekolah itu berfungsi ganda, yaitu lapangan upacara, lapangan olah raga sekaligus sebagai  tempat murid bermain saat istirahat. maka rencana itu saya alihkan ke suatu tempat di luar sekolah.

Pulang dari sana, saya dinasihati  oleh guru-guru saya, perasaan saat itu bukan nasihat deh, lebih tepatnya ditegur dan dimarahi.

“Tidak boleh guru membawa muridnya rekreasi saat belajar, belum libur.”

Ya Allah, guruku tersayang, itu bukan kegiatan rekreasi.”

Saya malas mendebat mereka, jalan paling ringkas adalah saya minta maaf.

Bagaimana rasanya minta maaf atas perbuatan yang bukan merupakan kesalahan.

yah begitulah demi penghormatan kepada guru.


Bagaimana kisahku sebelum bergabung dengan guru-guruku? Baca kisahnya di sini 

 

Namun, saya patut bersyukur mendapatkan rekan kerja sekaligus mantan guru. Saya banyak belajar pengalaman hidup dari mereka. Saya banyak mendapatkan nasihat berharga yang bukan melulu soal belajar mengajar.

Bagaimana menjadi istri yang baik, mendidik anak yang baik, juga bagaimana mengelola keuangan yang baik.

Dari ibu Murniati, saya belajar kesabaran dan perjuangannya mengantarkan anak-anaknya menjadi anak yang berhasil, anak-anak yang saleh dan salihah dan sukses pula dalam pendidikan.

Dari ibu Sa’diah, saya belajar pengabdian tanpa pamrih kepada suami, juga belajar kesetiaan dan cinta sejati yang hanya dipisahkan oleh maut. Bagaimana seorang suami yang sangat menghargai dan menyayangi istrinya dan memperlakukan istrinya bagai ratu.

Dari ibu Sa’diyah pula saya belajar memanjakan suami dengan makanan, walaupun sampai saat ini saya belum menjadi tukang masak yang handal.

Dari ibu Hudaya Husain, saya belajar tentang semangat belajar yang tak pernah surut.

Pelajaran tentang menjalin hubungan manis dengan murid-murid saya dapatkan dari Pak Anas Kasim. Bagaimana cara mendekati murid tanpa perlu menjatuhkan harga diri dan murid merasa dekat tapi tetap hormat.

Terima kasih untuk bapak ibu guru kehidupan

 

Dipaksa Berhenti

 

Tahun 1997 saya hamil anak keempat,  bertepatan dengan berita akan adanya pergantian kepala sekolah, berhubung kepala sekolah yang sedang menjabat saat itu akan pensiun.

Rupanya proses pemilihan kepala sekolah dilaksanakan dengan pemilihan langsung oleh dewan guru dan unsur pimpinan Muhammadiyah.

Bagi warga Muhammadiyah, proses ini adalah biasa. Tapi bagi saya yang pernah  menyaksikan pergantian kepala sekolah di sekolah negeri, hal itu adalah sesuatu yang baru dan keren.

Ada dua orang guru yang sedang mengajukan diri sebagai calon kepala sekolah, keduanya adalah rekan mengajar saya tetapi salah satunya adalah guru saya. Mereka berdua adalah guru senior yang menurut pengamatan saya, mereka cukup berkompeten sebagai guru sedangkan dari segi lain, saya belum paham.

Secara samar saya melihat ada persaingan yang panas dari keduanya. Masing-masing mencoba merebut suara guru, tak terkecuali suara saya. Tapi saat itu saya sedang hamil anak keempat sehingga  jarang ke sekolah karena kelelahan mengurus tiga anak sekaligus harus tetap masuk mengajar di sekolah utama.

Entah bagaimana polanya, saya merasa, salah seorang kandidat itu berusaha menyingkirkan saya, mungkin karena melihat kedekatan emosional ke lawannya, yang nota bene beliau itu adalah guru saya.

Padahal  belum menjamin saya akan memilih guru saya dan tak memilih dia. Sayangnya, keadaan saya yang jarang masuk walaupun sudah meminta izin kepada kepala sekolah dimanfaatkan oleh beliau. Saya dipaksa berhenti, kata kasarnya saya diberhentikan.

