Kelas Persiapan; Pentingnya Mengenal Diri Sendiri dan peran keluarga dalam berkarya
Menjadi salah satu dari 99 peserta yang terpilih masuk di TeleGrup merupakan anugrah yang luar biasa bagi saya. Sebenarnya menjadi bagian dari 99 orang yang terpilih itu gampang-gampang susah.
Gampangnya adalah cukup menyetorkan tulisan sebanyak-banyaknya dengan jumlah kata minimal 300 untuk satu tulisan selama bulan Januari 2022. Susahnya adalah konsisten menulis dan menajemen waktu agar tantangan itu bisa ditaklukkan.
Alhamdulillah saya berhasil menyetor 14 tulisan dengan pembagian: 7 tulisan di blog pribadi, 5 tulisan di google dokumen dan 2 tulisan di media sosial. Maka terpilihlah saya masuk di TeleGrup dan bergabung dengan perempuan-perempuan hebat lainnya.
Selain itu, KLIP 2022 juga mengadakan kelas persiapan bagi 456 peserta yang terdaftar di KLIP dengan narasumber-narasumber yang luar biasa.
Kelas Persiapan KLIP 2022
Kelas Literasi Ibu Profesional tahun 2022 memiliki program khusus berupa kelas persiapan yang saya sebutnya sebagai hadiah bagi KLIPers. Kelas persiapan merupakan kelas belajar bersama tentang materi-materi yang berkaitan dengan keluarga dan karya.
Berikut ini jadwalnya.
- Hari, Tanggal: Rabu, 2 Februari 2022 dengan Pemateri: Ibu Septi Peni Wulandani (Founder Ibu Profesional). Judul: Pentingnya Mengenal Diri Sendiri dan Peran Keluarga Dalam Berkarya dengan media zoom dan live YouTube.
- Hari, Tanggal: Jum’at, 4 Februari 2022 dengan pemateri: Shanty Dewi Arifin (Inisiator KLIP). Judul: Mengenal “Free Writing” dengan media zoom dan live youtube.
- Hari, Tanggal: Rabu, 2 Maret 2022 dengan pemateri: Satwika C.H (Ex-Editor Elex Media Komputindo). Judul: "PUEBI? Kenapa Mesti?" media yang dipakai masih dengan zoom dan live youtube.
Rabu, 2 Februari 2022 kelas persiapan dibuka dengan sangat baik oleh mbak Satwika.
“Supaya kita bisa memenuhi komitmen menulis selama setahun, maka kita perlu menyiapkan mental kita, motivasi internal kita karena itulah yang menjadi pendorong utama untuk kita terus bergerak maju.” (Satwika).
Setuju sekali dengan kata-kata motivasi dari mbak Wika ini. Bahwa, sebagai perempuan kita dianugerahi banyak sekali tanggung jawab sehingga waktu menulis terkadang terabaikan.
Bagaimana supaya kita bisa terus komitmen menulis dalam kondisi apapun padahal sudah berjanji menulis dengan bergabung di KLIP?
Semoga materi yang dibawakan oleh Bu Septi ini bisa menjadi pemicu untuk kita terus berkarya.
Yuk, simak hasil belajar saya dalam kelas persiapan KLIP berikut ini.
Pentingnya Mengenal Diri Sendiri dan Peran Keluarga Dalam Berkarya
Pentingnya mengenal diri sendiri dan peran keluarga dalam berkarya adalah tema yang disampaikan oleh Ibu Septi Peni Wulandani di mana beliau adalah founder Ibu Profesional.
Pada menit pertama bu Septi membagikan pengalamannya tentang bagaimana mengenal diri dan bisa menjalankan peran dalam berkarya meskipun heboh dengan segala macam aktivitas baik sebagai perempuan sebagai ibu maupun sebagai istri.
Perempuan Berdaya Dari Rumah Untuk Dunia
Agar perempuan bisa berdaya dari rumah untuk dunia, menurut Ibu Septi, perempuan harus memiliki tiga hal, yaitu: perempuan harus memiliki jati diri, mandiri dan berdaulat penuh atas keputusan yang diambilnya.
Perempuan Harus Memiliki Jati Diri
Agar kita sebagai perempuan bisa berdaya sekalipun dari rumah untuk dunia, kita harus memiliki jati diri dan tahu siapa kita sehingga tidak terombang-ambing melihat tingkat kesuksesan orang lain.
Orang lain yang sukses, kitanya yang baper. Saya menangkapnya seperti itu.
Perempuan Harus Mandiri
Hal kedua yang menjadikan perempuan bisa berdaya adalah harus mandiri. Kita tidak bergantung kepada siapapun kecuali kepada Allah Swt. Agar saat mengambil dan menjalankan sebuah keputusan itu karena diri kita bukan karena paksaan siapa-siapa.
Berdaulat Penuh Atas Keputusan yang Diambil
Hal yang ketiga ini sangat berkorelasi dengan mandiri yaitu percaya diri dan memiliki jati diri sehingga setiap keputusan yang diambil jika gagal maka tidak akan menyalahkan orang lain.
