Stress Management for Your Wellbeing; Program Group Coaching INSIGHT Indonesia

Sunday, June 14, 2020

Manajemen Stres Selama Pandemi dan Menuju New Normal


stress management


Lebih dari setengah penduduk dunia stres akibat pandemi, demikian pernyataan yang dirilis oleh GridHealth.id. Selanjutnya dituliskan, bahwa dalam survei yang dilakukan American Psychiatric Association (APA) didapatkan bahwa 48% responden dari 1000 orang dewasa di Amerika Serikat menyatakan kecemasannya tertular virus corona. 36% responden mengatakan kalau virus corona berdampak serius pada kesehatan mental, dan 59% menjawab efek corona cukup berat pada kehidupan sehari-hari mereka.

Bagaimana dengan penduduk Indonesia?

Sebagaimana kita ketahui, Indonesia tak luput dari serangan virus corona. Bahkan hingga menjelang pemberlakuan new normal, kita masih saja disuguhi berita tentang peningkatan jumlah penduduk yang tertular virus corona.

Maka tak heran jika dampak dari semua itu, menimbulkan kecemasan hingga mengarah ke gejala stres. PPM-Manajemen  merilis,  80% responden mengalami gejala stres selama masa pandemi Corona yang bervariasi dari sedang hingga berat. Responden itu terdiri dari 74% laki-laki dan 87% perempuan, 83% berstatus single, 82% duda/janda, dan 78% menikah dengan kelompok usia yang bervariasi, mulai dari usia 25 tahun hingga usia 55 tahun ke atas.

Hasilnya   cukup mengkhawatirkan.

Lalu apakah yang dimaksud dengan stres itu?  Mari kita kenali gejalanya.

 

Mengenali Gejala Stres

 

Stres menurut KBBI V adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar; ketegangan.

Stres diartikan pula sebagai reaksi tubuh ketika seseorang menghadapi tekanan, ancaman, atau suatu perubahan. (halodoc.com).

Siapa nih yang pernah mengalami stres hanya karena faktor sederhana? Misalnya, gara-gara anaknya memecahkan gelas, emaknya stres. Atau bajunya belum diseterika saat mau bepergian, stres. Bisa juga, stres gara-gara panci kesayangannya gosong.

Hayo ngaku …

Nah, kalau anda  mengakui pernah merasakan stres hanya karena faktor receh itu,  berarti anda masih normal. Yang tak normal itu, kalau merasa baik-baik saja, tidak stres tetapi selalu merasa gelisah, mudah marah, atau bahkan sakit kepala, susah tidur, dan gangguan-gangguan fisik dan psikologis lainnya.

Kenapa tidak normal?

Yap, ia merasa tidak stres tetapi sangat stres tanpa ia sadari.  Olehnya itu, penting kita mengetahui gejala-gejala stres.  Menurut alodokter.com, terdapat empat macam gejala stres, yaitu:

  1. Gejala emosi (gampang marah, bingung, dan sebagainya.
  2. Gejala fisik, seperti lemas atau  pusing
  3. Gejala kognitif, seperti sering lupa dan pesimis
  4. Gejala Perilaku, seperti malas makan, mengigit kuku atau berjalan bolak-balik.

 

 80% yang mengalami gejala stres  terbagi atas dua, yaitu:

  1. Gejala Fisiologi terdiri dari gangguan fisik berupa pegal, otot tegang, sulit tidur/insomnia, dan sakit kepala.
  2. Gejala Psikologis berkenaan dengan psikologi: bersifat kejiwaan berupa cemas, khawatir, mudah marah, selera makan meningkat/menurun.  

Nah, kalian berada di mana?

Jangan sampai berada di salah satunya ya? Kalaupun ada, yuk kita kelola rasa yang pernah ada dengan manajemen stres bersama INSIGHT Indonesia.

 

Coaching Manajemen Stres Oleh Insight Indonesia

 

Coach Ochy;  “Stres jangan dihindari tapi hadapi!”