Maka berakhirlah karier saya sebagai guru honor di sekolah kecintaan sebelum menyaksikan pemilihan kepala sekolah itu.

 

Bagaimana kisah selanjutnya?

Nantikan di postingan berikutnya ya.


Sumber Referensi: Muhammadiyah.or.id
Read More

Stress Management for Your Wellbeing; Program Group Coaching INSIGHT Indonesia

Sunday, June 14, 2020

Manajemen Stres Selama Pandemi dan Menuju New Normal


stress management


Lebih dari setengah penduduk dunia stres akibat pandemi, demikian pernyataan yang dirilis oleh GridHealth.id. Selanjutnya dituliskan, bahwa dalam survei yang dilakukan American Psychiatric Association (APA) didapatkan bahwa 48% responden dari 1000 orang dewasa di Amerika Serikat menyatakan kecemasannya tertular virus corona. 36% responden mengatakan kalau virus corona berdampak serius pada kesehatan mental, dan 59% menjawab efek corona cukup berat pada kehidupan sehari-hari mereka.

Bagaimana dengan penduduk Indonesia?

Sebagaimana kita ketahui, Indonesia tak luput dari serangan virus corona. Bahkan hingga menjelang pemberlakuan new normal, kita masih saja disuguhi berita tentang peningkatan jumlah penduduk yang tertular virus corona.

Maka tak heran jika dampak dari semua itu, menimbulkan kecemasan hingga mengarah ke gejala stres. PPM-Manajemen  merilis,  80% responden mengalami gejala stres selama masa pandemi Corona yang bervariasi dari sedang hingga berat. Responden itu terdiri dari 74% laki-laki dan 87% perempuan, 83% berstatus single, 82% duda/janda, dan 78% menikah dengan kelompok usia yang bervariasi, mulai dari usia 25 tahun hingga usia 55 tahun ke atas.

Hasilnya   cukup mengkhawatirkan.

Lalu apakah yang dimaksud dengan stres itu?  Mari kita kenali gejalanya.

 

Mengenali Gejala Stres

 

Stres menurut KBBI V adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar; ketegangan.

Stres diartikan pula sebagai reaksi tubuh ketika seseorang menghadapi tekanan, ancaman, atau suatu perubahan. (halodoc.com).

Siapa nih yang pernah mengalami stres hanya karena faktor sederhana? Misalnya, gara-gara anaknya memecahkan gelas, emaknya stres. Atau bajunya belum diseterika saat mau bepergian, stres. Bisa juga, stres gara-gara panci kesayangannya gosong.

Hayo ngaku …

Nah, kalau anda  mengakui pernah merasakan stres hanya karena faktor receh itu,  berarti anda masih normal. Yang tak normal itu, kalau merasa baik-baik saja, tidak stres tetapi selalu merasa gelisah, mudah marah, atau bahkan sakit kepala, susah tidur, dan gangguan-gangguan fisik dan psikologis lainnya.

Kenapa tidak normal?

Yap, ia merasa tidak stres tetapi sangat stres tanpa ia sadari.  Olehnya itu, penting kita mengetahui gejala-gejala stres.  Menurut alodokter.com, terdapat empat macam gejala stres, yaitu:

  1. Gejala emosi (gampang marah, bingung, dan sebagainya.
  2. Gejala fisik, seperti lemas atau  pusing
  3. Gejala kognitif, seperti sering lupa dan pesimis
  4. Gejala Perilaku, seperti malas makan, mengigit kuku atau berjalan bolak-balik.

 

 80% yang mengalami gejala stres  terbagi atas dua, yaitu:

  1. Gejala Fisiologi terdiri dari gangguan fisik berupa pegal, otot tegang, sulit tidur/insomnia, dan sakit kepala.
  2. Gejala Psikologis berkenaan dengan psikologi: bersifat kejiwaan berupa cemas, khawatir, mudah marah, selera makan meningkat/menurun.  

Nah, kalian berada di mana?

Jangan sampai berada di salah satunya ya? Kalaupun ada, yuk kita kelola rasa yang pernah ada dengan manajemen stres bersama INSIGHT Indonesia.

 

Coaching Manajemen Stres Oleh Insight Indonesia

 

Coach Ochy;  “Stres jangan dihindari tapi hadapi!”

