Derik Pintu yang Selalu Saya Rindukan
Sudah
hampir setahun saya tak mendengar derik
pintu rumah mama. Derik pintu itu pertanda subuh sudah menjelang. Karena saat
pintu pagar berderik, itu berarti mama akan ke masjid salat subuh.
Kebiasaan
salat di masjid sudah puluhan tahun dilakukannya, tepatnya sebulan setelah
meninggalnya bapak, tahun 1993. Mungkin itu salah satu usahanya menepis rasa
kehilangan.
Jika kamu kehilangan orang terkasih maka
labuhkanlah hatimu kepada-Nya. Dia tak akan pernah pergi selama engkau
mendatangi-Nya
Pertengahan
tahun 2018, tiba-tiba mama mengeluh sakit di bagian pinggangnya. Sekedar
mengeluh, karena tidak mau dibawa ke dokter untuk berobat.
Mama memang begitu
orangnya, nanti mau konsultasi ke dokter kalau dipaksa.
Lagian
mama itu jarang sakit, kalaupun sakit, tidak pernah sakit parah. Olehnya itu,
kalau ada anaknya yang mengeluh sakit, maka mama biasanya meledek.
“Ih
masih muda sudah sakit-sakitan.”
Namun
sakitnya kali ini benar-benar parah, buktinya ia tidak ke masjid lagi. Selama
sakitnya bisa dibawa jalan, pasti ia ke masjid. Katanya, masjid adalah tempat
terbaik selain rumah.
Beberapa
kali dibawa ke dokter. Hingga diopname di rumah sakit untuk pemeriksaan
intensif. Tak ada penyakit tertentu yang ditemukan oleh dokter. Tekanan
darahnya normal, gula darahnya normal, kolesterol dan asam urat normal.
Lalu
apa penyakitnya? Kenapa tiba-tiba Beliau mengeluh sakit pada tulang-tulangnya? Mungkinkah
itu gejala osteoporosis? Kata dokter, tulang mama saya sehat.
Katanya
lagi, itu penyakit orang tua. Entahlah.
Saat
ini Beliau hanya di rumah, tidak lagi beraktivitas seperti dulu. Salat juga
hanya dilakukan di rumah.
Dan derik
pintu saat subuh menjelang, tak lagi
terdengar. Saya merindukannya.
Momen Indah Bersama Mama
Kalau
ada yang bertanya, apa momen paling berkesanmu bersama Ibu? Maka di situlah
saya akan terdiam.
Sepanjang
ingatan saya, masa kecil saya lebih banyak dihabiskan bersama bapak walaupun
kami serumah.
Saya hanya jadi pengamat dan penilai akan kelemahan ibu yang saya
panggil Mama itu di hadapan bapak dan mertuanya.
Bapak
pandai dan memiliki wawasan luas, juga jago berdiskusi lebih tepatnya berdebat,
serta sangat kreatif menciptakan hal-hal yang kelihatannya mustahil pada waktu
itu, membuat Mama menjadi isteri yang
sangat patuh, penurut, tanpa bisa mengeluarkan pendapat.
Karena semua
pendapatnya tak pernah dianggap penting.
Bapak
yang besar di kota, aktif dalam organisasi, yang bisa menghabiskan waktunya
berjam-jam membaca, mulai dari koran, majalah, buku-buku agama, hingga buku
sejarah, lalu berdampingan dengan mama yang berasal dari kampung dan tanpa ijazah, maka terlihat sangat tidak
pandai di mata saya.
Karenanya
saya lebih banyak bertanya apapun kepada bapak. Lebih sering berdiskusi dengan
beliau. Bahkan soal pasanganpun saya hanya minta restu sama bapak.
Kalau
bapak setuju maka semuanya beres. mama pasti tinggal mengangguk saja.
Hal
lain yang membuat saya jarang dekat dengan mama dan lebih dekat dengan bapak
adalah keheroikan bapak.
Beliau
selalu membantu saudara-saudara mama yang berasal dari kampung. Mereka
ditampung di rumah kami, diberi jalan untuk bekerja, bahkan difasilitasi
untuk menikah.
Sehingga saya merasa, sungguh hebat Bapak dan sungguh lemah Mama.
Mama
tidak pandai dan bapak sangat pandai. Itulah penilaian saya dan tanpa disadari membangun tekad sendiri kalau
saya tidak ingin seperti mama dan tidak mau mendapatkan pasangan seperti bapak.
Hingga
akhirnya mata saya terbuka lebar saat bapak terkena penyakit hingga mengalami
kebutaan, dan akhirnya meninggal dunia
pada tahun 1993, tepat seminggu usia anak kedua saya.