Kalimat di atas langsung bikin saya jleb. Kenapa? Kamu tersinggung? 

Yah, begitulah adanya. Kadangkala merasa diri ini tidak stres, tetap tenang, gembira padahal sesungguhnya  stres, hanya saja saya tidak menyadarinya atau bisa jadi tahu tapi menolak mengakui kalau lagi stres.

Kesadaran itu muncul saat mengikuti group coaching oleh tim coach Insight Indonesia yang dimotori oleh coach Ochy. Kalimat coach Fauziah Zulfitri yang biasa dipanggil coach Ochy itu betul-betul bikin jleb, menusuk ke hati tapi sekaligus menyadarkan diri, kalau saya dan teman-teman yang dicoaching secara online melalui aplikasi zoom memang sering sekali mengalami suatu situasi yang bikin stres.

Alhamdulillah, saya  mengikuti sesi group coaching kemarin. Sekalipun hanya melalui aplikasi zoom, beda dengan sesi coaching sebelum, di mana kita langsung bertatap muka dengan coach Ochy dan peserta lain.

Namun demikian, manfaat yang dirasakan tak kalah besarnya.

Bagaimana pengalaman mengikuti coaching game, exploring and sharing menggunakan metode Points of You oleh Insight Indonesia? Silahkan baca  di sini.

Ada empat orang coach yang menjadi fasilitator dalam sesi ini, yaitu Fauziah Zulfitri disapa coach Ochy, Yenni Ramli, Jihan Afandi dan Fransiska Amir.

 

Kelompok Kecil Choacing

Setelah sesi pembukaan oleh coach Ochy, sesi selanjutnya dilakukan secara berkelompok. 

Sesi kelompok saya  dicoaching oleh kak Fransiska Amir yang juga disapa dengan  kak Chika. 

Proses coaching berlangsung seru. Masing-masing peserta di kelompok kami itu bervariasi bentuk-bentuk stresnya. Tapi inti dari semuanya adalah, kami menyadari bahwa kami pernah mengalami stres, terutama dalam masa pandemi ini.

Dari hasil coaching saya bisa menyimpulkan, bahwa kita semua pernah mengalami stres terutama selama masa pandemi ini. Mungkin stres karena terlalu lama  di rumah saja, seperti saya yang biasanya bekerja diluar rumah,  bisa juga karena informasi-informasi yang tidak sehat, atau berbagai hal lainnya.

Namun, tidak berarti tidak ada hikmah yang bisa dipetik. Karena toh pada ujungnya kita akan menyadari bahwa pandemi sudah menjadi takdir dan  tidak selamanya  memberi dampak buruk.  Banyak hal positif yang bisa dipetik selama kita mau menerimanya dengan sabar dan bersyukur.

Setidaknya itulah yang bisa saya dapatkan ketika proses coacing berakhir.

 

Adaptif  Versus Maladaptif

 

Setelah semua peserta kembali berkumpul, coach Ochy menyapa dengan senyum khasnya.

“Bagaimana nih hasil bincang-bincangnya dari masing-masing kelompok?

Saya menjawab sesuai suasana hati saat itu, hati saya plong.

Apakah sebelumnya, hatimu galau dan stres Dawiah? Mungkin ada yang bertanya begitu.

Yap, saya baru sadar kalau beberapa hari ini, fisik saya melemah, sering sakit kepala, pusing dan saya tidak menyadarinya kalau sebenarnya saya lagi stres, kemudian saya melakukan upaya mengatasinya dengan cara tidak baik.

Sehubungan dengan tindakan saya itu, coach Ochy menjelaskan bahwa, banyak orang yang menyadari kalau dia lagi stres kemudian berusaha mengatasinya sendiri atau coping stress tetapi dengan cara maladaptif.

