Mengukir Kenangan di Balocci

Wednesday, February 15, 2023


Mengukir Kenangan di Balocci

Sabtu pagi yang cerah, saya bersama Bu Ida meninggalkan kota Makassar menuju desa di kaki gunung Bulusaraung. 

Sepanjang perjalanan saya sibuk mengumpulkan serpihan-serpihan kenangan yang mulai mengabut dalam ingatan.

Bukan tidak penting, tetapi banyak bagian dari kenangan itu yang pernah saya dan Ayangbeb niatkan untuk meninggalkannya di situ saja. Kami sepakat untuk tidak membawanya sekalipun itu hanya kenangan.

Namun, yang namanya kenangan, kita tidak bisa begitu saja mengabaikannya. Kadang datang menyeruak dalam ingatan tanpa diundang.

Dan, hari Sabtu itu saya dipaksa untuk datang ke asal kenangan. Lalu, saya sibuk menatanya agar bisa tercipta utuh. Tak perlu semuanya, cukup menghadirkan wajah-wajah murid yang pernah kami ajar pada tahun 1986 sampai tahun 1993.

Sekitar pukul 11.00 mobil yang saya dan Bu Ida tumpangi memasuki halaman sekolah. Hanya saya dan Bu Ida yang turun sedangkan anaknya Bu Ida yang menyopiri kami memutar mobilnya ke rumah kakaknya bu Ida untuk istirahat.

Saya berjalan memasuki halaman sekolah dengan kenangan yang tidak utuh. Terlalu banyak yang hilang dan saya susah payah menghadirkannya kembali.

Apalagi setelah bertemu mantan murid-murid yang saya ajar sekitar 35 tahun lalu. Mereka serempak menyambut kami dengan senyum lebar disertai kata-kata manis.

"Masyaallah, bu guruku tidak berubah, masih seperti dulu."

"Bu guru masih cantik."

Masyaallah, sambutan manis yang melambungkan perasaanku.


Dokpri. Saya di antara mantan muridku


Dokpri Melepas kangen dengan mantan muridku


Pada dasarnya semua orang berubah, tetapi kadang perasaan kita yang tidak bisa beranjak dari ingatan lama. Misalnya fisik saya saat pertama kali menginjakkan kaki di kaki Gurung Bulusaraung ini, saat usia masih 22 tahun pastinya mengalami banyak sekali perubahan dibandingkan saat ini di mana usia sudah setengah abad lebih.  

Kalaupun murid-muridku mengatakan “masih seperti dulu, tidak berubah, masih cantik dsb.” Bukan berarti tidak ada perubahan melainkan mereka yang merasa sangat berubah karena mereka terus bertumbuh dan berkembang dengan cepat.

Bayangkanlah anak SMP, usia masih belasan, masih unyu-unyu lalu berproses menjadi dewasa, ada yang telah menikah bahkan ada yang sudah bercucu dan seterusnya maka pastilah perubahannya sangat nampak.


SMP Standar Balocci Dalam Bingkai Kenangan




Tahun 1986 saya menginjakkan kaki di sekolah yang diberi nama SMP Standar Balocci. Saya tidak tahu, apa sebabnya disebut sekolah standar. Yang jelas sekolah itu masih baru dan satu-satunya sekolah negeri tingkat menengah pertama di kecamatan Balocci. 

Dari semua personil yang bertugas di SMP Standar, hanya kepala sekolah dan bujang sekolahnya yang sudah menikah. Selebihnya, mulai dari kepala Tata Usaha, staf Tata Usaha hingga guru-gurunya masih lajang dan masih muda. 

Rata-rata guru yang ditempatkan di sekolah itu adalah alumni diploma IKIP, tidak ada satu pun yang sudah bergelar sarjana. 

Ada yang lepasan Diploma 2 bahkan ada yang hanya Diploma 1. Diploma 2 artinya hanya mengecap pendidikan guru selama 2 tahun dan Diploma 1 yaah belajar jadi guru di IKIP hanya 1 tahun. 

Jadi kalian bisa menghitung usia guru-gurunya bukan?

Yang tertua waktu itu adalah yang sekarang menjadi suami saya, kelahiran 1962 karena itulah beliau didaulat menjadi wakil kepala sekolah. 