Ibu Septi memberikan contoh, misalnya saat telah memutuskan ikut Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) dengan menulis secara konsisten di mana harus menulis minimal 10 tulisan dalam sebulan selama setahun, maka ketika tidak berhasil memenuhinya, kita tidak menyalahkan apa dan siapa-siapa.
Ketika kita telah mengambil keputusan maka kita berdaulat penuh atas keputusan tersebut maka tidak boleh mengeluh atas apapun yang dihasilkan.
Lebih jelasnya diterangkan bahwa terdapat tiga proses untuk menjadi perempuan berdaya, yaitu:
Mampu Memahami Diri dan Potensinya
Menulis itu memiliki banyak gender, misalnya fiksi, non fiksi, cerita anak dan sebagainya. Olehnya itu kita harus mengetahui kemampuan dan potensi kita dalam menulis.
Apakah suka menulis fiksi, menulis tulisan yang serius seperti penelitian serupa jurnal, atau tulisan santai yang pendek-pendek seperti tulisan status di media sosial.
Jadi kita harus mampu memetakan potensi diri, kitanya berada di mana nih. Jika senang dan bisa menulis fiksi maka lakukanlah itu. Andai suka dan bisa menulis hal-hal yang serius maka tuliskanlah.
Intinya, tulisan apapun yang dihasilkan, tulisan itu harus mendatangkan kebahagiaan buat diri kita.
Satu hal yang mesti disadari bahwa menjalani sesuatu yang bahagia belum tentu enak. Misalnya, menulis itu adalah hal yang membahagiakan, tetapi saat menjalaninya kita dihadapkan pada hal-hal yang tidak menyenangkan misalnya, lirikan setrikaan yang menumpuk, cucian yang menanti untuk dijemur dan sebagainya.
Maka jalanilah dengan sebagus mungkin, jangan mengeluh atau bahkan berhenti menulis. Jika sudah bisa melewati tantangannya maka kita bisa masuk ke tahap kedua, yaitu mampu membawa dan menghadapi perubahan.
Mampu Membawa dan Menghadapi Perubahan
Agar mampu membawa dan menghadapi perubahan yang paling utama adalah komitmen yang diikuti dengan konsisten.
Bagi Bu Septi, sesuatu yang dikerjakan dan beliau meletakkan komitmen yang tinggi lalu konsisten di bidang itu biasanya berhasil, tetapi sebaliknya jika sekedar ikut-ikutan dan tidak konsisten maka biasanya gagal.
Ini bisa kita jadikan sebagai pembelajaran, apapun peran yang kita ambil harus dijalani dengan baik dan mengikuti prosedurnya maka kita mampu menghadapi dan membawa perubahan.
Misalnya menghadapi suatu kendala menulis. Namun, kita sudah komitmen untuk konsisten menulis, maka kita harus mengubah strateginya agar bisa terus menulis.
“Tidak ada kata gagal hanya hasil yang tidak sama dengan harapan kita. Dan kita Cuma harus mengubah strateginya saja."
Mampu Berdaulat Penuh Atas Dirinya
Mampu berdaulat penuh atas diri sendiri artinya tidak lagi menyalahkan siapapun apabila kita gagal. Orang yang mampu berdaulat penuh atas dirinya tidak akan menuntut jika menemukan kegagalan.
Intinya, perempuan yang berdaulat penuh atas dirinya tidak akan bergantung kepada apapun dan kepada siapapun.
Konsep Dari Rumah
Bagaimana konsepnya jika dikerjakan dari rumah?
Kita menyadari bahwa kita memiliki waktu yang sama dengan orang lain, sama-sama 24 jam. Namun, mengapa ada yang bisa mengerjakan banyak hal bahkan bisa menghasilkan karya sedangkan yang lain tidak.
Mengapa? Biasanya karena tidak diorganisir dengan baik.
Sudut Pandang Perempuan Tentang Rumah
Menyikapi tentang konsep perempuan terhadap rumah maka proses pertama yang harus dilakukan adalah mengubah sudut pandangnya tentang rumah.
Tiga sudut pandang perempuan tentang rumah yang harus diubah, yaitu perempuan harus menganggap bahwa:
- Rumah adalah tempat belajar
- Rumah adalah tempat tumbuh
- Rumah tempat berkarya
Maka yang paling penting adalah komitmen dan konsisten dengan waktu. Sebab waktu adalah sesuatu yang sangat penting. Rumah adalah tempat kita belajar termasuk belajar mengelola waktu dan belajar disiplin atas komitmen yang telah dipilih.
Seperti yang dilakukan oleh Bu Septi yang selalu menjadikan penanda waktunya berupa azan. Dari subuh ke zuhur kerjaannya apa, lalu dari zuhur ke asar apa lagi yang harus dikerjakan kemudian dari asar ke magrib dan seterusnya. Sangat disiplin.
Dari rumah pula kita bisa melihat sejauh mana kita bertumbuh. Apakah yang dilakukan pada bulan lalu bisa terus konsisten dilakukan pada bulan ini atau justru bertambah. Dari rumahlah kita bisa melakukan sesuatu untuk bertumbuh.
