Kenali Gejala dan Cara Pencegahan Penyebaran COVID-19

Tuesday, December 22, 2020

 


Tahun 2020 adalah tahun yang sangat luar biasa, di mana seluruh penduduk bumi merasakan kecemasan yang sama. Bisa dibilang tahun 2020 adalah tahun pandemi yang melanda dunia.

Sepanjang tahun, berita pendemi ini memenuhi media, baik media cetak maupun media elektronik sehingga tiap hari kita disuguhi berbagai macam informasi tentang COVID-19.

Sayangnya tidak semua informasi yang beredar mengedukasi masyarakat. Banyak informasi justru menjerumuskan orang untuk tidak memercayai keberadaannya, sehingga banyak yang abai. Akibatnya, penyebaran virus COVID-19 semakin merebak.

Hingga akhirnya pemerintah mengambil tindakan dengan memberlakukan PSBB dan WFH. Sekolah-sekolah diliburkan, kantor-kantor juga ditutup, bahkan salatpun dianjurkan dilaksanakan di rumah saja.

Rasanya saat itu keadaan sangat mencekam.

 

Kenali Gejala COVID-19

 

Daripada kita trauma tak beralasan, mari mengenali gejala COVID-19 agar bisa mengambil tindakan yang semestinya. Informasi tentang gejal virus ini sangat mudah didapatkan, artikelnya menyebar di berbagai media.

Kita dapat pula mencari informasi akurat di Halodoc, bisa dengan cara membaca artikel yang terkait dengan virus corona atau bertanya langsung menggunakan menu chat yang tersedia di web Halodoc.

Tersedia pula aplikasi Halodoc yang bisa memberi solusi kesehatan yang lengkap, mulai dari konsultasi online dengan dokter terpercaya hingga membeli obat bebas tanpa harus ke apotik, bahkan Halodoc dapat memberi solusi periksa di rumah sakit  tanpa antri.

 

Mengenai gejala COVID-19, WHO menjelaskan bahwa respon orang terhadap COVID-19 berbeda-beda. Ada yang bisa pulih tanpa perlu dirawat di rumah sakit tapi ada juga yang harus dirawat secara intensif.

Gejala umum yang terjadi pada orang yang terpapar COVID-19 adalah sebagai berikut.


  1. Demam
  2. Batuk kering
  3. Kelelahan


Di samping gejala umum, ada pula gejala khusus, gejala yang tidak umum, yaitu:


  1. Nyeri pada tenggorokan
  2. Diare
  3. Mata merah (konjugtivitis)
  4. Hilangnya indra perasa atau penciuman
  5. Terjadi bintil-bintil merah pada kulit
  6. Perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki

 

Setelah mengenali gejala-gejala tersebut di atas, maka tanggung jawab kita selanjutnya adalah mencegah diri dan keluarga dari paparan virus COVID-19

 

Cara Mencegah COVID-19

 

Melindungi diri dari penyebaran virus ini adalah salah satu bentuk tanggung jawab kita terhadap keluarga.  Jargon tentang jaga diri dan keluarga dengan 3M sudah dihafal mati. Dan belakangan menjadi 4M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.

Mengenakan masker saja tidak cukup mencegah penyebaran virus dan infeksi lainnya. Maka harus mencuci tangan secara rutin dengan menggunakan sabun dan air. Kalau perlu menggunakan cairan pembersih tangan berbahan alkohol.

Selain itu, menjaga jarak aman terutama dengan orang yang bersin atau batuk adalah tindakan lainnya.

Jika Anda batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan lengan atau tisu. Jangan sentuh mata, hidung, dan mulut Anda.

Jangan keluar rumah apabila merasa kurang sehat atau tidak enak badan. Sebaiknya hubungi penyedia layanan kesehatan agar dapat segera mengarahkan Anda ke fasilitas kesehatan yang tepat.

Demikian langkah-langkah yang dapat kita lakukan agar terhindar dari paparan virus COVID-19.

Mari terus menjaga kesehatan diri dan keluarga serta orang-orang yang kita cintai sembari menanti datangnya vaksin virus corona.  Karena menurut Halodoc, saat ini Lembaga Eijkman sudah memulai upaya pengembangan vaksin yang dinamai vaksin Merah Putih. Ditargetkan awal tahun 2021, PT Biofarma sudah bisa menerima vaksin covid tersebut, kemudian dilakukan formulasi produksi dalam rangka uji klinis.  

Semoga proses pengembangan vaksin tersebut berjalan lancar dan hasilnya sesuai dengan harapan kita agar penyebaran COVID-19 dapat segera teratasi dan masa pandemi segera berlalu.

Salam sehat dan tetap jaga kesehatan.

Read More

Kenali Penyakit Osteoporosis

Friday, December 11, 2020

Kenali Penyakit Osteoporosis




Osteoporosis adalah salah satu jenis penyakit yang sudah diketahui oleh hampir semua orang. Tetapi apa dan bagaimana penyakit ini? Terus terang, saya baru mencari informasi tentang penyakit yang menyerang tulang ini setelah mamaku mengalaminya.

Sebelumnya, mari simak dahulu cerita mamaku dengan penyakit osteoporosisnya.