Jadi bukan karena kompetensi atau pengalamannya yang menjadi dasar penunjukan jadi wakil kepala sekolah. Lah, kita semua sama-sama guru baru, minim kompetensi apalagi pengalaman.

Kalau soal pengalaman mengajar, mungkin saya masih bisa menepuk dada waktu itu, karena saya sudah mengajar sejak tahun 1984, dua tahun sebelum terangkat menjadi guru ASN dan ditempatkan di sekolah itu. 

Namun, soal kompetensi, kita sama. Sama-sama masih belajar dan berjuang mengukir prestasi. 

Berada di lingkungan baru dan minim fasilitas membuat jiwa kotaku memberontak. Tidak ada listrik, tidak ada air bersih, pasar jauh dan hanya beroperasi dua kali sepekan. Itu semua yang memicu niatku untuk segera pindah dari sana.

Namun, takdir berkata lain. 

Allah Swt telah menulis di Lauhul Mahfudz kalau jodoh saya menanti di Balocci. Kita sama-sama lahir di Kota Makassar, jauh-jauh dibawa ke desa untuk dipertemukan dan ditakdirkan membangun rumah tangga. Begitulah, jodoh memang rahasia Ilahi.

14 Februari 1990 saya menikah dengan Pak Wakil Kepala Sekolah dan mencoba bertahan stay di sana hingga lahir anak kedua. Tahun 1993, saya memaksa Ayangbeb pindah dan kembali ke kota asal yaitu kota Makassar. 

Usaha pindah mengajar sebenarnya sudah kami lakukan sejak hamil anak pertama, tetapi baru terwujud saat anak kedua lahir.  Oktober 1993 saya resmi mengikuti ayangbeb yang 3 bulan lebih dahulu pindah ke SMP Negeri 7 Makassar. 

Lalu jejak kehidupan dan semua kenangannya selama di Balocci, perlahan tapi pasti mulai memudar. Kami terus melangkah dan hanya sesekali bercerita kepada anak-anak, bahwa dahulu ibu bapaknya ini dipertemukan oleh Allah di suatu desa di kaki gunung Bulusaraung. 


Setelah 35 Tahun


Sebenarnya mengunjungi kembali desa Balocci ini bukan yang pertama kalinya. Setelah pindah pada tahun 1993, saya bersama Ida pernah mengunjungi desa ini pada tahun 2018 dan mengabadikannya dalam tulisan yang berjudul Menapaki Jejak 32 Tahun.


Read More

Ceriakan Kulit Sehatmu Dengan Scarlett Jolly Series

Thursday, February 9, 2023

 


Review Scarlett


Ceriakan Kulit Sehatmu Dengan Scarlett Jolly Series



Hai, tidak terasa kita sudah berada di bulan kedua tahun 2023. Apa kabar sahabat-sahabat pendamba kulit glowing? Masihkah kalian bingung mencari produk untuk kulit cantikmu? Masih bingung menentukan pilihan?

Sini merapat ke mari, saya mau kasi info yang bagus agar harapan dan dambaanmu bisa segera terwujud. 


Yap, sebagai sesama pendamba kulit sehat, bersih dan glowing kita tuh tidak boleh bersaing, tetapi kita harus saling dukung saling nasihat menasihati serta saling berbagi info tentang dunia penskinkeran agar seluruh perempuan Indonesia termasuk saya dan kamu mendapatkan kulit yang sehat, bersih dan glowing. 

Sebelum saya pindah ke lain hati alias beralih ke produk Scarlett, saya tergolong orang yang tidak setia pada satu jenis produk. Belum tuntas dengan brand A pindah lagi ke brand B akibatnya kulitku tidak menunjukkan perubahan yang sesuai harapan.

Kemudian sekitar 2 tahun lalu, saya mencoba serangkaian produk bodycare Scarlett. Ternyata kulit dan seleraku nyantol ke Scarlett dan masih setia sampai sekarang. 

Awal Januari tahun ini saya mencoba produk barunya Scarlett. Produk – produk tersebut adalah Body Scrub Jolly, Brightening Shower Scrub Jolly, Body Serum Jolly, Fragrance Brightening Body Lotion dan Fragrance Body Cream.

Sesuai janji saya pada postingan sebelumnya bahwa selain menggunakan body scrub dan shower scrub masih ada tiga produk Scarlett lagi sebagai rangkaian dari Jolly Series Scarlett  yang telah saya aplikasikan pada kulitku.