Kalimat di atas langsung bikin saya jleb. Kenapa? Kamu tersinggung? 

Yah, begitulah adanya. Kadangkala merasa diri ini tidak stres, tetap tenang, gembira padahal sesungguhnya  stres, hanya saja saya tidak menyadarinya atau bisa jadi tahu tapi menolak mengakui kalau lagi stres.

Kesadaran itu muncul saat mengikuti group coaching oleh tim coach Insight Indonesia yang dimotori oleh coach Ochy. Kalimat coach Fauziah Zulfitri yang biasa dipanggil coach Ochy itu betul-betul bikin jleb, menusuk ke hati tapi sekaligus menyadarkan diri, kalau saya dan teman-teman yang dicoaching secara online melalui aplikasi zoom memang sering sekali mengalami suatu situasi yang bikin stres.

Alhamdulillah, saya  mengikuti sesi group coaching kemarin. Sekalipun hanya melalui aplikasi zoom, beda dengan sesi coaching sebelum, di mana kita langsung bertatap muka dengan coach Ochy dan peserta lain.

Namun demikian, manfaat yang dirasakan tak kalah besarnya.

Bagaimana pengalaman mengikuti coaching game, exploring and sharing menggunakan metode Points of You oleh Insight Indonesia? Silahkan baca  di sini.

Ada empat orang coach yang menjadi fasilitator dalam sesi ini, yaitu Fauziah Zulfitri disapa coach Ochy, Yenni Ramli, Jihan Afandi dan Fransiska Amir.

 

Kelompok Kecil Choacing

Setelah sesi pembukaan oleh coach Ochy, sesi selanjutnya dilakukan secara berkelompok. 

Sesi kelompok saya  dicoaching oleh kak Fransiska Amir yang juga disapa dengan  kak Chika. 

Proses coaching berlangsung seru. Masing-masing peserta di kelompok kami itu bervariasi bentuk-bentuk stresnya. Tapi inti dari semuanya adalah, kami menyadari bahwa kami pernah mengalami stres, terutama dalam masa pandemi ini.

Dari hasil coaching saya bisa menyimpulkan, bahwa kita semua pernah mengalami stres terutama selama masa pandemi ini. Mungkin stres karena terlalu lama  di rumah saja, seperti saya yang biasanya bekerja diluar rumah,  bisa juga karena informasi-informasi yang tidak sehat, atau berbagai hal lainnya.

Namun, tidak berarti tidak ada hikmah yang bisa dipetik. Karena toh pada ujungnya kita akan menyadari bahwa pandemi sudah menjadi takdir dan  tidak selamanya  memberi dampak buruk.  Banyak hal positif yang bisa dipetik selama kita mau menerimanya dengan sabar dan bersyukur.

Setidaknya itulah yang bisa saya dapatkan ketika proses coacing berakhir.

 

Adaptif  Versus Maladaptif

 

Setelah semua peserta kembali berkumpul, coach Ochy menyapa dengan senyum khasnya.

“Bagaimana nih hasil bincang-bincangnya dari masing-masing kelompok?

Saya menjawab sesuai suasana hati saat itu, hati saya plong.

Apakah sebelumnya, hatimu galau dan stres Dawiah? Mungkin ada yang bertanya begitu.

Yap, saya baru sadar kalau beberapa hari ini, fisik saya melemah, sering sakit kepala, pusing dan saya tidak menyadarinya kalau sebenarnya saya lagi stres, kemudian saya melakukan upaya mengatasinya dengan cara tidak baik.

Sehubungan dengan tindakan saya itu, coach Ochy menjelaskan bahwa, banyak orang yang menyadari kalau dia lagi stres kemudian berusaha mengatasinya sendiri atau coping stress tetapi dengan cara maladaptif.

Selanjutnya coach Ochy menjelaskan bahwa coping stres dengan adaptif, adalah upaya yang efektif dalam mengatasi sumber stres dan dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bisa berupa self help, approach, dan  accommodation.

Sedangkan  maladaptif adalah upaya yang kurang efektif dalam mengatasi sumber stres dan bisa jadi justru menambah stres akibat timbulnya masalah baru. Bisa berupa avoidance dan self-punishment.