 

Sebelum Mama Divonis Kena Osteoporosis

 

Tahun 2017, tiba-tiba mamaku mengeluh sakit di bagian pinggul dan punggungnya termasuk persendian beliau. Saya dan adik langsung membawanya ke dokter ahli tulang, karena kami berpikir mama terkena penyakit tulang.

Oleh dokter, beliau disuntik katanya suntikan vitamin untuk tulang. Tapi tidak ada perubahan. Keluhan mama semakin tak terbendung. Akhirnya kami membawanya ke rumah sakit.

Tiga hari di rumah sakit, hasil foto tulangnya keluar, dan oleh dokter dikatakan kalau ada tulang mama patah di bagian pinggul.  Satu-satunya jalan adalah mama harus dioperasi.

Mama tidak mau dioperasi, sayapun kurang setuju. Saya khawatir dengan proses operasi nanti, usia mama sudah sepuh dan tulangnya pastilah tak sekuat ketika masih muda.

Entah dari mana  idenya, tiba-tiba mama minta diurut. Katanya, ada orang yang pandai mengurut di daerah Takalar, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan.

Singkat cerita, mama dibawa ke sana untuk diurut dalam keadaan memakai kursi roda, karena tidak bisa berdiri dan berjalan dengan baik, mama merasa sangat  kesakitan.

Masya Allah, alhamdulillah, pulang dari tukang urut, rasa sakit di pinggulnya berkurang. Bahkan beliau tak memakai kursi roda walaupun masih berjalan tertatih dituntun oleh adik saya.

Saya dan keluarga berpikir, mama sudah sembuh sisa pemulihan saja. Dua pekan kemudian, mama harus kontrol lagi ke tukang urutnya. Kembali mama diantar ke sana. Pulangnya, mama nampak semakin sehat. Beliau sudah bisa berjalan tanpa dituntun.

 

Ternyata Mama Terkena Penyakit Osteoporosis

 

Tidak sampai sebulan, mama kembali mengeluh. Kali ini sakitnya di bagian punggung. Saya terkesiap, punggung mama terlihat melengkung dan tampak semakin pendek. Di sekolah saya menceritakan perihal mama saya ke teman-teman.

Salah seorang teman yang bernama Hj. Hasma mengisahkan tantenya yang pernah mengalami ciri yang sama, dan ternyata tantenya itu kena penyakit osteoporosis. Beliau juga bercerita kalau tantenya sekarang sudah sehat setelah ditangani oleh  dokter Arman, ahli tulang yang  bertugas di Ratulangi Medical Center Makassar.

Saya langsung membawa mama ke sana. Setelah diperiksa oleh dokter Arman, mama dibawa ke ruang radiologi untuk menjalani foto  rontgen. Tak lama hasilnya keluar.

Innalillah! 

Dokter memperlihatkan beberapa bagian tulang mama yang kropos. Mama menderita penyakit Osteoporosis dan harus menjalani pengobatan dengan minum obat secara teratur selama 3 bulan.

Saya sempat bertanya ke dokter, “apakah mama saya akan dioperasi dok?”

Dokter Arman tersenyum dan menjelaskan dengan sabar.

“Tidak perlu dioperasi. Usahakan saja  minum tiga jenis obat ini sesuai aturan. Tulang yang kropos sudah tidak bisa diperbaiki, obat ini bertujuan memperkuat  tulang lainnya yang belum kropos agar bisa mengimbangi tubuh pasien.”

“Jangan melakukan aktivitas berat ya Bu. Jangan sampai tulang ibu patah dan menembus otot, itu sakitnya luar biasa,” sambung Pak dokter.

Demikianlah, mama dengan tertib dan sabar menjalani proses pengobatan selama 3 bulan.

Alhamdulillah, saat ini mama sudah bisa beraktivitas ringan, sudah bisa jalan dan paling penting tidak lagi mengeluh kesakitan. Sekalipun tubuhnya tidak bisa kembali normal dan berdiri tegak, setidaknya sudah tidak memakai kursi roda lagi.

 

Fakta Tentang  Penyakit Osteoporosis

 

Kisah mama yang terkena penyakit osteoporosis membawaku ke berbagai artikel tentang penyakit tersebut.

Dilansir alodokter.com, di Indonesia 23% perempuan berusia 50-80 tahun mengidap osteoporosis. Ini berarti, bukan hanya perempuan yang berusia 60 tahun ke atas saja yang bisa kena penyakit osteoporosis.

 

Apa itu Osteoporosis?

 

Osteoporosis  adalah penyakit yang menyebabkan menipisnya tulang dan kurangnya massa tulang sehingga tulang menjadi kropos dan gampang patah.

 

Penyebab Timbulnya Penyakit  Osteoporosis


Beberapa referensi menyebutkan, bahwa ada 10 penyebab orang terkena penyakit osteoporosis.


1    1. Jenis Kelamin

Perempuan lebih berisiko terkena osteoporosis dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan hormon pada saat menopause. Setelah perempuan mengalami masa menopause terjadi penurunan kepadatan tulang akibat menurunnya kadar esterogen.


2.  Usia

Semakin tua usia kita, semakin besar resiko terkena osteoporosis.


3. Riwayat Keluarga

Jika salah satu  orang tua atau keluarga ada yang menderita osteoporosis, maka kemungkinan kita juga akan memiliki resiko terkena ostoporosis. Baca ini, saya harus waspada ini.