 

Read More

Resolusi Membaca Tahun 2023

Sunday, February 5, 2023


mardanurdin.com
Dibuat menggunakan desain canva

Inilah 12 Buku yang Akan Saya Baca Pada Tahun 2023


Ada sepuluh buku baru yang saya beli pada akhir bulan Desember tahun 2022, kesepuluh buku itu rencananya akan saya baca sepanjang tahun 2023. Ini adalah caraku mengeksekusi salah satu resolusiku tahun ini, yaitu membaca minimal satu buku dalam sebulan. Tidak berani lebih dari itu, karena kesibukan lain terutama tugas utamaku sebagai guru tidak boleh terabaikan hanya karena membaca buku atau menyelesaikan targetku itu.

 

Sebenarnya membaca yg kumaksud dalam resolusi itu adalah membaca buku selain buku pelajaran karena membaca buku pelajaran sudah otomatis saya lakukan manakala pembelajaran akan saya laksanakan. 

 

Untuk mencukupkan jumlah buku sesuai penanggalan Masehi, maka saya masukkan list dua buku yang sudah lama saya beli, tetapi belum tamat saya baca. Maka total buku yang tersedia sudah pas dengan jumlah bulan penanggalan Masehi, yaitu 12 buku.

 

Alhamdulillah target untuk bulan Januari sudah berhasil bahkan berhasil pula saya tulis reviewnya, Buku “Bila Masa Tua Tiba” berhasil saya tamatkan dalam waktu 33 hari, jadi molor dua hari dari target. 


Read More

Review Buku "Bila Masa Tua Tiba"

Friday, February 3, 2023

 



Review Buku "Bila Masa Tua Tiba"

 

Saat mengunjungi si sulung di Jakarta, saya menyempatkan diri mendatangi toko buku yang paling terkenal di Indonesia, yaitu toko buku Gramedia di Jl. Matraman. 

Salah satu buku yang menarik perhatian dan akhirnya masuk dalam tas belanjaku adalah buku karangan Muhammad Yasir, LC yang berjudul Bila Masa Tua Tiba.

 

Buku ini related dengan keadaanku sekarang dan saya memang sedang mencari buku agama yang berkaitan dengan usia tua. Maka saat melihat buku ini terpajang manis saya langsung jatuh hati. Apa saja daya tarik buku ini? Mari kita bahas.


 

Detail Bila Masa Tua Tiba


 

Judul: Bila Masa Tua Tiba

Penulis: Muhamad Yasir, Lc

Bahasa: Indonesia

Penerbit: Pustaka Al-Kautsar

Tahun Terbit: 2021

Jumlah Halaman: 228

ISBN: 978-979-592-913-0

Harga: Rp. 99.500 (Harga P. Jawa)

 


Tentang Penulis


 

Penulis buku Bila Masa Tua Tiba adalah Muhamad Yasir, Lc.

Pada halaman terakhir yaitu halaman 228 ada sekilas tentang penulis. Dijelaskan kalau penulis ini lahir di Bungintimbe, Sulawesi Tengah, 8 Mei 1976.

 

Muhamad Yasir, Lc sudah menulis puluhan buku anak dan dewasa. Beliau juga adalah penerjemah buku berbahasa Arab. 


Sebagai lulusan Imam Muhammad Ibnu Sa’ud University, LIPIA Jakarta maka tak heran jika karya-karyanya pada umumnya bertema agama Islam apalagi beliau adalah peraih tiga kali Islamic Book Fair Award. Dan itu pula alasanku memiliki buku ini.


 

Sinopsis Buku 


 

Masa tua bagi seorang muslim episode sekaligus kesempatan terakhir sangat menentukan nasib di akhirat. Masa terindah sekaligus penuh kekhawatiran. Tidak ada lagi periode hidup setelah itu kecuali kematian. Jika baik masa tua, akhirat pun akan baik, jika buruk, akhirat pun menjadi buruk.

 

Buku, “Bila Masa Tua Tiba” ini, adalah renungan, pencerahan serta berita gembira kepada setiap yang berusia tua bahwa mereka manusia termulia dan dimuliakan, disayangi penduduk langit dan bumi, Allah menyiapkan banyak rukhsah, hak-hak istimewa, kebaikan dan berkah yang tidak diberi kepada selainnya.