Selanjutnya coach Ochy menjelaskan bahwa coping stres dengan adaptif, adalah upaya yang efektif dalam mengatasi sumber stres dan dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bisa berupa self help, approach, dan  accommodation.

Sedangkan  maladaptif adalah upaya yang kurang efektif dalam mengatasi sumber stres dan bisa jadi justru menambah stres akibat timbulnya masalah baru. Bisa berupa avoidance dan self-punishment.

Terdapat  tiga hal buruk yang ditimbulkan oleh maladaptif, yaitu:

  1. Merusak diri sendiri, seperti sakit fisik, pusing, tidak bisa tidur, malas makan atau bahkan terlalu rajin makan.  Oh yah, terlalu rajin makan juga tidak baik karena bisa menimbulkan stres baru, stres karena berat badan naik terus. Eits, sepertinya itu saya 😂
  2. Merusak hubungan dengan orang lain, menjadi curiga dengan orang sekitar
  3. Tidak produktif. Tidak produktif bukan melulu soal pekerjaan, tetapi bisa jadi hubungan yang tidak bagus dengan orang sekitar, dengan teman kerja, dengan anak, bahkan dengan pasangan, isteri atau suami.

Kabar buruknya, 1 dari 3 responden cenderung mengatasi stres dengan coping maladaptif, dan bentuk maladaptif yang paling banyak dilakukan adalah menyalahkan pihak lain yang dinilai memperburuk situasi.

 

Menuju New Normal

 

New normal adalah kata-kata yang akrab di telinga kita akhir-akhir ini. Hal itu tak lepas dari keadaan yang dialami selama masa pandemi.  Keadaan yang mengharuskan kita melakukan kerja di rumah saja, tidak berkumpul, sedapat mungkin menghindari keluar rumah kecuali untuk kebutuhan mendesak, anak-anak tidak ke sekolah, sering-sering mencuci tangan, dan memakai masker, serta berbagai hal baru lainnya.

Setelah kurang lebih tiga bulan kita berada di situasi itu, saatnya kita dihadapkan pada situasi untuk menerima keadaan lalu berusaha kembali ke kehidupan yang normal.

Sebagian masyarakat mungkin bisa menerima itu sebagai kabar yang baik dan disambut dengan senang-senang lalu menjadi abai.

Sebagian lainnya mungkin justru semakin cemas dan takut. Berbagai pikiran buruk berkecamuk, apakah keadaan akan sehat seperti sediakala? Apakah pandemi ini betul-betul sudah hilang, dan sebagainya.

Kedua sikap itu adalah sikap yang kurang baik, karena  bisa jadi yang bersenang-senang menerima kabar itu adalah bentuk pelampiasan stresnya. Sedangkan yang cemas sudah pasti mengalami stres.

 

 

Manajemen Stres untuk Menyambut New Normal

 

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa manajemen stres yang baik adalah dengan cara adaktif tak perduli di situasi manapun kita berada.

Maka cukup  penting mengetahui coping (mengatasi) stres secara adaptif yang dilakukan oleh responden selama pandemi sebagai referensi bagi kita menuju new normal.

Terdapat  83% responden melakukan coping stres  dengan mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya. 78% meyakini bahwa ada hikmah di balik pandemi ini, 73% menjaga kesehatan, 34% meningkatkan kemampuan, 32% mencari dukungan emosional, dan 25% membantu penanggulan wabah.

Melihat jawaban responden tersebut di atas, berada di manakah kita?

Yang pasti hasil dari program Group Coaching INSIGHT Indonesia, di grup saya dan hampir semua peserta sepakat bahwa, pandemi ini tidak untuk diratapi, disesali, apalagi disumpahi karena di balik peristiwa ini pasti ada hikmah yang bisa dipetik.

Bagaimana bentuk hikmah itu? Tentu saja bergantung kepada  masalah dan keadaan masing-masing. Tetapi satu jawaban pasti, menghadapi keadaan pandemi ini sekaligus menyambut new normal adalah dengan tetap bersyukur dan bersabar.