 4. Ukuran Rangka Tubuh

Semakin kecil ukuran rangka tubuh seseorang, semakin besar pula resiko terkena osteoporosis.


5. Kadar Hormon

Memiliki kadar hormon yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat pula menyebabkan osteoporosis, seperti kekurangan hormon estrogen atau testosteron atau kelebihan hormon tiroid atau kelenjar adrenal.


 6. Faktor Makanan

Makanan yang kurang mengandung kalsium dapat mengakibatkan berkurangnya kepadatan tulang. Massa tulang bisa semakin menurun apabila kurang asupan makanan yang mengandung kalsium.


7. Gangguan Makan

Penderita penyakit anoreksia beresiko osteoporosis, karena anoreksia atau gangguan pola makan yang tidak sehat akan menyebabkan berkurangnya asupan makanan yang mengandung kalori, protein, dan kalsum.


8. Kurang Aktif

Yang dimaksud dengan kurang aktif adalah orang yang jarang bergerak, misalnya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk duduk saja. Hm, hati-hati nih para penulis dan bloger, jangan duduk melulu menulis ya.


9. Merokok

Jangan merokok, karena zat yang terdapat pada rokok mengakibatkan terganggunya proses  metabolisme hormon, penyerapan kalsium sehingga mengganggu pembentukan dan penyerapan tulang.


10. Minum minuman beralkohol

Minum alkohol dapat juga meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis.


Baca juga perihal kesehatan berikut ini.


1. Penyakit pada sistem reproduksi

2. Mari hitung obesitasmu



Kalau sudah mengetahui 10 penyebab munculnya penyakit osteoporosis, apa lagikah yang harus dilakukan untuk mencegah resiko kena penyakit itu?

 

Cara Mencegah Penyakit Osteoporosis

 

Di atas sudah diterangkan tentang 10 penyebab timbulnya resiko kena penyakit osteoporosis, maka logikanya untuk mencegah terjadinya osteoporosia,  maka kita harus menghindari faktor  risikonya, seperti:

  1. Berhenti merokok bagi yang terlanjur kecanduan merokok.
  2. Tidak minum minuman beralkohol.
  3. Mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium tinggi.
  4. Mengonsumsi vitamin D atau suplemen jika dirasa perlu.
  5. Rutin berolahraga.

Dan terakhir, ini pesan khusus buat kalian perempuan yang sudah seumuran saya atau di atas saya dan telah memasuki menopause, cegahlah osteoporosis dengan rutin kontrol ke dokter. Jika dirasa perlu, lakukan terapi penggantian hormon.

Demikianlah, semoga bermanfaat. Tetap jaga kesehatan.


 

Read More

Kambu Paria, Masakan Peria Khas Makassar

Tuesday, December 1, 2020

 

Pernah dengar peribahasa berikut ini?

“Pucuk diremas dengan santan, urat direndam dengan tengguli, lamun peria pahit juga.”

Artinya: Orang yang tabiatnya buruk, jahat, sekalipun diberi kekayaan dan pangkat, sifatnya tidak akan berubah.

Tapi saya tak akan membahas peribahasa di atas. Saya fokus ke kata peria saja. Ternyata dalam kamus KBBI, peria itu adalah tumbuhan menjalar, bunganya kecil-kecil berwarna kuning dan buahnya seperti mentimun dengan permukaan kulit yang berbintil-bintil. Ciri khas dari tanaman ini adalah  buah dan daunnya rasanya pahit.

Teman-teman saya yang orang Jawa menyebutnya “pare” sedangkan di daerah saya, yaitu Sulawesi Selatan menyebutnya paria.

Ini adalah buah yang paling sering saya jadikan sayur karena paling disukai suami. Kadang saya tumis dicampur udang dengan bumbu kemiri, bawang putih, bawang merah, dan cabai. Kadang juga saya tambahkan pete. Kalau lagi malas makan sayur tumis-tumisan, maka peria saya masak bersama dengan kacang hijau dan diberi santan sedikit. Bahkan ditumis tanpa campuran apapun, tetap disukai oleh hampir semua anggota keluarga saya.

Dari semua resep peria yang biasa saya masak, kambu paria adalah masakan peria yang menjadi primadonanya. Karena semua anggota keluarga saya suka. Kalaupun anak bungsu saya tidak suka buah perianya karena pahit, tapi ia tetap makan karena suka makan isiannya saja atau dalam bahasa daerah saya disebut kambu.

Maka masakan ini disebut Kambu Paria.

 


Manfaat Buah Peria

 

Beberapa referensi menuliskan bahwa buah peria memberikan pengaruh pada metabolisme glukosa sehingga mampu menghambat sel kanker, menurunkan kadar gula dalam darah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai ramuan herbal bagi penderita diabetes. Selain itu, tanaman peria dapat dijadikan jus untuk mengobati penyakit  disentri. Berkhasiat pula menyembuhkan sakit encok. 

 

Manfaat Masakan Kambu Paria

 

Masakan Kambu Paria selain bahan dasarnya adalah peria, ada juga  ikan dan kelapa sangrai. Manfaat buah peria sendiri telah dijelaskan di atas. Sekarang, mari kita lihat manfaat ikan dan kelapa sebagai bahan dasar lainnya.