 

Juga, tentang kisah inspirasi masa tua Nabi, para sahabat, tabi’in, ulama dan orang shaleh terdahulu. Tentang potret masa-masa indah Nabi bersama orang tua di masanya.

Dan, pelajaran hidup penting dari orang-orang berumur, bagaimana mereka mengisi masa tuanya dengan beragam kebaikan dan amal shaleh abadi serta menuntaskan janji kepada Allah sebelum akhirnya berpulang. Semakin tua semakin shaleh, arif dan takut kepada Allah, bukan semakin tua semakin tak bahagia.


 

Daftar Isi


 

Buku ini terdiri atas 8 bab dengan sub bab yang bervariasi jumlahnya. 


  1. Bila Masa Tua Tiba adalah bab pertama sekaligus penulis menjadikannya sebagai judul buku. Terdiri atas 6 sub bab yang dimulai pada halaman 3 sampai halaman 16.
  2. Umur Hadiah Terindah Dari Allah adalah bab 2 yang terdiri atas 5 sub bab sebanyak 12 halaman.
  3. Saat-Saat indah nabi Bersama Orang Tua merupakan bab 3 terdiri atas 6 sub bab sejumlah 6 halaman.
  4. Keistimewaan Orang Tua Muslim jumlah sub babnya lumayan banyak, yaitu 30 sub bab yang dimulai pada halaman 42 sampai halaman 88.
  5. Renungan dan Tadabur Masa Tua dimulai dari halaman 90 sampai halaman 130 yang terdiri atas 20 bab.
  6. Sebaiknya Jika Sudah Tua terdiri atas 18 sub bab dengan jumlah halaman sebanyak 33 halaman.
  7. Selanjutnya, bab “Belajar Hidup Dari Orang Tua Shaleh Terdahulu terdiri atas 27 bab yang dimulai dari halaman 170 sampai dengan halaman 214.
  8. Penutup dari buku ini adalah bab “Sebelum Berakhir” yang hanya terdiri atas 5 sub bab dengan jumlah 7 halaman.

 

 

Review Buku

 



Buku dengan hard cover ini semakin terasa mewah manakala membaca keseluruhan isinya. Banyak hal baru yang menginspirasi jiwa sembari merenung bahwa tua itu tak selamanya tidak baik, maka jangan berkecil hati menghadapi masa tua karena kita itu sangat disayang sama Allah. Semakin tua selama menjadi muslim yang taat maka akan semakin disayang Allah.

 

Buku yang berukuran 20,5 x 20,5 cm ini menyajikan kisah-kisah yang menyejukkan kalbu. Tatkala Rasulullah Saw begitu menyayangi dan menghormati orang tua seperti yang digambarkan pada halaman 192. 


Diceritakan oleh Asma putri Abu Bakar, “Ketika Nabi memasuki Makka dan beliau masuk ke dalam masjid, Abu Bakar dan ayahnya (Abu Qahafah) datang menemui Nabi. Saat Nabi melihatnya beliau berkata.

 

“Wahai Abu Bakar, mengapa engkau tidak membiarkan ayahmu di rumahnya saja dan aku yang datang menemuinya.”

 

Begitu hormatnya Nabi kepada orang tua yang menggambarkan adab dalam memperlakukan orang tua. Selain isinya yang “daging” semua, saya juga sangat terkesan dengan qouts-qouts yang dalam buku ini. 


Qouts-qouts itu terkadang berupa ayat-ayat Al Qur’an atau hadist atau kalimat-kalimat dari para tabi’in maupun dari ulama.

Maka sangat pantaslah kalau penulis menuliskan kalimat di awal membuka buku ini, yaitu”

 

“Buku ini mengajak merenungi keindahan masa tua; episode sekaligus kesempatan terakhir sebelum berpulang. Menjemput banyak rukhsah, hak-hak, kebaikan dan berkah Allah yang tidak diberi kepada selain orang tua.  Dan, belajar bagaimana Nabi, sahabat, tabi’in, ulama salaf dan orang saleh terdahulu melewati masa tuanya dan menyelesaikan hidup dengan benar sebelum dipanggil Allah.” (Halaman sampul).

