Covid-19 Melanda, Efektifkah Belajar Daring?
|
Sumber Pribadi |
Merebaknya
COVID-19 memaksa semua guru dan pelajar bahkan mahasiswa melakukan BELAJAR
DARING. Hal ini disebabkan karena pemerintah mengeluarkan kebijakan Work
From Home (WFH), yaitu bekerja dan beraktivitas di rumah, termasuk belajar
dan mengajar di rumah.
Tentu
saja kegiatan belajar mengajar dari rumah ini harus menggunakan media internet
atau belajar online yang diistilahkan
pula sebagai belajar dalam jaringan (daring).
Belajar
Daring, Kabar Baik atau Kabar Buruk?
Tak
pernah saya lupakan peristiwa itu pada tanggal 17 Maret 2020, saat saya
mengajar di kelas, tiba-tiba ketua kelas berteriak girang, “Hore, kita libur
dua pekan!”
Sejurus
kemudian, kelas menjadi riuh. Anak-anak itu sangat gembira karena selama dua
pekan mereka akan belajar di rumah, anggapan mereka tidak ke sekolah dan belajar di rumah berarti libur sekolah.
Rupanya
informasi tentang pemberlakukan WFH telah mereka baca di media sosial, wah,
gurunya kalah cepat dapat informasi.
Sejenak
saya tercenung, hati saya nelangsa. Perlahan saya maju ke depan meja siswa lalu
berkata perlahan.
“Anak-anakku,
mengapa kalian begitu riang? Bukankah ini kabar buruk buat kita semua? Ini
pertanda musuh tak terlihat itu sudah masuk ke negara kita, mungkin juga sudah
berada di antara kita tanpa kita sadari.”
Perlahan
suara riuh mereka mereda.
“Kalian
tahu apa yang akan terjadi nanti? Cobalah renungkan, berapa banyak nanti
saudara-saudara kita, dan mungkin juga orang tua kalian yang akan merasakan
dampaknya. Penjual bakso langganan kalian, ibu kantin, penjual alat tulis
emperan di depan sekolah kita, mereka itu otomatis tidak berjualan lagi.”
Saya
katakan itu dengan suara serak, bukan bermaksud mendramatis suasana tetapi ini
murni suara hati saya. Anak-anak terdiam. saya tidak tahu, apakah mereka
terdiam membayangkan keadaan nanti atau hanya sekedar ikut prihatin melihat wajah
nelangsa saya.
Esoknya,
ramailah grup-grup whatsApp (WAG), baik
WAG siswa dan guru maupun WAG kantor. Notifikasi tiada henti, berisi
instruksi-instruksi dari guru ke siswa di WAG siswa juga laporan kegiatan guru di WAG sekolah.
Selama
sepekan itu, guru-guru disibukkan dengan mengajar secara daring. Sedangkan
siswa disibukkan dengan belajar daring. Di media sosial tak kalah ramainya. Ada
keluhan-keluhan orang tua yang tiba-tiba merasa sangat repot manakala
mendampingi anaknya belajar dan mengerjakan tugas.
Ada
pula guru yang mengeluh karena merasa lebih repot mengajar daring daripada
mengajar langsung atau bertatap muka dengan siswanya
Pekan
Kedua Belajar Daring
Belum
memasuki pekan kedua pemberlakuan belajar dari rumah di Makassar, tepatnya
tanggal 19 Maret, liputan 6.com memberitakan tentang adanya 51 aduan ke Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), para orang tua mengeluhkan beratnya tugas
dari guru untuk anak mereka.
Sebagai
guru sekaligus ibu dari anak yang masih sekolah, saya memaklumi keluhan itu.
Karena pada dasarnya, bukan hanya anak, orang tua yang repot, sesungguhnya
gurupun merasa keadaan ini cukup merepotkan.
Bayangkanlah,
kami sebagai guru yang biasanya masuk
ke kelas dengan membawa persiapan perangkat pembelajaran mengajar secara
bertatap muka, tiba-tiba diwajibkan mengajar dengan sistem daring, tanpa
persiapan sama sekali.
Untuk
mengantisipasi hal itu, maka guru mengambil jalan pintas adalah pemberian tugas.