Pada umumnya, jenis ikan yang digunakan pada masakan ini adalah ikan teri. Tapi bisa juga menggunakan ikan cakalang dan ikan tongkol. Manfaat ikan teri dan jenis-jenis ikan laut lainnya adalah sebagai sumber protein yang akan menambah massa otot dan menambah daya tahan tubuh.

Kalsium dalam ikan teri jika dibandingkan dengan ikan air laut lainnya merupakan salah satu yang tertinggi. Ikan teri juga mengandung zat besi yang bermanfaat menambah darah dan mencegah terjadinya anemia.

Sedangkan kelapa adalah buah yang kaya manfaat. Dilansir oleh alodokter.com. Buah kelapa mengandung nutrisi yang sangat bermanfaat buat tubuh kita karena mengandung vitamin C, protein, kalium, magnesium, dan serat. Kelapa juga rendah karbohidrat dan kalori.

Dilihat dari bahan-bahan dasar masakan kambu paria yang kaya dengan manfaat pada kesehatan kita, maka tak ada alasan untuk tidak menyukainya. Apalagi ditambah dengan rempah-rempah, seperti bawang putih, serai, bawang merah, dan lengkuas, yang juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita.

Penasarankah kalian untuk mencobanya? Nah ini saya tuliskan resepnya.

Jika ingin mengetahui lebih banyak lagi resep masakan yang kaya manfaat, kalian boleh ke link  https://id.theasianparent.com/ berbagai resep makanan ada di sana. Salah satunya adalah masakan bubur ayam ini, silahkan klik  resep bubur ayam yang gurih ini, 


 

Resep Kambu Paria


 

Bagaimana membuat masakan kambu paria? Berikut resepnya.

 

Bahan


  • 3 biji peria, dipotong-potong
  • 300 gram Ikan teri
  • 1 butir telur, diambil putihnya
  • 1 biji kelapa parut, sangrai dan haluskan
  • 150 ml santan kental
  • 200 ml santan cair
  • Minyak kelapa secukupnya
  • 1 batang serai
  • Asam jawa dan kunyit kering secukupnya

 

Bumbu yang Dihaluskan


  • 3 siung bawang putih
  • ½ sendok teh merica
  • 2 ruas jari lengkuas

 

Cara Membuat


  1. Kukus peria yang telah dipotong-potong sesuai selera hingga setengah matang. Angkat dan keluarkan bijinya.
  2. Bersihkan ikan teri dan buang kepalanya lalu masak bersama asam jawa dan kunyit. hingga matang. Angkat lalu haluskan.
  3. Sebagai bahan isian. Campurkan bumbu yang telah dihaluskan dengan ikan teri dan kelapa sangrai. Kemudian tambahkan putih telur, aduk-aduk secara merata.
  4. Masukkan bahan isian ke dalam pare yang telah dikeluarkan bijinya. Sisakan bahan isian secukupnya.
  5. Masak kambu paria dengan santan cair dan sisa bahan isian hingga mendidih. Terakhir turunkan santan kental lalu masak terus hingga mendidih.
  6. Angkat dan sajikan di atas mangkok atau piring saji.

Tertarik mencoba masakan ini?

Yuk, praktikkan!

Catatan:  Resep ini berasal dari mama saya, Ibu Mahabuba.

 

Read More

BIMTEK GPK; Mengenal Konsep Pendidikan Inklusi

Sunday, November 8, 2020

 

Pada akhir September hingga awal Oktober tahun 2020, saya mengikuti Bimbingan Teknik (Bimtek) untuk Guru Pembimbing Khusus (GPK) bagi sekolah inklusi. Cerita saat  pembukaan kegiatan tersebut,  saya tuliskan di blog ini, silahkan baca di sini. 

Pada sesi acara pembukaan dijelaskan bahwa Bimtek  GPK saat itu adalah masih tahap pemahaman. Akan ada tahap selanjutnya yang dijadwalkan pada tahun 2021. Semoga masih diberi umur dan sehat sehingga bisa mengikuti bimtek selanjutnya. 

Dijelaskan bahwa untuk menjadi guru pembimbing khusus  di sekolah inklusi, sedikitnya harus mengetahui empat hal, yakni:

  1. Hakikat pendidikan inklusi
  2. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Inklusi
  3. Landasan Pendidikan Inklusi
  4. Prinsip Pendidikan Inklusi

 



Pendahuluan; Mengenal Konsep Pendidikan Inklusi

 

Kehadiran sekolah inklusi dengan guru-guru pembimbing khusus yang berasal dari guru di sekolah itu sendiri merupakan kabar baik buat orang tua yang memiliki anak yang luar biasa, anak berkebutuhan khusus. 

Demikian pula peserta didik berkebutuhan khusus, mereka memiliki harapan untuk bisa bersosialisasi dengan  baik dan sehat dengan temannya, tanpa khawatir akan mengalami perundungan.

Walaupun pendidikan inklusi sangat erat kaitannya dengan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, tapi tidak bisa didefinisikan bahwa pendidikan inklusi sebagai nama lain untuk pendidikan kebutuhan khusus (Stubbs dalam Depdiknas, 2007:23).