Karena itulah jawaban akhir dari setiap masalah, seberat apapun masalah yang dihadapi.

Seperti kata coach Ochy, masalah atau stres  bukan untuk dihindari melainkan dihadapi dengan cara yang adaptif.


manajemen stres

Terima kasih INSIGHT Indonesia, terima kasih coach Ochy (Fauziah Zulfitri) dan para fasilitator, Yenni Ramli, Jihan Afandi, dan Fransiska Amir. Semoga saya dan teman-teman bloger Makassar bisa bergabung lagi dalam program INSIGHT berikutnya.

Sumber dan Referensi Survey: CHDC PPM Management, 2020


29 comments

  1. Wah, keren tulisannya Bunda, menarik sekali materinya ya bisa belajar ki gimana mengatasi stres yang bahkan kurang disadari ternyata kita alami..

    ReplyDelete
  2. Suka deh dengan semangatnya bunda selalu berusaha mengisi "jiwa" dengan hal positif seperti ini.
    Usia buka halangan untuk terus aktif belajar yaa bunda.

    ReplyDelete
  3. Seru ya kak ijut coaching ini, setelah itu rasanya plong. Hati senang.

    ReplyDelete
  4. Selamat datang New Normal, iam sorry goodbye stress, kita sudah siap meminimalisir stress dengan berbagai upaya pengalihan untuk jiwa dan kehidupan yang lebih sehat dih bunda. Sharingta ini semakin membawa aura positif, alhamdulillah...

    ReplyDelete
  5. seru banget kak kegiatannya, saya jadi tau nih gimana ngatasi stress. karena usia usia seperti saya ini rentan banget mengalami stress dan harus cepat tau dalam penanganannya,

    ReplyDelete
  6. Wah penting banget memang manajemen stres menghadapi new normal. Tak bisa dipungkiri pasti kita pernah merasa jenuh atau bosan, dan menolak mengakui stres. Menohok banget, stres bukan untuk dihindari, tapi dihadapi. Nice sharing :)

    ReplyDelete
  7. Artikel yang sangat bermanfaat. Di masa new normal ini, banyak orang yang bingung dengan apa yang harus dilakukan.

    jadi banyak orang yang butuh pencerahan. semoga bermanfaat

    ReplyDelete
  8. Era new normal agak mending sih, meskipun kurva belum juga datar, tapi gejala psikosomatis kayaknya gak muncul karena bebas keluar meski tetap jaga protokol kesehatan.
    Tapi tetap juga mengatur agar stres tak muncul amat penting, meskipun nanti pandemi sudah berakhir.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau dibandingkan dengan kondisi awal pandemi, saat pasien positif baru dua, rasanya new normal ini malah jadi ajang ketidakpercayaan masyarakat dalam penyakit covid19. Malah ketakutan saya jadi dua: ya takut penyakitnya, sama takut ketidakpedulian masyarakat pada protokol pencegahan.

      Delete
  9. Tulisan yang hadir untuk jiwa nih
    Terimakasih sudah menuliskannya dengan lengkap mbak
    Aku ikut belajar banyak
    Semoga pandemi ini segera berlalu dan kita semua diberi kesehatan lahir batin

    ReplyDelete
  10. Yupz bener kak. Stress itu dihadapi jgn dihindari. Intinya jangan lari semakin lari semakin di kejar yaaa bersa hantu ja deh wkwkwk

    ReplyDelete
  11. Efek Corona memang luar biasa, gak hanya menyerang kesehatan fisik, tapi juga mental. Banyak yang mulai stress berhubungan dengan si Corona ini, ada yang takut tertular, ada yang gak bisa menafkahi keluarga lagi karena kena PHK, ada yang bisnisnya gulung tikar, dan berbagai permasalahan lainnya.

    Ada juga emak-emak yang stress karena tupperwear-nya ilang atau rusak, buahahahaha...