Barulah
setelah memasuki pekan kedua, guru-guru sudah bisa beradaptasi dan mulai
menggunakan aplikasi-aplikasi ringan dalam menjalankan tugasnya. Ada yang
menggunakan aplikasi zoom, classroom, edomodo, dan sebagainya.
Saya
masih bertahan dengan aplikasi whatsApp, karena siswa saya semuanya menggunakan
aplikasi itu. Membuat video
pembelajaran, menulis materi ajar di blog lalu linknya saya bagikan lewat grup
whatsApp adalah pekerjaan yang cukup menyita waktu.
Efektifkah?
Lumayanlah buat sebagian siswa, selebihnya ada saja kendalanya. Namun, ini
adalah keadaan yang luar biasa di mana kita semua harus tetap survive
hingga keadaan membaik kembali.
Baca juga:
Bincang
Online Bersama PDIPM Makassar
|
Sumber: PD IPM Makassar |
Efektifkah
belajar daring adalah judul yang diajukan oleh para pelajar yang tergabung di dalam
organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Daerah Kota Makassar kepada saya.
Mereka mengundang saya dalam Bincang Online melalui siaran langsung di instagram (IG).
Saya
menyambut baik undangan itu, karena ini
adalah kesempatan saya menyampaikan beberapa hal yang tentunya mewakili suara guru dan orang tua dalam hal
pembelajaran daring. Sekaligus
kesempatan mendengarkan suara hati anak-anak, pelajar dan mahasiswa.
Bincang
on line ini dipandu oleh Muh. Akbar Supriadi, Kabid Advokasi PD IPM Makassar. Saya berbincang dengan anak muda yang penuh
semangat ini. Beberapa teori diungkapkannya yang intinya adalah kami akan
berbincang soal pembelajaran daring,
apakah efektif dan bagaimana supaya pembelajaran itu efektif.
Sebagai
kata pembuka, saya menguraikan pendapat berdasarkan apa yang saya alami
sekaligus amati, bahwa ada empat unsur yang harus terlibat langsung dengan
sepenuh hati demi mencapai efektivitas pembelajaran daring, yaitu: siswa yang
akan belajar daring, orang tua, guru, dan sarananya.
Siswa
Harus Disiplin, Serius, dan Jujur
Setiap
akan mengikuti pembelajaran daring, maka siswa sudah harus berniat dengan
sungguh-sungguh untuk mengikuti pelajaran itu. Ia harus menyiapkan mentalnya,
agar disiplin, serius, dan jujur.
Disiplin
untuk
mengikuti pembelajaran daring, mengikuti semua petunjuk yang diberikan oleh
gurunya. Disiplin menyelesaikan tugas, dan sebagainya. Karena jika tidak disiplin, maka ia akan
dengan mudah meninggalkan pembelajaran yang sedang berlangsung atau tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya.
Jujur
mengerjakan
tugas yang diberikan oleh gurunya. Siswa itu sendiri yang berusaha mengerjakan
tugasnya, tidak nyontek, dan tidak bermasa bodoh.
Karena
belajar daring jauh dari pantauan guru. Jika tak jujur, maka si anak sendiri
yang tidak mendapatkan manfaatnya.
Pentingnya
Pendampingan Orang Tua
Pendampingan
orang tua sangat penting dalam proses pembelajaran, baik luar jaringan (luring)
maupun dalam jaringan (daring). Peranan orang tua semakin penting saat
pembelajaran daring, karena kehadirannya sebagai kontrol atas apa yang
dilakukan anaknya.
Jangan
sampai orang tua melihat anaknya sibuk di depan gawainya dan menyangka anaknya
belajar padahal tidak. Orang tua harus aktif memantau, apakah tugas anaknya
sudah dikerjakan atau belum, aplikasi apa saja yang digunakan anaknya, dan
sebagainya.
Guru
Harus Belajar dan Kreatif
Sekalipun
pembelajaran daring merupakan kegiatan baru bagi sebagian guru, tetapi itu tak
bisa dijadikan alasan untuk menjadi gagap. Keadaan ini memaksa para guru
secepatnya belajar dan berbenah.