Saya
melihat kekuatan mama yang tak dapat diukur dengan alat ukur apapun. Saya
melihat kecerdasan yang sekian lama tersembunyi dalam otak kecilnya.
Saya
mohon ampun atas semua penilaian masa kecil saya yang keliru terhadap mama.
Untuk
membayar semua itu, saya memutuskan untuk pindah mengajar dari daerah ke kota
demi mendampingi mama.
Adik-adik
saya belum ada yang berkeluarga. Tiga
orang masih sekolah dan mereka
butuh pembimbing paling tidak ada orang selain mama yang mereka segani agar
bisa terus berkembang dengan baik.
Maka
saya hadir untuk itu.
Itulah momen-momen kebersamaan saya dengan mama.
Menempuh jalan panjang dalam mendampinginya
dan membantu dari segala segi untuk membesarkan anak-anaknya, adik-adik saya.
Satu
persatu adik-adik saya tamat bersekolah
kemudian satu persatu pula mengakhir masa lajangnya, Itu merupakan momen-momen
kebersamaan kami yang tak ternilai harganya.
Sangat
berkesan.
Saat
ada yang datang melamar untuk adik-adik perempuan saya, maka mama akan
berbisik-bisik di telinga saya. Meminta pendapat, mengajak berembuk, dan
menyusun rencana agar pernikahan mereka berjalan lancar.
Demikian
pula saat anak laki-laki satu-satunya akan melamar gadis pilihannya, sayalah
orang pertama yang diberi tahu.
Masalah
sebesar atau sekecil apapun dalam
keluarga kami, saya dan mama selalu bergandengan dan bekerjasama
menyelesaikannya.
Puncak
dari semua kebersamaan itu adalah bahagia saya yang tak terkira saat melihatnya
tertawa lepas di depan ka’bah untuk pertama kalinya.
Orang-orang di sekitar kami
menangis terharu, mama justru tertawa lepas sambil menggapit lengan saya seraya
berseru.
”Awwih …
Dawiah uwita tongengni Ka’bae!
Hehehe…”
(=
Oh Dawiah, akhirnya saya melihat Ka’ba).
Dan mama
meminta dengan takzim kepada saya.
“Tolong
umrohkan juga Bapakmu.”
Ah, mama
memang selalu cinta kepada bapak, dan saya harus banyak belajar ketulusan,
keikhlasan, serta kesabaran juga rasa syukur kepada mama.
Sembuhlah
Mama!
Agar
kita bisa kembali lagi ke tanah suci.
Penantian
panjang yang selalu mama rindukan sebentar lagi akan terwujud.
Semoga sehat selalu ibunya kak Dawiah.
ReplyDeletePerempuan memang selalu punya kekuatan luar biasa yang kadang tidak bisa dinalar oleh kaum pria. mencari ibu yang sendirian membesarkan anaknya itu mudah, tapi mencari ayah yang sendirian membesarkan anaknya, itu luar biasa susahnya.
Betul sekali Daeng, yang semula dikira lemah ternyata sangat kuat. Semula dikira kurang pandai, eh tahunya jauh lebih cerdas.
DeleteAamiin. Terima kasih doata.
duh kak.. tulisan ini bikin saya mewek subuh-subuh. tak ada yang melebihi kekuatan seorang ibu dalam mendampingi dan mengantarkan anak-anaknya ke gerbang kesuksesan.
ReplyDeletesemoga ibu ta sehat selalu dan diberi kesempatan kembali ke Tanah Suci.
Apalagi saya dek. Saya tulis ini di dekat pembaringan Beliau, karena sejak ia sakit tidak mau ditinggal sendirian dan selalu mau dielus-elus.
DeleteAamiin, terima kasih doata.
"Dan derik pintu saat subuh menjelang, tak lagi terdengar. Saya merindukannya."
ReplyDeleteJleb, tiba-tiba nangis. Saya malah kebalikannya. Sosok Ibu yang menguatkan kami semua. Figur ayah malah bisa dikata hadir seadanya.
Sehat selalu sekeluarga, kak.
Aaamiin. Ibu itu memang selalu menjadi sosok yang dirindukan oleh anak-anaknya.
Deletesaya sama mamamku kadang baku war , geak2 hahaha tp tetap saya mengalahhh
ReplyDeleteapalagi soal duozam huhuhu...
tp papaku pernah pesan, kalau ibu menendangmu dengan kaki kirinya, pegang kaki kanannya, begitupun sebaliknya :)
Bagus sekali pesannya papata. Geak2 sedikit sama mama biasaji itu.
