Menulis di Media Sosial Ada Etikanya

Thursday, February 27, 2020


Menulis di Media Sosial Ada Etikanya

Sumber: Pixabay.com

Bergabung dengan beberapa grup media sosial, seperti grup whatsApp membuka mata saya, kalau ternyata masih banyak yang belum memahami cara  menulis yang baik dan benar di media sosial.

Padahal media sosial itu sudah ada sejak awal tahun 2000, itu artinya keberadaan media sosial sudah memasuki dua dasawarsa. Walau tak dapat dipungkiri, kalau baru satu dasawarsa ini media sosial menjadi sangat populer.

Begitu populernya, sehingga semua lapisan masyarakat dari anak-anak hingga orang sepuhpun piawai menggunakannya. Sayangnya, kelincahan menggunakan media sosial sebagai salah satu sarana bersilaturahim, tidak diikuti dengan kecerdasan dalam menulis.

Sebenarnya ajakan menulis yang baik dan benar di media sosial itu sudah lama dan sudah banyak yang bagikan. Bagaimana etikanya menulis di media sosial, gambar atau foto apa yang layak dibagikan, berita apa saja yang bisa di-share, dan sebagainya.

Tetapi  masih banyak yang belum memahami hal itu, bahwa etika dalam berkomunikasi di media sosial atau di internet pada dasarnya sama saja etika di dunia nyata.

Ada tiga hal yang sering diabaikan oleh pengguna media sosial, di mana hal yang terabaikan itu cenderung membuat pengguna media sosial seakan  tidak beretika dan kurang cerdas.

Ketiga hal itu adalah penggunaan huruf kapital, penempatan tanda baca, dan menyingkat kata.

Baca juga rahasia menulis di sini


Penggunaan Huruf Kapital


Pernahkah sahabat membaca tulisan di  media sosial yang menggunakan huruf kapital semua? Apa yang sahabat rasakan?

Sebelumnya, mari menyimak dahulu pengertian dan fungsi dari huruf kapital.
Huruf kapital atau biasa disebut huruf besar, dalam KBBI diartikan sebagai (1) modal (pokok) dalam perniagaan; (2)  besar (tentang huruf seperti A, B, C, dan seterusnya).

Sedangkan menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), huruf kapital dipakai sebagai: huruf pertama awal kalimat, huruf pertama unsur nama orang, huruf pertama nama agama, kitab suci, huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, dan dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. (PUEBI Daring).

Menilik dari petunjuk penggunaan huruf kapital tersebut, maka menulis di media sosial  yang menggunakan huruf kapital semua adalah tidak sesuai PUEBI.

Menulis  kata atau kalimat dengan huruf besar semua di media sosial bermakna “teriak” atau shouting, sehingga bisa dikategorikan melanggar etika internet (netiket).

Selain itu, kata atau kalimat yang ditulis dengan huruf kapital semua di media sosial tidak ramah pengguna, sulit dibaca, dan sulit dipindai.


Bagaimana perasaan sahabat membaca kalimat berikut?

DISAMPAIKAN KEPADA BAPAK DAN IBU, AGAR SEGERA MENGUMPULKAN BERKASNYA.

Bandingkan dengan kalimat berikut.

Disampaikan kepada bapak dan ibu, agar segera mengumpulkan berkasnya.

Kalimat pertama memberi kesan kesal dan berteriak, sedangkan kalimat kedua, kesannya penulis adalah orang yang ramah dan sopan.

Penggunaan Tanda Baca

 
Sumber: Pixabay
Dalam KBBI, tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, titik dua). Terdapat pula tanda tanya, yaitu (1) tanda baca (?) yang terdapat pada akhir kalimat tanya, (2) sesuatu  yang memerlukan jawaban atau kebenarannya masih diragukan.

Selain itu, KBBI menjelaskan tentang tanda baca lainnya, yaitu tanda (!) yang  dipakai sesudah ungkapan dan pernyataan yang berupa seruan atau perintah, yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.

Namun, penggunaan tanda baca terutama tanda seru oleh pengguna media sosial terkadang tidak pada tempatnya sehingga kesannya seakan sangat marah.

Contoh.

Disampaikan kepada bapak dan ibu, agar segera mengumpulkan berkasnya!!!!!

Kalimat di atas tidak perlu menggunakan tanda seru, sekalipun tujuannya menyeru atau menghimbau karena berkesan kalau penulis lagi kesal, kecuali si penulis memang sangat marah.

Penggunaan tanda tanya (?) juga kadang terlupakan atau malahan berlebihan.
Contoh.

Siapa yang mengajar hari ini?????

Bandingkan dengan kalimat  berikut.

Siapa yang mengajar hari ini?

