15 Desember 2022.
Ternyata sudah 14 hari tidak menulis apa pun. Hanya sibuk merapikan tulisan yang pernah diposting sejak bulan Januari hingga November. Memilih dan memilah tulisan mana kira-kira yang bisa dikategorikan satu tema kemudian disatukan, dihitung jumlah katanya lalu dikonversi ke pdf untuk dijadikan skripsi sebagai tugas akhir pada Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP).
Saya memilih FLIPHTML untuk menyimpan tulisan-tulisan saya yang jumlah katanya sebanyak 22999 sekaligus memublikasikannya. Ah, satu kata lagi akan menjadi 23.000 kata. Tetapi saya memilih berhenti di angka itu, agar dapat angka cantik 999.
Maknanya apa? Tidak bermakna apa-apa, kecuali ada yang mau mencocokologinya. Terserah kalian saja deh. Bagaimana bentuk skripsi itu? Kalian bisa membacanya dengan mengklik JURNAL 2022 ini
Namun, sebelum saya memaksakan diri menuntaskan penyusunan skripsi ini sejak subuh hingga malam, ada pekerjaan lain yang juga menuntut untuk ditekuni. Merampungkan nilai-nilai siswaku juga menyicil penilaian PPG yang saya ampuh sebagai guru pamong.
Sibuk juga ya saya? Tiba-tiba kebayang, betapa betenya nanti kalau sudah purnabakti, tidak punya kerjaan yang menuntut untuk dikerjakan secepatnya, tidak mengajar, tidak menilai dsb.
Kata suami yang sejak 1 Desember ini sudah resmi pensiun,
“nikmati saja hari-harimu dengan santai. Masak, beres-beres rumah, rawat tanaman dsb.”Sayangnya saya bukan tipe seperti itu. Di dalam kepalaku terdapat labirin-labirin yang berisi berbagai macam rencana dalam rangka menyambut dan menjalani masa pensiunku. Saya ingin menulis ini-itu, mau melakukan ini-itu, mau jalan kesana dan kesitu. Ah, ruwet.
Sudahlah!
Soal pensiun, nanti-nanti sajalah dipikirkan, yang penting sekarang, banyak-banyak berdoa agar tetap sehat, bisa berkarya dan dapat menanti masa pensiun dengan bahagia.
Oh yah, kembali ke soal Skripsi KLIP. Ternyata saya menemukan tiga ciri khas dari tulisan saya, yaitu cerita ringan alias curhat alias cerita remeh temeh lalu tulisan yg saya beri label muhasabah, tetapi saya baca-baca lagi, ternyata masih tulisan curhat bertopeng nasihat, hahaha.
Ada satu tema yang agak serius sedikit. Saya menyebutnya non fiksi hanya untuk membedakan kalau informasi yang saya tuliskan itu adalah fakta bukan hasil imajinasi semata. Tulisan yang masuk kategori non fiksi ini adalah hasil penelusuran dari sumber yang terpercaya. No Hoaks.
Seperti tahun sebelumnya, penyusunan Skripsi bukan sekadar mengumpulkan tulisan-tulisan yang ditulis selama kurang lebih 11 bulan itu saja, melainkan ada usaha lain yang memerlukan ketekunan. Seperti, membuat kover buku, mendesain tata letak atau istilah kerennya, layout, mengkonversi word ke pdf, mengepres file dan gambar agar bisa dikonversi dsb.
Huaa…ternyata cukup menyita waktu dan mengasah lagi skill terpendamku. Hahaha.
Jika dibandingkan skripsiku tahun lalu dengan skripsi tahun ini, ada perbedaan yang cukup signifikan. Terutama kovernya. Kalau tahun lalu saya membuat kover dengan segenap jiwa sehingga cukup lama mengutak atiknya hingga jadi dan cukup memuaskan buat saya yang kurang memiliki jiwa seni, hahaha.
Namun, saya tidak bisa menyimpulkan, manakah yang lebih baik, kover tahun lalu atau tahun ini. Yang jelas, pembuatan kover skripsiku tahun ini terbilang cepat. Hanya beberapa menit, sat - set -sat - set jadi deh. Selain karena waktu yang mepet-mepet deadline, sepertinya usia juga memengaruhi, bahwa usia berbanding terbalik dengan keinginan. Semakin bertambah usia semakin berkurang keribetannya.
Tahun ini saya memberi judul skripsiku dengan "Jurnal 2022" asli ini kehabisan ide, hahaha, sedangkan tahun lalu, saya menamai skripsiku dengan "Belajar Sepanjang Hayat" judul ini itu kesannya ada harapan dan semangat untuk terus belajar.
Namun, sebenarnya saya lebih suka jika kalian membaca blogku saja. Masih banyak tulisan di blog yang tidak kumasukkan ke dalam skripsi ini. Serius! Saya lebih berterima kasih jika kalian mengulik sampai jauh tulisan-tulisan yang ada di sini.
Mana yang lebih baik? Silahkan membandingkannya dengan mengklik tautan ini Belajar Sepanjang Hayat.
Sementara itu, di laman media sosialku berseliweran pengumuman lomba menulis di blog. Di antara lomba-lomba itu, ada satu sampai tiga yang saya save di note’s handponeku. Rencananya bahkan berniat mau ikut lomba itu, tetapi lupa dan tahu-tahu sudah keluar pengumumannya.
Kalau sudah begitu, siapa yang salah?
Saya coba merenung dan mencari-cari biang keladinya, tetapi di dalam hati kecilku menggugat.
“Hei Dawiah, jangan kemaruk! Kerjakan saja apa yang bisa kamu kerjakan dan utamakan pekerjaan yang menjadi kewajibanmu. Itu jauh lebih baik daripada memaksakan diri.”
Maafkan yah!
Takzim buat sanubariku yang masih setia mengingatkan untuk tetap berpikir normal, tidak neko-neko dan tetap berjalan sesuai koridornya. Harus sadar diri, bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa terwujud dan tidak semua yang kita angankan menjadi kenyataan.
Tinggal beberapa hari lagi akan terjadi pergantian tahun Masehi. Tahun baru Masehi yang selalu seru dirayakan oleh seluruh dunia. Momen yang disambut dengan gegap gempita dan biasanya disambut dengan resolusi-resolusi untuk tahun berikutnya.
Saya pun pernah ikut euforia itu, seru-seruan menulis resolusi tahun baru. Habis itu, saya lupa apa saja list resolusi yang telah ditulis. Kehidupan terus berjalan tanpa pernah berhenti walau sesaat. Resolusi yang tercipta mulai terlupakan dan uniknya, sering kali resolusi itu terjadi tanpa dipersiapkan bahkan direncanakan. Terjadi begitu saja.
Salah satu resolusi yang selalu saya buat sejak mulai serius menekuni dunia kepenulisan ini adalah menulislah walau hanya satu kalimat sehari dan membaca buku walau satu paragraf sehari. Qadarullah, ini betul-betul terjadi.
Sayangnya, yang lebih sering terjadi hanya menulis satu kalimat sehari dan membaca satu paragraf saja. Hahaha.
Mungkin untuk tahun depan, saya harus membuat resolusi yang lebih menantang. Seperti, menulis minimal 1 halaman sehari dan menamatkan buku minimal 1 buku sebulan.
Doakan semoga saya sehat dan terus menulis dan berkarya.
Salam Dari Makassar, 15 Desember 2022.
Dawiah