Mengapa demikian? Kita bahas satu persatu yuk!

 

Pengertian Pendidikan Inklusi

 

Disebutkan kalau pendidikan inklusi tak bisa didefinisikan sebagai nama lain untuk pendidikan kebutuhan khusus karena pendidikan inklusi menggunakan pendekatan yang berbeda dalam mengidentifikasi dan mencoba memecahkan kesulitan yang muncul di sekolah.

Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa diskriminasi

 

Hakikat Pendidikan Inklusi

 

Pemerintah bukannya tidak memedulikan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, hal ini terbukti adanya kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam undang-undang dan berbagai peraturan pemerintah.

Misalnya, Undang-Undang RI No 25 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Di mana dalam undang-undang tersebut, pemerintah menjamin hak bagi setiap anak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran tanpa kecuali.

Demikian pula Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Lebih detail lagi termaktub dalam Bab IV Pasal 5 (2), warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Namun, sistem pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus saat itu masih menggunakan sistem segregasi.  Sistem segregasi tidaklah buruk, namun merugikan dari sudut pandang anak berkebutuhan khusus yang bersekolah.

Pembelajaran model segregasi adalah anak berkebutuhan khusus  ditempatkan di sekolah-sekolah khusus yang terpisah dari sekolah reguler. Mereka disatukan dengan temannya yang  memiliki kebutuhan khusus yang sama, sehingga mereka hanya bertemu dan belajar bersama dengan orang yang memiliki hambatan yang sama.

Misalnya anak yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB)  Tunarungu, maka sehari-hari mereka hanya bertemu dan bersosialisasi dengan sesamanya tunarungu.

Pendidikan model Segregasi tidak menjamin kesempatan anak berkebutuhan khusus mengembangkan potensinya secara optimal, karena kurikulum dirancang berbeda dengan kurikulum sekolah biasa.

Anak-anak yang luar biasa itu yang bersekolah di sekolah khusus atau model segregasi akan minim interaksi sosial. Mereka akan menjadi rendah diri, merasa dikucilkan karena tidak bisa berinteraksi dan bergaul dengan teman sebayanya dengan latar belakang yang berbeda.  

Tentu saja hal ini menambah rasa kurang percaya dirinya serta dapat membatasi perkembangan mereka lebih lanjut.

Bahkan secara filosofis model segregasi tidak logis. Di mana seharusnya anak berkebutuhan khusus disiapkan agar dapat berintegrasi dengan masyarakat pada umumnya, tetapi sebaliknya justru dipisahkan dengan masyarakat pada umumnya. (Reynolds dan Birch, 1988).

Selain itu, Pembelajaran anak berkebutuhan khusus model segregasi relatif mahal dan biasanya hanya ada di kota besar. Akibatnya, anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh dari kota merasa kesulitan menjangkau sekolah tersebut, apalagi bagi anak berkebutuhan khusus dari keluarga tak mampu.

Hal-hal inilah yang mendasari munculnya pendidikan Inklusi melalui kebijakan pemerintah tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Bermula dari Deklarasi Bandung “Indonesia menuju pendidikan inklusi pada tahun 2004, kemudian disusul dengan PP No 19 Tahun 2005 Pasal 41 (1) Setiap satuan pendidikan yang melaksanakan pendidikan inklusi harus memiliki tenaga kependidikan yang mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus.

Lalu tahun 2008, kebijakan pemerintah terhadap pendidikan inklusi termaktub dalan Permendikns No 32  tahun 2008 tentang stadar Kualifikasi dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus, yakni pada Pasal 1 (1) dijelaskan bahwa, guru pendidikan khusus adalah tenaga profesional. (2) Guru pendidikan khusus adalah tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik bagi peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan.

Perjalanan panjang kebijakan pemerintah RI tentang pendidikan inklusi ini akhirnya secara pelan namun pasti disambut dengan baik oleh seluruh masyarakat Indonesia. 

Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus tidak lagi memaksakan anaknya masuk ke sekolah luar biasa, kecuali bagi anak yang masuk dalam kategori butuh penanganan khusus oleh ahlinya.  

Hakikatnya, pendidikan inklusi merupakan kegiatan mengajar anak dengan kebutuhan khusus pada kelas reguler. Anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama anak lainnya atau reguler guna mengoptimalkan potensi yang mereka miliki,

 

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Inklusi

 

Definisi pendidikan inklusi dirumuskan sejak dalam Seminar Agra pada tahun 1998 yang disetujui oleh 55 peserta dari 23 negara.

Kemudian pada bulan Maret tahun 1990 di Thailand dicetuskan Deklarasi Dunia Jomtien tentang Education For All (EFA) yang dikumandangkan UNESCO. Pernyataan dalam deklarasi dunia Jomtien itu mengindikasikan pentingnya menjamin kelompok marginal mendapatkan akses ke pendidikan dalam sistem pendidikan umum, termasuk anak berkebutuhan khusus.

Maka dapat disimpulkan bahwa  pendidikan inklusi merupakan  sistem penyelenggaraan Pendidikan yang memberikan kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa diskriminasi.