Ada pula tulisan yang semestinya menggunakan tanda tanya, tetapi tidak digunakan, akibatnya pembaca atau penerima pesan menjadi bingung.

“Saya ingin ke rumahmu, bapak ada.” 

Kalimat di atas bisa bermakna ganda, mengabarkan akan ke  rumahmu bersama bapak, atau mengabarkan mau ke rumah akan bertemu bapak.
Tentu  berbeda maknanya jika ditulis seperti berikut.

“Saya ingin ke rumahmu, bapak ada?”


Berhentilah Menyingkat Kata!



“Hdpq bersm suamiq sdh bahgia, tak perlu apa2 lg. Hai pr netizn urslh hidp kln msg2 jng urs hdpx org ln.”

Mungkin kalimat di atas bisa dibaca dan dipahami maksudnya, tapi kita pegal membacanya, iya kan?

Apakah tidak boleh menyingkat kata?

Boleh, asal sesuai dengan kaidahnya seperti kaidah-kaidah menyingkat kata berikut ini.

Menyingkat kata nama,  gelar, dan jabatan
Menyingkat nama, gelar, atau jabatan, huruf awal dituliskan dengan diikuti tanda titik di setiap singkatan tersebut. Misalnya,
Sarjana Ekonomi menjadi S.E
Abdul Malik Islami menjadi A.M.Islami

Menyingkat Nama Lembaga
Untuk penyingkatan nama lembaga, saat menuliskan singkatannya maka kita cukup menuliskan huruf depannya saja tanpa menambahkan titik di setiap huruf singkatannya. Misalnya,
Dewan Perwakilan Rakyat menjadi DPR
Universitas Negeri Makassar menjadi UNM

Menyingkat lambang kimia, satuan timbangan dan takaran
Satuan timbangan, takaran, dan lambang kimia, sahabat cukup menuliskan huruf depannya saja tanpa menambahkan titik.
Misalnya,
Oksigen = O
Kilogram = Kg

Menyingkat kata lainnya
Ada pula kata-kata lain yang bersifat umum dapat disingkat, dan aturannya menambahkan titik di akhir kata.
Seperti,
Dan lain lain = dll.
Dan sebagainya = dsb.


Demikian sedikit informasi tentang menyingkat kata.

Yuk, menulis dengan baik dan benar di manapun, terutama di media sosial agar kita tidak terkesan kurang cerdas dan alay.

Apa pendapat sahabat dengan kalimat di bawah ini?

“HDPQ BERSM SUAMIQ SDH BAHGIA, TAK PERLU APA2 LG!!!!

HAI PR NETIZN URSLH HIDP KLN MSG2 JNG URS HDPX ORG LN, NGRTI G???

Read More

10 Rahasia Menulis di Blog

Wednesday, February 12, 2020



10 Rahasia Menulis di Blog

Sumber: Pixabay


Saat dihubungi oleh Suryani,  salah seorang pengurus Komunitas Bloger Makassar Anging Mammiri untuk menjadi pemateri di acara Klinik Blog,  saya tidak langsung menerima,  kurang percaya diri euy.  

Sebagai orang yang baru belajar ngeblog atau  menulis di blog, saya merasa ilmu perblogeran saya tidak ada. Saya sekedar menulis saja di blog dan gaya-gayaan ngeblog, lalu dilabeli sebagai bloger😆

Untungnya, Mugniar menyemangati dan Yani menjelaskan bahwa materi yang akan saya bawakan adalah  soal menulis saja.

Baiklah, saya terima dengan mengucapkan Bismillah.

Saya menerima bukan karena saya sudah piawai dalam menulis tetapi setidaknya saya bisa berbagi sedikit pengalaman sekaligus  memotivasi peserta,  bahwa saya saja yang sudah tidak muda  tua, masih mau belajar dan terus belajar apalagi teman-teman yang masih muda.

Jadi, mari kita belajar!

Baca pengalaman saya menulis di sini 


Sumber: Komunitas Bloger Makassar Anging Mammiri

Sesaat setelah saya terima amanah itu, Yani mengirimkan flyer.
Huaa… judulnya  ngeri-ngeri sedap, Rahasia Menulis di Blog.

Tak apalah, semoga itu menjadi daya tarik tersendiri bagi orang agar mau meluangkan waktunya untuk datang dan belajar bersama.

Karena ini menyangkut rahasia menulis, baik menulis di blog maupun menulis artikel di media bahkan menulis buku, maka saya memberi judul materi ini, 10 Rahasia Menulis ala Dawiah.

Berdasarkan hasil perenungan dan dari  berbagai sumber, saya menyimpulkan, bahwa sedikitnya terdapat 10 rahasia agar bisa menulis dengan baik dan menarik (semoga tulisan-tulisan saya termasuk dalam kategori itu).