Cara penyampaiannya pun tidak berlebihan dengan diksi yang kadang membingungkan. Isinya padat, simple tetapi penuh dengan makna.


 

Kelebihan dan Kekurangan


 

Tentang keseluruhan isi buku Bila Masa Tua Tiba ini bisa dikatakan nyaris tidak ada celanya. Namun, seperti kata pepatah, tiada gading yang tidak retak maka demikian pula dengan buku ini.

 

Kekurangan sekaligus kelebihannya adalah buku ini terlalu besar ukurannya juga tebal sehingga agak sulit membawanya kemana-mana. 

Coba dibayangkan, beratnya saja sudah 555 gram ditambah ukurannya yang lebar terus mau dibawa kemana-mana, kebayang berat dan bikin repotnya bukan? 

 

Namun, kekurangan itu sekaligus kelebihannya, karena kertasnya yang tebal dan kuat sehingga tidak mudah sobek dan terlepas dari lemnya.

 

Saya juga suka dengan bentuk tulisan pada judul di setiap bab dan sub babnya berupa tulisan indah dengan warna kuning sedikit keemasan.

 

Bagaimana Harganya?

 

Harga bukunya berbeda-beda tergantung di mana kita membelinya. Saya membayar sebanyak Rp.99.500, karena saya membelinya saat masih berada di pulau Jawa sementara harga buku “Bila Masa Tua Tiba” di luar pulau Jawa cukup jauh perbedaan harganya. Sedangkan di shopee harganya Rp.105.000 belum termasuk ongkos kirimnya.


 

Penutup


 

Jika kalian merasa perlu mempersiapkan diri dalam menyongsong masa tua atau saat ini sudah berada pada masa itu seperti saya, maka memiliki buku ini bisa menjadi salah satu nasihat buat diri. 


Saya bersyukur telah memilikinya karena saat ini saya sedang membersamai mama saya yang kadang butuh cerita-cerita inspirasi sebagai penghibur di masa tuanya. Maka cukuplah saya menyampaikan kabar gembira tentang betapa sayangnya Allah kepada orang tua yang taat dan tetap memelihara iman islamnya. 

Saya berharap dengan mendengar cerita saya tentang isi buku ini, mama bisa semakin tenang menjalani masa tuanya, demikian pula saya.


Makassar, 4 Februari 2023  


Dawiah

 

 

 

 

Read More

Praktik Bioteknologi Konvensional Pada Kamis Manis Bersama Anak-Anak yang Manis

Thursday, February 2, 2023



Kamis Manis Bersama Anak-Anak yang Manis

Praktik Bioteknologi Konvensional Pada Kamis Manis Bersama Anak-Anak yang Manis


Kamis, 2 Februari 2023 seperti biasa, kegiatan rutinku sebagai guru adalah bersiap-siap ke sekolah sebelum pukul 07.00 sekalipun jarak dari rumah saya ke sekolah itu bagaikan sepelemparan batu saja, tetapi kadang juga saya terlambat ke sekolah. 

Ada-ada saja penyebabnya, misalnya Ami putra keempatku yang selalu mengantar dengan motornya tiba-tiba masuk toilet di saat saya sudah siap-siap. Atau saya keasyikan buka aplikasi WhatsApp dan baca-baca pesan yang masuk. Heuu … ini contoh yang tidak baik.

Dan, yang paling sering menjadi penyebab saya terlambat ke sekolah adalah saat saya datang ke mama pada pagi hari, menemaninya minum teh, mengajaknya ngobrol dan saya merasa tak enak hati meninggalkannya disaat beliau sedang senang-senangnya mengobrol.

Namun, kata Ayangbeb, itu alasan saya saja, karena sesungguhnya itu bisa diatasi. 

Ah, beliau belum tahu saja, bahwa betapa senangnya hati ini saat melihat binar bahagia di mata mama, mendengarnya bercerita, melihat senyumnya bahkan mendengar gelak tawanya. Itu tuh serasa dunia ini milik kami berdua. 

Tetapi apa pun alasannya, terlambat ke sekolah adalah hal yang tidak baik dan saya berjuang untuk tidak mengulanginya. Karena dulu, saya paling benci terlambat ke sekolah. Saya selalu berdiri di pintu kelas sebelum bel berbunyi dan menunggu siswa datang satu-satu. 