 

Tujuan Pendidikan Inklusi

 

Secara garis besar ada dua tujuan utama pendidikan inklusi, yakni:

  1. Memberi kesempatan seluas-luasanya kepada semua anak tanpa kecuali untuk memperoleh pendidikan yang layak sesuai kodisi anak
  2. Menciptakan pendidikan tanpa diskriminasi serta menghargai keberagamanan dan pembelajaran yang ramah anak

 

Landasan Pendidikan Inklusi
 

Perlu diketahui bahwa kebijakan implementasi pendidikan inklusi memiliki landasan yang kuat, yakni landasan filosofis, landasan yuridis, dan landasan empiris (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011).


Apa landasan filosofinya?


Tidak lain dan  tak bukan adalah dasar negara kita, yaitu Pancasila.

Bukankah kelima sila dalam dasar negara kita menuntun rakyat Indonesia untuk meyakini Tuhan yang Maha Esa, memanusiakan manusia secara  adil dan beradab, memupuk persatuan, dan berhikmat dengan bijaksanaan dan terakhir adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lebih mendasar lagi, kita memiliki semboyan negara yaitu Bhineka Tunggal Ika, Semangat kebhinekaan itulah yang harus dimiliki sehingga kelemahan dan keunggulan tidak memisahkan anak yang satu dengan yang lainnya

 

Landasan Yuridis

 

Ada beberapa perangkat yang menjadi landasan yuridis pendidikan inklusi,

  1. UUD Amandemen 1945, Pasal 31 ayat 1 dan 2
  2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002   tentang Perlindungan Anak, tercatat dalam beberapa pasal.
  3. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003  tentang sistem pendidikan nasional Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 11 ayat (1) dan (2). Secara jelas dan nyata dinyatakan dalam Pasal 32 ayat (1), “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena hambatan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.” 
  4. Bahkan dalam Pasal 15 alinea terakhir  dijelaskan bahwa “Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.” 


Landasan Empiris

 

Berdasarkan hasil penelitian terhadap sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, menunjukkan kalau penempatan peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah luar biasa dengan model segregasi tidak efektif dan terkesan diskriminatif.

Penyelenggaraan pendidikan inklusi juga memiliki dukungan yang kuat baik secara internasional maupun nasional. Hal ini terbukti dari berbagai kegiatan secara nasional dan internasioanl sejak tahun 1948 dalam  Deklarasi Hak Asasi Manusia (Declaration of Human Rights) hingga Rekomendasi Bukittinggi Tahun 2005 yang menyatakan bahwa pendidikan inklusif dan ramah terhadap anak semestinya dipandang sebagai berikut.

  • Sebuah pendekatan terhadap peningkatan kualitas sekolah secara menyeluruh yang akan menjamin bahwa strategi nasional untuk ‘pendidikan untuk semua’ adalah benar-benar untuk semua;
  • Sebuah cara untuk menjamin bahwa semua anak memperoleh pendidikan dan pemeliharaan yang berkualitas di dalam komunitas tempat tinggalnya sebagai bagian dari program-program untuk perkembangan anak usia dini, prasekolah, pendidikan dasar dan menengah, terutama mereka yang pada saat ini masih belum diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan di sekolah umum atau masih rentan terhadap marginalisasi dan eksklusi; dan
  • Sebuah kontribusi terhadap pengembangan masyarakat yang menghargai dan menghormati perbedaan individu semua warga negara.

 

Prinsip Pendidikan Inklusi

 

Prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah inklusif telah dirumuskan Depdiknas (2007) berupa prinsip motivasi, prinsip latar atau kontes, prinsip hubungan sosial, optimalkan interaksi, dan prinsip individualisasi.

UNESCO dalam Hermansyah, 2003 menjabarkan tiga prinsip dalam pendidikan inklusi agar anak dapat belajar bersama dan belajar untuk hidup bersama dengan orang-orang di sekitarnya. Ketiga prinsip itu adalah:

  1. Setiap anak, termasuk dalam komunitas kelas atau kelompok.
  2. Hari sekolah diatur sepenuhnya melalui tugas-tugas pembelajaran kooperatif dengan perbedaan pendidikan dan kefleksibelan dalam memilih dengan sepuas hati.
  3. Guru bekerjasama dan mendapat pengetahuan pendidikan umum, khusus dan teknik belajar individu serta keperluan-keperluan pelatihan dan bagaimana mengapresiasikan keanekaragaman dan perbedaan individu dalam pengorganisasian kelas.

Sekolah seyogyanya mengakomodasikan semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, linguistik, ataupun kondisi-kondisi lainnya. 

Hal ini mencakup juga anak berbakat, anak jalanan dan anak pekerja, anak dari penduduk terpencil ataupun pengembara, anak dari kelompok linguistik, etnik ataupun kebudayaan minoritas, serta anak dari daerah atau kelompok lain yang tak beruntung (UNESCO, dalam Hermansyah, 2013).


Penutup

 

Mungkin harapan orang tua dari anak berkebutuhan khusus belum seluruhnya terpenuhi, mengingat di sekolah-sekolah inklusi belum ada  guru-guru yang paham soal pendidikan inklusi secara mendalam. 

Karena itu, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang diteruskan dengan pelaksanaan bimbingan teknis bagi guru di sekolah reguler demi persiapan menyambut anak berkebutuhan khusus bersekolah di sekolahnya masing-masing.