Rahasia 1, Menulis, Menulis, dan Menulis


Ini rahasia utama, yaitu menulis, menulis, dan menulis. Tak mungkin kan, kita bisa disebut penulis dan atau bloger kalau tidak menulis.
Lalu apa yang harus ditulis? Ingat, tidak semua ide dapat dituliskan.

Tulislah apa saja yang disukai bukan yang diinginkan. Jika Anda suka jalan-jalan, maka tuliskanlah pengalaman jalan-jalannya. Suka memasak, tuliskan resep masakan, atau gemar menonton film, maka cobalah menulis tentang  film.

Menulislah sesuai dengan latar belakang.  Jika Anda adalah guru, tentu sangat mudah menulis kisah keseharian  selama mendidik atau mengajar, atau menuliskan materi-materi pelajaran yang sesuai bidang keilmuan Anda.

Susunlah rangkaian ide atau gagasan utama secara sistematis sebagai bentuk awal sebuah tulisan, lazimnya disebut outline. Tujuannya, agar kita memiliki gambaran utuh isi tulisan, fokus, dan mempermudah dalam mengembangkan tulisan sekaligus sebagai alarm, kapan berhenti dan kapan dilanjutkan.
Jika tidak, tulisan bisa melebar kemana-mana.


Rahasia 2, Riset



Sebelum menulis, biasakanlah melakukan riset. Pelajari sesuatu secara mendalam, kumpulkan informasi terkait dengan topik tertentu yang sehubungan dengan apa yang akan kita tulis.

Saat melakukan riset, siapkan topik/tema atau outline yang telah disusun sebelumnya. Kemudian siapkan pertanyaan 5W + 1 H (what, who, why, when, where, dan How).

Sumber Pixabay

Pilihlah instrumen pengumpulan materi sesuai dengan kebutuhan, misalnya wawancara, observasi, studi pustaka, dan dokumentasi.


Rahasia 3, Pemilihan Judul



Apakah yang membuat pembaca  tertarik membaca sebuah tulisan? Jawabannya adalah judul. Jadi, jangan main-main dengan judul.  Gara-gara judul, orang bisa langsung menutup buku atau blog kita. Tapi gara-gara judul pula, orang yang tadinya enggan membaca bisa menjadi tertarik, lalu meneruskan bacaannya.

Dalam buku 101 Dosa Penulis Pemula, karya Isa Alamsyah, dituliskan bahwa ada beberapa hal yang membuat judul  menarik  perhatian pembaca, di antaranya:

  1. Judul harus membuat penasaran.
  2. Judul harus bisa menggoda pembaca.
  3. Judul tidak terlalu panjang, dan tidak terlalu pendek.
  4. Judul harus menggambarkan isi
  5. Jika judul menyebutkan nama tokoh, pastikan nama tokohnya menarik.
  6. Pilihlah kata atau diksi yang tidak lazim untuk judul
  7. Pilih judul yang provokatif.



Rahasia 4, Miliki KBBI



KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berfungsi sebagai pedoman agar kita bisa menulis dengan baik dan benar sesuai dengan EYD. Biasakan pula menulis dengan kata-kata baku.
Jangan ragu menggunakan kata-kata yang mungkin belum umum tetapi ada dalam KBBI. 
Zaman sekarang, kita tak perlu repot membawa buku KBBI yang lumayan tebal. Cukup menggunakan aplikasi KBBI yang bisa diunduh dan disimpan di telepon seluler. 

Rahasia 5, Pemilihan Diksi



Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan penulis dalam sebuah tulisan.
Gunakanlah diksi sesuai dengan genre tulisan, genre fiksi tentu berbeda dengan genre non fiksi. Tulisan non fiksi biasanya lugas dan  tegas sedangkan fiksi kadang mengandung makna tersirat.

Diksi sebaiknya juga disesuaikan dengan pembaca yang disasar, misalnya tulisan ditujukan kepada pembaca ibu rumah tangga tentu berbeda diksinya untuk remaja, atau anak-anak.

Sesuaikan pula dengan setting, misalnya penulis hendak bercerita tentang keadaan suatu daerah maka gunakanlah diksi yang sesuai dengan daerah tersebut. Contoh, penulis bercerita tentang suatu kejadian di Makassar, maka sangat tidak pas jika menggunakan dialeg Jakarta.

Misalnya, menggunakan kata-kata enggak, sih, atau loh, padahal penulisnya adalah orang Makassar atau tulisannya tentang sesuatu yang ada di Makassar. Mengapa tidak sekalian menggunakan diksi yang mewakili daerahnya, misalnya menambahkan ji atau mi sebagai ciri khas daerah.

Selain itu, carilah diksi yang bervariasi agar pembaca tidak bosan. Gunakan tesaurus untuk mencari padanan kata.