Rumah sebagai tempat berkarya. Apa nih yang telah dihasilkan selama menjadi ibu, menjadi istri atau bahkan menjadi perempuan, di mana sekian banyak waktunya dilakukan di rumah.
Setelah dipikirkan mulailah kita menata bahwa selama dalam perjalanan sebagai ibu, istri atau perempuan, karya apa saja yang telah dilahirkan. Karena karya-karya itulah nantinya yang akan kita tinggalkan.
“Kalau kita ingin hidup 1000 tahun lagi, maka kuncinya adalah menulis, berbagi ilmu, memiliki anak yang soleh dan salihah, menjalankan amal jariah berupa memiliki ilmu yang bermanfaat.”
Ketika nafas sudah berakhir maka ilmu kita bisa tetap mengalir dan karya kita bisa terus dibaca oleh banyak orang." Septi Peni Wulandani.
Belajar, Tumbuh, Berkarya Dari Rumah
Bagaimana kita belajar, tumbuh dan berkarya dari rumah maka tiga hal yang harus dilakukan, yaitu:
Pemetaan Potensi
Perempuan itu memiliki banyak potensi maka perlu dipetakan agar bisa membuka potensi demi potensi lainnya. Tiap tahun Bu Septi selalu memberi ruang bagi dirinya untuk mencicipi sesuatu yang belum pernah beliau lakukan selama hidupnya.
Hal inilah yang membuat beliau membuka potensi demi potensinya.
Jika setiap potensi itu dikembangkan maka bisa jadi itu menjadi pintu rezeki. Maka jangan terkungkung dengan hanya satu potensi.
Beri ruang ekspresi
Perempuan itu kreator sejati perlu diberi ruang ekspresi sebagai tempat bermain. Maka salah satunya adalah KLIP sebagai ruang berekspresi.
“Kebahagiaan itu diciptakan bukan ditunggu.”
Selebrasi dan Apresiasi
Perempuan itu senang diapresiasi maka kita harus mampu menciptakan selebrasi dan mengapresiasi setiap pencapaian-pencapaian kita. Jika kita berhasil menulis sekian banyak sesuai target atau bahkan melebihi target maka segeralah melakukan selebrasi dengan bentuk apa saja.
Misalnya, makan es krim, jalan-jalan ke pusat perbelanjaan atau apalah yang menggembirakan diri sendiri.
Konsep Dari Rumah Untuk Dunia
Perlu diketahui bahwa berkontribusi untuk dunia start point nya adalah dari dalam rumah kita. Terdapat tiga harta karun dari rumah untuk dunia yang harus dikembangkan, yaitu manajemen waktu, tantangan di rumah dan aksi menjadi solusi.
Manajemen waktu sangat menentukan produktivitas kita. Selain itu, masalah harus diubah menjadi suatu tantangan yang harus ditaklukkan.
Hal berikutnya adalah empati akan diubah menjadi aksi, dan aksi dijalankan menjadi solusi dan bisa dibagikan kepada khayalak sehingga nantinya kita akan dikenal sebagai apa.
PENUTUP
Sebagai penutup, saya mencoba membuat kesimpulan dari “berlian-berlian” (meminjam istilah dari Mbak Wika) yang disebarkan oleh Ibu Septi, yaitu:
- Perempuan harus berdaya dengan cara memahami diri dan potensinya, mampu membawa dan menghadapi perubahan dan mampu berdaulat penuh atas dirinya.
- Perempuan bisa mengubah dunia sekalipun dilakukan dari rumah sebab mengubah dunia start pointnya adalah dari rumah.
- Tiga hal yang harus dilakukan oleh perempuan agar dapat tumbuh dan berkarya dari rumah adalah, memetakan potensinya. Jangan berhenti melakukan satu jenis potensi saja. Terus gali potensi-potensi lainnya dan mencoba melakukan hal baru yang belum pernah dilakukan selama hidupnya. Jika berhasil, maka yakinlah itu sangat membahagiakan.
- Hal terakhir adalah jika berhasil mencapai sesuatu atau berhasil memberdayakan potensi yang dimiliki maka janganlah pelit terhadap diri sendiri. Lakukan selebrasi untuk mengapreasiasi pencapaian-pencapaian.
Saya biasanya melakukan selebrasi dengan pergi ke salon merawat tubuh. Jika tak sempat, maka saya cukup ngeteh sambil menonton atau membaca ditemani cemilan.
Oh yah ada lagi nih oleh-oleh “berlian” dari bu Septi.
- Jika kita mengalami kegagalan dalam menilai diri maka bersyukurlah karena kita tahu telah melakukan kesalahan. Karena alangkah bahayanya jika kita tidak tahu kalau kita salah.
- Kalau kita salah dalam belajar berarti kita belajar dari kesalahan.
- Kalau tidak salah berarti kita melangkah selangkah lebih dari Langkah sebelumnya.
Closing Statement dari Bu Septi
“Mendidik anak, menjemput rezeki dan berkarya itu adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, apalagi dikorbankan, karena pernikahan itu bukan pengorbanan, pernikahan adalah mencari kebahagiaan.”
Baca juga tentang KLIP di sini dan di sini
Makassar, 11 Februari 2022
Dawiah