Melalui bimtek inilah, guru-guru diberi pemahaman tentang apa, bagaimana cara menangani anak berkebutuhan khusus di sekolahnya nanti.

Karena pada akhirnya semua sekolah wajib menerima anak berkebutuhan khusus atau dipastikan sekolah menjadi sekolah inklusi. Maka mau tidak mau suka tidak suka, semua guru wajib paham soal pendidikan inklusi dan menerima dengan hati yang ikhlas setiap anak didiknya tanpa membedakan latar belakang, tingkat kecerdasan, dan sebagainya.

 

Demikianlah, semoga bermanfaat.

 

Referensi: Kemdikbud

Read More

Bunga-Bunga Cinta

Monday, November 2, 2020

 


Siang itu suami tercinta cemberut melihat tanamannya yang layu dan kering karena sudah dua hari tak disiram. 

Sambil menggerutu ia mengambil air dan mulai menyirami tanamannya.

"Kasihan kamu, tak ada yang memperhatikan kecuali saya. Kelak di akhirat kamu tuntut tuan rumahmu yah. Jangan saya, karena cinta dan kasih sayangku selalu tercurah kepadamu."

Ha-ha-ha-ha …

Dia terus menyirami tanaman yang tumbuh bergerombol tak teratur. Satu pot diisi berbagai macam tanaman, bercampur antara bunga berbagai jenis dengan tanaman cabe, dan tanaman obat. Tanaman berbagai jenis itu seakan berlomba mengeluarkan pucuk-pucuk daunnya walau nampak sekarat.  

"Andai tuanmu punya kasih sayang, pasti kamu subur."

Siapa yang dia maksud tuan rumah?

Saya tak pernah sekalipun menanam tanaman itu. Memang sesekali saya memandanginya dan mengagumi keindahannya sekaligus menikmati kesejukan dari sepoi-sepoi angin yang mereka kirimkan melalui lambaian daun-daunnya. Sesekali saya menghirup oksigen hasil proses pernapasannya.

Hanya itu.

Tak sekalipun saya merasa menjadi tuan dari tanaman-tanaman itu. Beuh, kepada siapa ia arahkan omelannya.

Ah, sudahlah saya tak perduli.

Kembali ke dapur saja.

 

Kebosanan Mulai Melanda

 

Masa Pandemi yang tak tahu kapan berakhir ini, rasanya mulai menggerus ketentraman diri yang terlanjur merasa nyaman berada sepanjang hari di rumah. 

Jujur saja, awalnya saya menikmati keadaan, saya mengajar dari rumah sambil mengerjakan banyak hal yang selama ini terbengkalai karena hampir setiap hari di sekolah. Banyak hal yang  saya lakukan dan juga pelajari selama masa pandemi ini, seperti:

Praktik membuat infografik yang dituntun oleh para youtuber yang tak pelit ilmu;

Mencoba resep-resep makanan, mungkin bagi yang biasa masak hanyalah resep sederhana, tapi bagi saya resep itu cukup sulit untuk dipraktikkan;

Menuntaskan membaca satu persatu buku yang selama ini sering sekali saya tinggalkan, baca satu dua halaman, beralih lagi ke buku lain. Ini jangan dicontoh ya.
Awesome! Saya berhasil menuntaskan satu buku dalam satu hingga dua pekan bahkan ada yang tuntas hanya dalam sehari.

Menata ulang perabotan rumah yang bertahun tak pernah bergeser dari tempatnya; 
Mengarahkan anak atas bantuan bapaknya untuk mengecat dinding rumah yang telah kusam, sekusam muka suami tersayang saat ngomel;

Menjahit perca kain yang selama ini saya sembunyikan di tempat yang jauh dari pantauan. Psst, ia paling terganggu melihat sisa-sisa kain seusai saya menggunting dan menjahit pakaian.

“Itu sampah, kenapa dipelihara?”  

“Jangan laloko buangki sisa-sisa kainnya mamamu, itu tongmi nanti warisannya untuk kalian.” Ha-ha-ha.

Saking seringnya bicara seperti itu, saya jadi hapal. Makanya setiap selesai menggunting, perca kain itu yang lebih dahulu saya bereskan. Masukkan ke kantong plastik lalu disembunyikan. Aman.

Tapi setelah melihat hasilnya, dia berkomentar. “Ada juga gunanya sisa-sisa kain itu di…”



Namun, semua itu tak berlangsung lama. Pada akhirnya kebosanan itu datang juga menyerang. Buku-buku di lemari sudah mulai terlihat membosankan, tidak ada buku baru. Mau membaca ebook atau di aplikasi-aplikasi membaca, mata tak sanggup.

Sebagian perca kain sudah saya amankan ke tempat sampah, bahkan kain yang sedianya akan saya jahit, kembali jadi penghuni kotak.

Bosan betul-betul telah melanda jiwa.

 

Agar Semesta Mendukungmu

 

“Ma … coba lihat tanaman ini, indah sekali!” Seru ayangbeb. Ia baru saja pulang dari masjid salat subuh.

“Ih, subuh-subuh sudah teriak-teriak, kenapaki?”

Sini maki, lihat baik-baik ini bungata, batena makkala-makkala sama kita.” Ah, ada-ada saja, mana ada bunga yang ketawa-ketawa.