Rahasia 6, Kohesi



Gunakan kohesi agar tulisan menarik dan mengalir. Manfaatkan kata sambung dan periksa, adakah kalimat yang tidak efektif.
Contoh.

Setiap siswa mendapatkan buku paket.  Buku bisa dibawa pulang ke rumah. Buku itu milik perpustakaan sekolah. Buku dipinjam selama setahun. Buku harus dijaga,  tidak boleh  hilang dan rusak.

Isi tulisan di atas sudah bagus, tetapi tidak mengalir dan terputus-putus. Paragraf di atas tidak memiliki kohesi.

Bandingkan dengan paragraf berikut.

Setiap siswa mendapatkan buku paket dan bisa dibawa pulang ke rumah. Buku itu milik perpustakaan sekolah yang  dipinjamkan selama setahun.  Oleh karena itu,  buku harus dijaga agar   tidak  hilang dan rusak.


Rahasia 7, Koherensi



Koherensi berkaitan dengan isi. Kalimat yang tersusun dalam suatu paragraf harus membentuk gagasan yang sama dan saling mendukung.

Contoh

Setiap siswa mendapatkan buku paket dan bisa dibawa pulang ke rumah. Guru juga bisa meminjam buku paket.  Buku itu milik perpustakaan sekolah yang  dipinjamkan selama setahun. Oleh karena itu,  buku harus dijaga agar   tidak  hilang dan rusak.

Paragraf di atas punya kohesi, tapi kurang koherensinya.
Jadi, kalimat mana yang mengganggu?

Ya! Kalimat Guru juga bisa meminjam buku paket.”

Kalimat itu tidak perlu ada di situ. Jika dibutuhkan, maka buatlah menjadi  paragraf lain.


Rahasia 8, Menyiapkan Plot Twist



Pernahkah Anda membaca suatu tulisan yang akhir ceritanya membuat Anda melongo, seraya berucap, “kenapa saya tidak kepikiran yah?”
Itulah plot twist. Akhir cerita yang mengejutkan.

Plot twist terdiri dari dua kata. Plot  yang berarti alur cerita dan twist (bahasa Inggris) yang berarti melintir atau berputar. Singkatnya plot twist adalah, alur cerita yang sengaja dipelintir sehingga memberi efek kejutan.

Penulis yang merencanakan plot twist, biasanya membuat sebuah detail yang menyesatkan, menggiring pembaca mengira si A padahal arahnya ke si B.


Rahasia 9, Mengedit  



Rahasia kesembilan adalah mengedit. Biasakanlah mengedit tulisan sebelum diposting. Baca secara saksama lalu perbaiki manakala menemukan kata yang tidak bagus atau tidak pas. 

Jauhi typo atau salah ketik. Kelihatannya sederhana, tetapi salah ketik bisa mengganggu bahkan bisa mengubah arti.

Contoh.

Kata "dik" dan "dek"

Jika menulis Dek yang bermakna panggilan adik dalam  dialeg bahasa daerah, maka kata Dek harus ditulis miring. Jika tidak, dek   bermakna geladak kapal.

Jangan sampai berniat  menulis makan tetapi karena  typo tulisan menjadi  makam. 

Jadi, jangan malas mengedit yah.

  

Rahasia 10, Membaca 



Modal utama bagi penulis adalah membaca. Semakin banyak membaca semakin banyak perbendaharaan kata yang diperoleh. Menulis dan membaca adalah kegiatan yang saling berkaitan.


Jadi, sudah berapa banyak buku yang dibaca bulan ini?

Demikian 10 rahasia menulis ala saya. Oh yah, saya tambahkan satu, yaitu percaya diri. 

Sebenarnya, menulis adalah kegiatan yang sudah biasa dan sering dilakukan oleh sebagian orang. Bahkan ada yang sudah cakap menulis tetapi tidak dipublikasi.

Dia tidak percaya diri, takut jika tulisannya tidak dibaca, ragu jika tulisannya tidak bagus, dan sebagainya. Maka kepercayaan diri ini sangat diperlukan, jika memang berniat menjadi penulis.

Tuliskan saja sambil belajar secara bertahap, berlatih terus hingga menghasilkan tulisan yang baik. Ada atau tak ada orang yang mau membacanya. 
Yakinlah, tulisan akan mendapatkan takdirnya sendiri.

Baca juga "Maafkan Saya Menulis Tentang Bapak di sini 

Bac
Satu hal yang paling penting dilakukan setiap kali Anda mau menulis,  yaitu menulislah sesuatu yang bermanfaat, karena setiap kata yang tertulis kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Referensi:
  1. Isa Alamsyah, 101 Dosa Penulis Pemula
  2. Isa Alamsyah, Plot Twist
  3. Modul SP
  4. Dari berbagai sumber






Read More