Seusai
temu alumni peserta SAGUSAKU IGI, bedah buku serta pelatihan editor dan layout,
kami melanjutkan kegiatan, yaitu berkunjung ke gedung Perpustakaan Nasional.
Lebih tepatnya gedung Fasilitas Layanan Perpustakaan.
Perjalanan
dari Senayan, kantor Kemdikbud menuju ke jalan Medan Merdeka Selatan, gedung
Perpustakaan Nasional, tidak memerlukan waktu lama. Mungkin karena perjalanan
kami bukan di waktu jam-jam macet atau memang jarak dari Senayan ke jalan Medan
Merdeka Selatan tidak jauh.
Tentang IGI dapat juga dibaca di sini
Tentang IGI dapat juga dibaca di sini
Mengapa perpustakaan menjadi pilihan utama untuk dikunjungi?
Jelaslah
alasannya, perpustakaan memang harusnya menjadi rumah kedua bagi guru, apalagi
guru penulis. Kami ini kan rombongan guru penulis. Wuiiiss…keren sekali.
Setidaknya merasa diri keren.
Seperti
yang dilansir perpusnas.go.id, gedung fasilitas
layanan tersebut didirikan di atas lahan seluas 11.975 meter persegi
dengan luas bangunan 50.917 meter persegi. Fasilitas layanan perpustakaan
dirancang dengan konsep Green Building dengan indeks konsumsi energi (IKE) 150
kwh/mm2 per tahun, dilengkapi dengan teknologi kabel jaringan data kategori 7
(CAT-7) serta perangkat jaringan aktif yang mampu mentransfer data sampai
dengan 100 Gbps.
Kebayang
kan betapa kerennya gedung ini?
Salah satu sudut dengan latar lukisan pahlawan nasional, buku-bukunya antik |
Gedung Tertinggi di Dunia
Gedung fasilitas layanan perpustakaan nasional ini disebut-sebut sebagai gedung perpustakaan tertinggi di dunia, sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo saat meresmikan gedung ini.
“Saya
ingin menginformasikan sekali lagi mengenai Perpustakaan Nasional ini. Dulunya
hanya tiga lantai, tidak ada yang mau datang ke sini. Sekarang 27 lantai
ditambah basement. Jadi tidak kaget kalau gedung Perpustakaan Nasional ini
tertinggi di dunia untuk gedung perpustakaan,” Joko Widodo, Presiden RI.(14/9/2017).
Kita intip direktori tiap lantainya, yuk!
Lantai
1 adalah lobby utama. Di lantai ini kita akan melihat foto-foto kegiatan yang
berhubungan dengan perpustakaan. Saat aku memasuki satu ruangan, mataku tertuju
kepada sebuah sepeda tua yang dilengkapi dengan buku-buku yang tidak kalah
tuanya. Sepertinya sepeda itu menggambarkan kendaraan yang digunakan oleh
pak pos di zaman dahulu.
Ini adalah sepeda pak pos, lumayan antik sama antiknya buku-buku yang ada di sadel belakang |
Lantai
2 adalah ruang Layanan Keanggotaan Perpustakaan dan Ruang Teater. Di lantai
inilah aku melihat beberapa orang duduk antri untuk foto sekaligus mencetak
kartu anggota perpustakaan nasional.
Sistem
pendaftarannya keren loh. Kita mendaftar via on line, setelah mengisi data pada
formulirnya di layar yang tersedia, calon anggota duduk manis menunggu
panggilan untuk difoto. Tidak sampai 5 menit, kartunya sudah jadi.
Wow,
baru kali ini aku melihat pelayanan keanggotaan yang sangat cepat. Terbersit
dipikiranku, coba pelayanan-pelayanan publik lainnya secepat dan sekeren ini,
pasti tidak akan ada keluhan dari masyarakat. Tapi sudahlah ya, kita teruskan
perjalanan saja ke lantai berikutnya.
Dari
lantai 2 kita menuju ke lantai 3, tempat atau Zona Promosi Budaya Baca, lantai
4 merupakan Ruang Pameran Koleksi Perpustakaan. Lantai 5 adalah Ruang
Pustakawan.
Lantai
berikutnya adalah lantai 6, di sini selain terdapat masjid juga merupakan
tempat data center. Selain itu terdapat pula suatu tempat yang akan melayani
khusus anak-anak dan para lansia. Lebih kerennya lagi, disiapkan tempat khusus
buat para disablitas. Tempatnya ada di lantai 7.
Lantai
8 adalah khusus layanan audiovisual. Lantai 9 adalah layanan naskah nusantara.
Layanan Deposit ada di lantai 10. Sementara di lantai 11, 12, dan 13 adalah
masing-masing tempat Monograf Tertutup, Ruang Baca Pemustaka, dan Layanan Repositori
Terbitan Karya Indonesia.
Jika ingin melihat
Koleksi Buku Langka, tempatnya ada di lantai 14. Lalu naik setingkat lagi
menuju lantai 15, di sana terdapat layanan Referens. Mau lihat Koleksi Foto,
Peta dan Lukisan? Naik saja ke lantai 16.
Lantai 17 dan 18
terdapat Kantor Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, sementara di lantai 19 dan 20
terdapat Layanan Multi Media dan Layanan Koleksi Berkala Mutakhir dan Bidang
Ilmu Perpustakaan.
Di lantai 21-22, terdapat Layanan Monograf Terbuka. Di
lantai 23 adalah Layanan Koleksi
Bangsa-bangsa di Dunia Dan Majalah Terjilid.
Nah, di lantai 24 ini terdapat Layanan Koleksi Budaya Nusantara,
Eksekutif Lounge dan Ruang Penerimaan Tamu Mancanegara.
Mungkin karena gedung
ini masih baru, peresmiannya saja baru beberapa sebelum kami berkunjung, yaitu
tanggal 14 September 2017 oleh Presiden Joko Widodo, maka situasinya masih
sedikit sepi. Padahal kami berkunjung tepat pada hari kedua, hari kunjung perpustakaan,
tanggal 25-30 September 2017.
Menyusuri setiap
ruangan dari lantai 1 hingga lantai 24, tidaklah membuat kami lelah. Cukup
menaiki lift, sampai deh..
Oh iya fasilitas liftnya juga banyak, sehingga tidak
perlu terlalu lama antri.
Pada saat mau turun
dari lantai 24, seorang satpam memberi informasi, kalau mau foto dengan hasil
yang bagus, fotonya di lantai 25. Namanya juga ibu-ibu narsis, maka
ramai-ramailah kami menuju lantai 25, khusus untuk foto-foto.
Berada di lantai 25, tugu Monas kelihatan kecil |
Berkunjung ke gedung
ini sungguh membuatku puas. Satu-satunya hal yang membuatku sedikit kecewa
adalah aku tidak sempat mencetak kartu anggota, padahal sudah punya nomor
anggota.