    Very nice sharing...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau tupperwear rusak apalagi hilang, pasti streslah Mas 🤣 Jangankan di saat adanya pandemi ini, situasi normal saja bisa bikin stres. Oh tupperwearku

      Delete
  12. Aku pun merasa tertabok-tabok mba dengan kalimat stres itu dihadapi bukan dihindari. Bagaimanapun stres itu harus dimanajemen dengan tepat agar output nya juga baik.

    ReplyDelete
  13. Kapan ini ada lagi mbak? Jika ada informasikan di grup BW ya.

    ReplyDelete
  14. Pandemi ini memang buat stres, karena ada kebiasaan baru yang rasanya aneh untuk dijalankan

    ReplyDelete
  15. Betul mbak, ditengah pandemi yang sedang dialami oleh negara ini, stress menjadi hal yang biasa dialami oleh masyarakat sekitar. Sekarang tinggal kitanya saja yang harus bisa menghadapi situasi stress tersebut agar bisa kembali hidup normal.

    ReplyDelete
  16. Wah penting bnget nih ya manajemen stress ini jng samoe tubuh kita habis karena stress yg tdk bisa kita kelola dng baik..terima kasih sharingnya kak..

    ReplyDelete
  17. Jadi inget kata psikolog. Kalau manusia tuh punya 2 jurus ketika stres menghampiri. Kalau ngga lari ya dihadapi. Thanks for sharing kak

    ReplyDelete
  18. Saya merasa, kadang stress sendiri. Tidak puas dengan kondisi. Tak lama kemudian biasa lagi, seakan rasa tadi tak pernah ada.
    Ini normal nggak, ya....
    Kok jadi ingin ikut acara kayak gini.

    ReplyDelete
  19. Nah bener nich..saya stress jadi banyak makan dan berat malah naik.. badan yang berat (kegemukan) menjadi sulit bergerak lincah dan membuat pinggang jadi sakit

    ReplyDelete
  20. Iya banget tuh. Disaat saya ngerasa stres dan ngaruh ke fisik dan psikis saya nggak mau berlarut-larut. Kalau keadaan sulit kita ubah, maka diri ini yang harus segera beradaptasi.

    ReplyDelete
  21. Nice share ini Mba Dawiyah... saya kemaren ikutan webinar jg temanya Menjaga Well-being melalui exercise agar tubuh tetap bugar selama PSBB. Salam sehat selalu ya

    ReplyDelete
  22. Perempuan mah stresnya bisa hilang dengan bercerita. Jadi butuh banget suami, teman, atau sahabat yg mau mendengarkan ceritanya lengkap. itu aja udah membantu banget. Hehehe. Wajarlah inline dengan hasil coachingnya mba.

    ReplyDelete
  23. Perlu baca nih biar siap menghadapi stress di masa pandemi seperti saat ini

    ReplyDelete
  24. gak cuma panci gosong yang bikin stress bunda, pegangan panciku patah aja aku bisa pusing hehe, apalagi lihat mainan anak berserakan *loh kok malah curhat. Wah tulisan ini harus diresapi dalam agar tetap hepi di masa pandemi new normal ini :) Semoga sehat selalu ya Bunda :)

    ReplyDelete
  25. berkat join coaching stress jadi tau tentang coping stress dimana sekarang bisa mengendalikan stress dan emosi akan diarahkan kemana ya mba.

    ReplyDelete
  26. Wah banyak makan termasuk stress ya bun. Atuh kumaha aku jg jadi rajin ke dapur selama pandrmi ini..ya masak ya makan😂

    ReplyDelete
  27. Ini penting banget buat saat ini kak... stres makin menjadi ancaman sehari-hari. Coping stress dg cara curhat beneran ngefek, meskipun sama-sama tahu bahwa curhat pun ya nggak selalu dapat solusi. Tapi memang ngefeknya buat melegakan pikiran.

    ReplyDelete