Terdapat  tiga hal buruk yang ditimbulkan oleh maladaptif, yaitu:

  1. Merusak diri sendiri, seperti sakit fisik, pusing, tidak bisa tidur, malas makan atau bahkan terlalu rajin makan.  Oh yah, terlalu rajin makan juga tidak baik karena bisa menimbulkan stres baru, stres karena berat badan naik terus. Eits, sepertinya itu saya 😂
  2. Merusak hubungan dengan orang lain, menjadi curiga dengan orang sekitar
  3. Tidak produktif. Tidak produktif bukan melulu soal pekerjaan, tetapi bisa jadi hubungan yang tidak bagus dengan orang sekitar, dengan teman kerja, dengan anak, bahkan dengan pasangan, isteri atau suami.

Kabar buruknya, 1 dari 3 responden cenderung mengatasi stres dengan coping maladaptif, dan bentuk maladaptif yang paling banyak dilakukan adalah menyalahkan pihak lain yang dinilai memperburuk situasi.

 

Menuju New Normal

 

New normal adalah kata-kata yang akrab di telinga kita akhir-akhir ini. Hal itu tak lepas dari keadaan yang dialami selama masa pandemi.  Keadaan yang mengharuskan kita melakukan kerja di rumah saja, tidak berkumpul, sedapat mungkin menghindari keluar rumah kecuali untuk kebutuhan mendesak, anak-anak tidak ke sekolah, sering-sering mencuci tangan, dan memakai masker, serta berbagai hal baru lainnya.

Setelah kurang lebih tiga bulan kita berada di situasi itu, saatnya kita dihadapkan pada situasi untuk menerima keadaan lalu berusaha kembali ke kehidupan yang normal.

Sebagian masyarakat mungkin bisa menerima itu sebagai kabar yang baik dan disambut dengan senang-senang lalu menjadi abai.

Sebagian lainnya mungkin justru semakin cemas dan takut. Berbagai pikiran buruk berkecamuk, apakah keadaan akan sehat seperti sediakala? Apakah pandemi ini betul-betul sudah hilang, dan sebagainya.

Kedua sikap itu adalah sikap yang kurang baik, karena  bisa jadi yang bersenang-senang menerima kabar itu adalah bentuk pelampiasan stresnya. Sedangkan yang cemas sudah pasti mengalami stres.

 

 

Manajemen Stres untuk Menyambut New Normal

 

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa manajemen stres yang baik adalah dengan cara adaktif tak perduli di situasi manapun kita berada.

Maka cukup  penting mengetahui coping (mengatasi) stres secara adaptif yang dilakukan oleh responden selama pandemi sebagai referensi bagi kita menuju new normal.

Terdapat  83% responden melakukan coping stres  dengan mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya. 78% meyakini bahwa ada hikmah di balik pandemi ini, 73% menjaga kesehatan, 34% meningkatkan kemampuan, 32% mencari dukungan emosional, dan 25% membantu penanggulan wabah.

Melihat jawaban responden tersebut di atas, berada di manakah kita?

Yang pasti hasil dari program Group Coaching INSIGHT Indonesia, di grup saya dan hampir semua peserta sepakat bahwa, pandemi ini tidak untuk diratapi, disesali, apalagi disumpahi karena di balik peristiwa ini pasti ada hikmah yang bisa dipetik.

Bagaimana bentuk hikmah itu? Tentu saja bergantung kepada  masalah dan keadaan masing-masing. Tetapi satu jawaban pasti, menghadapi keadaan pandemi ini sekaligus menyambut new normal adalah dengan tetap bersyukur dan bersabar.

Karena itulah jawaban akhir dari setiap masalah, seberat apapun masalah yang dihadapi.

Seperti kata coach Ochy, masalah atau stres  bukan untuk dihindari melainkan dihadapi dengan cara yang adaptif.


manajemen stres

Terima kasih INSIGHT Indonesia, terima kasih coach Ochy (Fauziah Zulfitri) dan para fasilitator, Yenni Ramli, Jihan Afandi, dan Fransiska Amir. Semoga saya dan teman-teman bloger Makassar bisa bergabung lagi dalam program INSIGHT berikutnya.

Sumber dan Referensi Survey: CHDC PPM Management, 2020


Read More