Tapi demi menyenangkan hatinya, sayapun beranjak dan mulai memandangi satu persatu bunga-bunga yang ia sebut ketawa itu. Tak ada yang istimewa, biasa saja.

 

Subuh yang sejuk, sepulang dari masjid saya berdiri sejenak di depan rumah. Ia mengamati saya dengan senyum penuh arti, seakan ia mau berkata, “lihatlah tanaman-tanaman itu, mereka manis-manis kan?

Saya memandangi dengan saksama. Nampak merana. Daun-daunnya menguning, batangnya sedikit kering.

Eitss, tunggu dulu!

Ada satu tanaman yang sangat segar, daunnya berwarna ungu tua dan bunganya berwarna merah hati. Saya ingat, tanaman itu ia dipetik di halaman Puskesmas beberapa waktu lalu, katanya itu adalah obat ambien dan bisa melancarkan BAB. 

Sayapun pernah memanfaatkannya. Sebab apa? Ah, sudahlah you know lah ha-ha-ha.

“Kenapa tanaman ini tumbuh subur, sementara yang lainnya tidak?”

“Itu karena selalu dapat siraman kasih sayang.” Candanya. Satir juga kalimatnya.

Tanaman yang saya tidak tahu namanya itu kebetulan berada persis di bawah pipa saluran pembuangan air AC, sehingga ia selalu mendapatkan air tanpa perlu disiram.

Tiba-tiba mata saya tertuju pada bunga mawar  yang meranggas. Duri di batangnya sudah tumpul, daunnya menguning. Jangan membayangkan bunga Mawar  dengan kalimat sekuntum mawar merah yang kuberikan kepadamuuu…

Kalau diibaratkan hewan, mungkin dia singa ompong. Mawar tak berduri.

Lalu mata saya beralih ke bunga Sansivera, tumbuh bergerombol dalam satu pot plastik yang retak. Sebagian akarnya telah menembus celah pot yang retak.

Ada pula tanaman Kunyit Putih yang tumbuh di sela-sela rumput liar, tingginya sekitar 10 cm, daunnyapun mulai layu.

Sungguh memprihatinkan.

“Mereka bisa subur kembali kalau ada yang mau merawatnya dengan sepenuh hati.” ia menyentuh bahuku sembari berbisik.

“Jatuh hatilah kepada mereka maka merekapun akan menyayangimu.”

 

Bunga-Bunga Cinta

 

Siapakah orang yang paling bahagia saat saya mengutarakan keinginan merawat tanaman?

Horeee! Dia seakan bersorak. Tapi seperti biasanya, ia tak seekspresif saya. Namun, dari caranya menyambut niat saya itu sudah cukup melambungkan segala rasa dalam dada.

Iss..lebay ha-ha-ha.

Tidak tanggung-tanggung dia langsung membeli beberapa pot dan mengalihkan kegiatannya menyiram tanaman ke saya. Bahkan dengan sabar, ia mengingatkan kalau saya lagi sibuk dengan kerjaan lain.

“Ma’ nacariki bunga-bungata.” Kadang juga ia bilang begini.

Natanyaka bunga-bungata tadi, rinduki bede sama sentuhan tanganta.”

Sebagai orang yang baru menyukai kegiatan menanam, saya jadi tidak sabar. Inginnya melihat langsung tanaman itu tumbuh subur, daunnya rimbun, dan mengeluarkan bunga yang indah.

Karenanya, saya berniat langsung saja membeli tanaman yang sudah besar, angkut semua ke rumah, lalu pajang di teras dan di sekeliling rumah.

Tetapi beliau mengingatkan. “Pelan-pelan saja, nikmati prosesnya.”

“Cobalah menanam bibitnya dahulu kemudian setiap pagi atau sore kamu datangi dia, perhatikan perkembangannya. Pasti kamu akan menemukan sensasi kegembiraan yang tak terkira.”

Baiklah.

Sejak saat itu, saya memiliki kegiatan baru. Menyiram tanaman, berbicara dari hati ke mereka lalu menikmati kegembiraan saat satu dua pucuknya muncul. 

Melihat kesegaran hijaunya. Masya Allah!

Ah, rasanya bunga-bunga cinta bukan hanya tumbuh dalam  pot-pot di teras rumah, iapun tumbuh di sanubari kami.

Saya merasa dia semakin mencintai saya. Sama seperti tanaman dan bunga-bunga itu. Setiap pagi mereka menyambut dengan lambaian daunnya yang semakin menyegar dari hari ke hari.

Bunga-bunga cinta kami semakin segar sesegar daun-daun tanaman di halaman rumah kami.

Maka cinta dan kasih sayang kepada pasangan dapat selalu kita hadirkan, sekalipun kejenuhan kerap datang. Mungkin hanya dengan hal-hal kecil seperti yang saya lakukan. 

Berusaha menyukai apa yang dia sukai dan menyayangi apa yang ia sayangi. Kalaupun tak bisa, setidaknya menghargai dan membiarkan ia menikmati kesukaannya.

Asal bukan menyukai perempuan lain saja,  karena ini sama saja menabuh genderang perang. 

Eits, tetep ngancam, ha-ha-ha 


Sahabat bisa juga membaca tentang keluarga di sini

 

 

 

 

 

 

Read More