Semakin disiplin saat diberi amanah sebagai kepala sekolah. Selalu cepat datang karena harus membersamai anak-anak melakukan zikir pagi sebelum masuk kelas. 

Saya pikir-pikir, rasanya saya makin lambat bergerak dan tidak selincah dulu lagi. Apakah penyebabnya karena faktor usia? Di mana semakin banyak usia tingkat kegesitan melakukan ini - itu semakin berkurang. Bisa jadi, hahaha.


Kamis Manis Bersama Anak-Anak yang Manis


Kamisku hari ini adalah hari yang manis bersama siswa-siswiku yang bersikap manis. Alhamdulillah, pembelajaran berlangsung seru dan anak-anak mengikutinya dengan antusias.

Untuk pelajaran IPA saya menggunakan metode pembelajaran tanya jawab yang didahului dengan membaca materi secara bergiliran. Setiap siswa bertugas membaca dengan mengeraskan suaranya dan temannya yang lain menyimak. Pada waktu tertentu, saya hentikan lalu menunjuk secara acak untuk menyambung bacaan itu. 

Ini mirip dengan teknik membaca nyaring yang biasa diterapkan pada anak SD. Selanjutnya, siswa saya tugaskan membuat soal dilengkapi dengan jawaban, materinya diambil dari bahan bacaan yang telah mereka baca.

Tahap berikutnya, setiap anak melemparkan soal kepada siswa yang saya tunjuk secara acak dengan catatan, setiap yang berhasil membuat soal mendapatkan satu poin, siswa yang ditunjuk menjawab jika jawabannya benar juga mendapat satu poin. Jika tidak bisa dijawab, soalnya dikembalikan ke penanya untuk dijawab sekaligus menjelaskan kepada temannya, maka sipenanya bertambah poinnya.

Teknik ini baik untuk memicu daya konsentrasi anak sekaligus mengetahui daya literasi dasarnya, berupa literasi baca tulis.

Ternyata menggunakan teknik ini seru dan cukup heboh. Ketika temannya yang tidak berhasil menjawab dengan benar, si penanya bersorak karena itu berarti ia bisa menjelaskan jawabannya dan berhasil meraih dua poin. Sementara yang gagal menjawab tidak berkecil hati karena masih bisa mendapatkan satu poin saat ia berkesempatan membacakan soalnya, syukur-syukur kalau soanya tidak terjawab agar bisa meraih dua poin.


Mengapa Membaca Nyaring?


Membaca nyaring bertujuan untuk mengetahui keterampilan anak membaca dalam intonasi, tekanan kata, pemenggalan kata, kemampuan menggunakan tanda baca dan pemenggalan frasa. Selain itu, membaca nyaring bisa menjadi latihan anak dalam berkomunikasi lisan bagi pembaca dan latihan menyimak bagi pendengarnya. Bisa juga sebagai latihan meningkatkan kemampuan adaptasi diri bagi anak yang pemalu.

Hasil kegiatan membaca, menyimak dan tanya jawab yang saya lakukan untuk tiga kelas IPA, saya dapatkan sedikitnya 3 hasil evaluasi, yaitu:

  1. Masih ada siswa saya yang belum mahir membaca tanda baca, terutama tanda baca tanya. 
  2. Masih ada siswa saya yang kurang lancar membaca, tetapi ada juga siswa yang terlalu cepat membaca sehingga mengabaikan tanda koma dan tanda titik. Melaju bagai kereta api. 
  3. Masih ada yang kurang menyimak terbukti saat diberi tugas membuat soal, mereka membuat soal di luar dari bacaannya. Padahal perintahnya jelas. “Buatlah satu soal dari bacaan yang telah kalian baca tadi.”

Namun, saya patut berbangga, siswa-siswa saya pada umumnya sudah bisa membaca dan menyimak dengan baik. Kalaupun ada yang masuk dalam ketiga kategori di atas, itu hanya segelintir dan tidak terlalu parah sebenarnya serta masih bisa diperbaiki selama mereka mau berusaha.


