Sudah lama tak menyapa “rumahku” ini,
berhubung karena kesibukan dan kejar target sana-sini, padahal target itu
setiap saat bertambah seiring dengan keegoisan diri.
Apa yang mau kuceritakan yah? Oh iyah
tentang IIDN.
Ibu-ibu doyan nulis, sebuah komunitas
yang saya masuki hampir dua tahun terakhir ini. Padahal usia komunitas ini
sudah memasuki usia 7 tahun. Kalau dibandingkan dengan usia manusia, berarti
IIDN sudah memasuki usia sekolah dasar. Yah IIDN sudah kelas 1 SD.
Yeaaah! Itu artinya IIDN sudah semakin “pintar” dan akan semakin banyak mendapatkan ilmu di bangku sekolah. Padahal IIDN itu sendiri lebih laik disebut sekolah. Sekolah bagi ibu-ibu penghuni komunitas ini. Sekolah yang jauh lebih luas artinya dibandingkan dengan sekolah yang sesungguhnya, terutama sekolah bagi diri saya yang masih fakir ilmu ini.
Yeaaah! Itu artinya IIDN sudah semakin “pintar” dan akan semakin banyak mendapatkan ilmu di bangku sekolah. Padahal IIDN itu sendiri lebih laik disebut sekolah. Sekolah bagi ibu-ibu penghuni komunitas ini. Sekolah yang jauh lebih luas artinya dibandingkan dengan sekolah yang sesungguhnya, terutama sekolah bagi diri saya yang masih fakir ilmu ini.
IIDN, di dalamnya berkumpul ibu-ibu
seluruh Indonesia bahkan ibu-ibu seluruh dunia yang memiliki hobbi, minat atau
mungkin bakat yang serupa walau tak sama. Ada Ibu yang senang menulis artikel
di web tertentu, ada pula yang nyaman menulis di blog dan tidak sedikit yang
telah menelurkan buku.
Buku! Yah Buku, inilah benda yang
menjadi jejak abadi setiap penulis, walau saat ini pada era komunikasi yang
tanpa batas, buku bukanlah satu-satunya yang bisa menyimpan jejak kepenulisan
seseorang. Karena tulisan-tulisan di blog juga akan abadi bahkan lebih bisa dibaca oleh semua orang di
seluruh penjuruh dunia.
Kembali ke IIDN, awal saya bergabung
ke IIDN Makassar adalah derap langkah saya selanjutnya setelah merasakan
nyamannya berada di IIDN pusat atau Ibu-ibu Doyan Nulis – Interaktif. Saya
melangkahkan kaki ke kota Makassar, tentu saja tanpa meninggalkan komunitas induknya, semua
itu karena terdorong asa untuk
bersilaturahim dengan ibu-ibu yang sekota dengan saya, agar kami bisa saling
berjabat tangan, cipika cipiki atau paling tidak mendengar cerita mereka sambil
menatap gerakan bibirnya, ikut tersenyum melihat senyumannya. Masya Allah.
Saya sudah menikmatinya walaupun belum
bertemu dengan seluruh penghuninya, tetapi paling tidak sudah pernah saling
menyapa dengan yang lainnya terutama Ibu muda yang selalu bersemangat. Ketua
IIDN Makassar, Mugniar. Sekaligus saya bermimpi, suatu saat saya juga akan
bersenda gurau dengan seluruh penghuni IIDN di seluruh dunia, terutama
berpelukan dengan pembuat komunitas ini Indari Mastuti.
Inilah komunitas dari sekian komunitas
yang saya masuki, suatu komunitas yang khusus bersentuhan dengan kata “MENULIS.”
Di sinilah saya menemukan dunia yang
telah lama saya tinggalkan, di sinilah saya menjumpai ibu-ibu yang luar biasa,
bersemangat dan saling support tanpa batas dan tanpa pamrih.
Terima kasih kepada pencetus ide
sekaligus pendirinya, seorang Ibu yang telah menginspirasi banyak perempuan
Indonesia. Ibu Indari Mastuti.
Terima kasih atas semua yang telah
diberikan. Saya yakin dan percaya bahwa setiap noktah yang tertuang baik berupa
ide, tips-tips, suntikan-suntikan semangat pastilah tidak sia-sia, karena di
Arsy sana Allah swt sedang “menatap dengan
senyum” dan melalui malaikat-Nya, akan mencatatnya sebagai pahala.
Terima kasih IIDN, selamat milad,
semoga semakin berjaya.