DeleteMasyaALLAH kak... sangat mengisnpirasi tulisanta, baca ini saya langsung teringat mamaku hiks :( rindu sekali sama orang rumah. Sama mama saya dekat sekali karena anak perempuan sendiri, kadang-kadang makan pun di suap kalau lagi nda mau ke dapur :D karena lagi diet, pasti dipaksa makan dibawakan sampai ke kamar wwkwkwk.. mau nangis T_T suka berantem juga sama mama, tapi nda sampai bebrapa menit baku omong ji lagi gayanajieeee... tetap nda tahan klo dak ngedusel ketek, sama bapak pun begitu.
ReplyDeleteAnak satu-satu perempuan, pastimi disayang sekaliki. ngedusel ketek, kayak Nabila putri bungsuku hehehe
DeleteAamiiin berbahagia masih ada mama ya Bun, hiks
ReplyDeletejadi ingat emak yang tinggal sendirian....karena di suruh tinggal dengan anaknya gak mau...semua anaknya perempuan, mau gak mau ikut suami semua...
ReplyDeleteMasyaAllah bunda..sehat terus untuk semoga segala penyakitnya segera diangkat Allah. Moment indah bersama mama semenjak beda kota adalah rasa rindu, rindu akan omelan dan kecemasannya. Hehe. Aduh jadi kangen mama saya bun
ReplyDeleteAah Bunda... bikin aku mewek pagi-pagi.. sehat terus ya unuk bunda dan keluarga semua, biar bisa liat Ka'bah lagi... amin amin
ReplyDeleteLangsung ingat mama ya Mbak. Aaamiin. Terima kasih doanya ya sayang.
DeleteTerima kasih mbak, tulisannya menggugah sekali. Kita selslu melihat yang tersurat, sehinggs melupakan yang lain. Al fatihah buat mama.
ReplyDeleteBerkesan sekali ceritanya, Bunda.
ReplyDeleteSemoga mama diberikan kesehatan dan segera bisa melihat ka'bah lagi.
Masya Allah Bunda...Mama sungguh luar biasaaa..
ReplyDeleteDoa saya untuk Beliau, semoga diangkat penyakitnya. Diberi kemudahan untuk segala urusan Aamiin.
hiks... selalu mewek baca tulisan tentang mama. Jadi ingat mama yang saat ini sedang sakit stroke. Semoga mama mbak diberikan kesembuhan, mohon doa juga untuk mama saya. Amiin
ReplyDeleteSubhanallah mbun, kok saya pengen nangis bacanya ya, jadi inget mamak di seberang lautan sana, saya tidak bisa mendamoinginya selepas kepergian bapak
ReplyDeleteKok saya jadi sedih begini ya,Bun? Saya juga tinggal mama saja dan saya sayang sama beliau hiks
ReplyDeleteKok saya jadi sedih begini ya,Bun? Saya juga tinggal mama saja dan saya sayang sama beliau hiks
ReplyDeleteBaarakallah, Bund. Sudah bisa mengajak mama tercinta ke Baitullah. Impian saya banget itu.
ReplyDeleteCeritanya mengharukan. Salam hormat untuk mama-nya Bunda, ya. Tetap semangat dan terus berdoa :)
Itulah perempuan, ada kekuatan luar biasa dari dalam dirinya. Tersembunyi dari pakaian yang sederhana, tubuh yang mungil, wajah yang polos tanpa riasan. Nggak akan ada seorangpun yang menduga. Salam hormat untuk beliau.
ReplyDeleteSaat orang tua sudah mulai berusia lanjut. Kita pasti banyak kehilangan momen-momen membahagiakan tentang kesiagapan aktivitas beliau menyambut haru, ya mbak.
ReplyDeleteSama seperti saat ibu saya sudah mulai sakit-sakitan, keluar masuk rumah sakit sebelum ramadhan tahun kemarin beliau meninggal.
Bahagiakan beliau dengan selalu memberikan senyuman ya mbak.
Semoga selalu diberi kesehatan buat mama Mb Dawiah.
Aamiin.
Semoga mamanya diberi kesembuhan ya mba biar bisa berangkat Haji ke Mekkah. Wahh bahagianya klau adek2ta sudah lepas dan kerja semua. Slm buat buat keluarga ya..
ReplyDeletesemoga mamanya di kasih kesehatan dan bisa ke tanah suci lagi kak.
ReplyDeletesaya jadi ikut terbawa haru baca tulisanta, karena saya pun sekarang tinggal sama ibu dan adik juga.
semoga keluarga selalu diberi kesehatan dan keberkahan ya :D bahagia juga selalu!
ReplyDelete