Read More

Kita Akan Mengenang Rabu Ini Suatu Saat Nanti

Wednesday, February 1, 2023

 



Kita Akan Mengenang Rabu Ini Suatu Saat Nanti


Hari ini 1 Februari 2023 jatuh tepat pada hari Rabu di mana jadwal mengajarku berubah menjadi Rabu yang cukup padat. Berbeda dengan pekan sebelumnya saat roster belum diubah, hari Rabuku di pagi hari adalah waktu ke pasar untuk berbelanja bahan makanan untuk persiapan dua tiga hari ke depan karena jadwal mengajarku di jam 12.50 sampai 14.50. 

Setelah roster mengajar mengalami perubahan karena ada dua orang teman yang pensiun maka Rabuku menjadi tidak seperti semester lalu lagi. Dimulai pada jam pertama, pukul 07.30 – 8.50 dengan mata pelajaran IPA, di antarai jam kosong setelahnya, kemudian masuk  jam ke 6 - 7, pukul 11.10 – 13.30 lalu jam ke 8 – 9, pukul 13.30 – 14.50.

Cukup menguji ketabahan sebenarnya karena jam ke 6 dan ke  7 itu di antarai jam istirahat 20 menit dan yang lebih membutuhkan elusan dada adalah jam ke 8 – 9 di antarai isoma (istirahat, salat dan makan siang). 

Bayangkan, kita yang sudah serius belajar mengajar tiba-tiba di menit ke 41 dihentikan oleh bel istirahat. Setelah istirahat masuk lagi ke kelas yang sama saat anak-anak masih mau menikmati waktu istirahatnya. 

Ini tuh seakan ibu yang mau melahirkan, sudah pembukaan ke 5 balik lagi ke pembukaan ke 1, heuuu… Ibu-ibu yang pernah mengalami ini pasti sudah bisa membayangkan, gimana betenya. Tidak sesakit itu sebenarnya, saya katakan bete saja, hahaha.

Jam pertama dan jam kedua berjalan aman. Anak-anak masih fresh, masih bisa fokus sekalipun kadang muncul juga anak-anak yang sudah terbiasa bergerak kesana kemari macam cacing kepanasan, tetapi tidak jadi masalah, saya masih bisa mengatasinya dengan senyuman, otak saya juga masih fresh, tidak boleh ngomel-ngomel, ini masih pagi.

Jam ke 6 saya masuk kelas lagi untuk mata pelajaran Prakarya. Mulai muncul sedikit masalah. Seharusnya praktik pembuatan telur asin berjalan lancar karena sudah ada pembagian kelompok dan perencanaan praktik, ternyata masih saja ada anak yang tidak siap. Saat pindah ke laboratorium, anak-anak yang tidak siap tidak ikut pindah ke lab, mereka malah asyik bermain di kelasnya. 

Mau dipaksakan juga tidak mungkin. Lah, mereka tidak bawa bahan praktik bahkan ada yang belum punya kelompok. Ditanya, “kenapa tidak bergabung dengan temannya?”

Dengan entengnya dia menjawab, “tidak ada yang mau menerima saya Bu.”

Wah, ini sesuatu yang tidak bisa dibiarkan. Jika ada seorang anak yang tidak mau diterima oleh teman-temannya, pasti ada sesuatu yang tidak beres.

Anak itukah yang tidak bisa beradaptasi? Atau teman-temannya yang mengucilkan dia?

Setelah ditelusuri, ternyata hanya masalah miskomunikasi. Walaupun saya melihat ada gelagat mengucilkan dan yang dikucilkan justru menikmati itu. Entahlah, mungkin masalah seperti ini bisa difasilitasi oleh guru BK, mencari tahu di mana titik masalahnya. 

Tugas saya saat itu cukup memasukkannya ke dalam kelompok yang sudah terbentuk dan sedikit memaksa temannya untuk menerima dia. Namun, kejadian yang nampaknya sepele itu membuat saya berceramah ini itu, mengingatkan kalau manusia itu tidak bisa betul-betul sendiri di dunia.

Kita akan selalu membutuhkan orang lain.

Setelah ceramah sekian menit, akhirnya kegiatan praktik dilanjutkan. Sangat singkat karena sisa membuka lumuran garam yang telah dicampur dengan abu gosok pada telur lalu mengetesnya, apakah telur sudah asin, setengah asin atau malah keasinan?

Untuk urusan ini, anak-anak mengambil sebagian hasilnya untuk mereka masak dan mencicipinya. Good Nak, praktik prakarya dengan materi “Bahan Makanan Setengah Jadi” berhasil.


Read More