Tidak
boleh lagi ada guru yang gagap teknologi. Selain itu, para guru harus bijaksana
dalam menyikapi situasi ini. Bahwa tidak semua siswanya memiliki sarana yang
sesuai.
Jika
guru melek teknologi, maka tentunya tidak mengambil jalan pintas dengan hanya
memberikan tugas semata tanpa ada kreativitas lainnya, misalnya melakukan
pembelajaran dengan aplikasi di mana guru dan siswa bisa bertemu secara
virtual.
Sarana
Terakhir,
salah satu yang menentukan pembelajaran daring bisa efektif adalah ketersediaan
sarana.
Walau
ketiga unsur, siswa, orang tua, dan guru telah siap tetapi tidak ditunjang oleh sarana memadai maka
hasilnya ambyar. Jika anak-anak tak memiliki gawe atau laptop atau komputer ,dan tidak punya kuota, maka pembelajaran
daring tak mungkin berlangsung.
Bincang
online berlanjut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan oleh
para pelajar itu. Terdapat lima pertanyaan yang mewakili, yaitu:
Apa
yang harus dilakukan guru-guru untuk membuat pembelajaran efektif? Karena guru
tidak pernah dibekali untuk melakukan pembelajaran dalam situasi masa pandemi
ini.
Jawabannya
singkat saja, guru harus belajar dan secepatnya beradaptasi. Bisa bertanya ke
rekan guru lain yang sudah melek teknologi
Efektifkah
jika guru yang hampir tiap hari memberikan tugas kepada siswa?
Sangat
tidak efektif.
Bagaimana
cara kita menanggapi belajar daring yang tidak efektif dikarenakan buta atau
gagap teknologi?
Kembali
lagi, harus belajar
Belajar
daring merupakan satu-satunya media yang harus digunakan sebagai pusat KBM.
Lalu, bagaimana jika pelajar menjadikan
kelemahan-kelemahan dari sistem daring untuk menghindari kegiatan belajar
mengajar?
Nah,
inilah pentingnya pendampingan orang tua, mereka harus terus menerus mengontrol
anaknya sejauhmana pelajarannya, tugasnya sudah dikerja atau belum, saat di
depan gawai atau laptopnya, anaknya melihat apa saja, dan seterusnya.
Bagaimana
cara mengatasi masalah pelajar yang belum memiliki dan menguasai perangkat TIK
yang memadai?
Kalau
soal ini, guru harus lebih bijaksana menanggapinya. Tidak semua siswa memiliki
sarana yang memadai, bahkan ada yang tidak punya sama sekali. Yakinlah, guru pasti
mengerti dan tidak memaksakan agar siswanya maupun orang tuanya untuk ujug-ujug menyuruh
membeli gawai.
Berikut video cuplikan bincang online dengan PD IPM Makassar melalui live IG
Sebelum
bincang online berakhir saya diminta untuk memberikan statement
terakhir. Berikut pernyataan saya.
- Bahwa
sehebat apapun teknologi itu, jika kita tidak bijaksana menggunakannya hasilnya
akan ambyar.
- Selalu
ada hikmah untuk setiap peristiwa. Bahwa dengan adanya pembelajaran daring,
hubungan antara anak dengan orang tua bisa semakin dekat. Kalau mungkin dulu,
orang tua hanya mendampingi anaknya belajar sambil lalu, maka sekarang ia harus
batul-betul ekstra serius mendampingi
anaknya. Apalagi kan kita tidak kemana-mana, di rumah saja.
- Hikmah
buat guru-guru, adalah guru harus belajar, belajar, dan belajar. Jangan
mengajar sebelum belajar. Mau tidak mau, suka tidak suka, guru harus melek
teknologi. Dan kenyataannya sekarang, hampir semua guru sudah bisa menggunakan aplikasi sebagai media pembelajaran.
Dari aplikasi yang sederhana seperti whatsApp hingga aplikasi yang agak rumit seperti classroom, quipper, dan yang lainnya.
- Hikmah
yang terakhir, adalah guru, orang tua, dan siswa akhirnya saling merindukan.
Menurut
teman-teman, apa lagikah yang harus dilakukan agar pembelajaran daring bisa
efektif? Jawab di kolom kementar ya.