Kekuatan sebuah keluarga. Terkadang ada rasa cemburu
dengan orang tua zaman sekarang, terutama yang baru menikah pada tahun 2000-an.
Mereka bisa mendapatkan ilmu pengasuhan anak dan ilmu membina rumah tangga bahagia dengan
gampang.
Ilmu
dan informasi itu bisa mereka dapatkan di mana saja, bahkan tak sedikit yang
gratis.
Sementara
saya dan suami saat awal membina rumah
tangga hanya bermodalkan cinta tanpa
ilmu yang memadai. Saat anak pertama lahir, kami mencari-cari pola pengasuhan
anak dengan bertanya kepada orang tua kami masing-masing dan kepada orang-orang
di sekeliling yang kelihatannya sukses membina rumah tangga.
Hasilnya
sungguh membingungkan. Apa yang disampaikan oleh orang tua saya sangat berbeda
dengan apa yang disampaikan oleh mertua, belum lagi dari orang-orang di sekitar.
Teknik
memandikan bayi saja caranya berbeda-beda. Walaupun dasarnya sama-sama
memandikan.
Apalagi kami mulai membina keluarga di desa, jauh dari orang tua dan keluarga, serta komunikasi belum selancar saat ini. Maka yang terjadi adalah, saya dan suami banyak mendapatkan informasi-informasi soal pengasuhan anak dari orang-orang sekitar yang tinggal dan besar di desa.
Apakah ilmu mereka termasuk kuno atau modern, wallahu alam. Tetapi kami tetap bertanya dan menerapkannya sesuai kondisi serta pemahaman kami.
Namun
demikian, pola dan teknik membangun keluarga sedikit banyaknya dipengaruhi oleh
orang tua kami masing-masing. Keluarga dari pihak saya dan suami tak jarang memberi
masukan, bahkan cenderung memaksakan pendapatnya. Ada yang kami terima tapi
banyak pula yang ditolak jika itu berbenturan
dengan prinsip dan idealisme kami.
Saya
yakin, kami bisa bertahan dalam satu keluarga selama 30 tahun dan sebentar lagi
memasuki 31 tahun pasti karena anugerah dari Allah Subhanahu Wata’ala semata.
Apakah
tak pernah ada konflik?
Beuh,
manalah ada suatu keluarga yang tak pernah berkonflik. Pada saat konflik itu
datang, kami bisa bertengkar hebat, diam-diaman seharian lalu beberapa saat
kemudian, kami berdamai dengan hati masing-masing, meredam amarah sekuat yang
kami bisa dan terakhir melupakan amarah.
Jika
semua rasa yang tak nyaman itu terlupakan, maka otomatis kedamaian kembali dan tanpa
kata maafpun kami sudah saling memaafkan. Kelihatannya sesederhana itu, tapi
proses menjalaninya tidak semudah yang dibayangkan.
Cerita-cerita ringan tentang keluarga saya bisa dibaca di link berikut
Tentang
suami di sini
Perjalanan
Cinta di sini
Kisah
dalam bulan Ramadan di sini
Keluarga Adalah Organisasi
Walaupun
keluarga hanya unit terkecil dari
masyarakat, tetapi keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam membangun
sistem dan tatanan sosial suatu bangsa. Maka tak berlebihan jika dikatakan
bahwa ketahanan keluarga adalah basis ketahanan bangsa, karena keluarga adalah
sekolah pertama dan utama bagi setiap anak sebelum terjun ke masyarakat.
Keluarga merupakan sebuah organisasi yang berbentuk sistem yaitu adanya keterikatan antara satu dengan lainnya, di mana di dalamnya terjadi interaksi antara satu individu dengan individu lainnya (Anderson&Carter,1990).
Bagaimana
mengelola suatu keluarga tak lepas dari kepiawaian kita mengelola suatu
organisasi sebagai suatu sistem. Jika suatu organisasi memiliki visi dan misi
yang disepakati bersama dan aturan-aturan yang disepakati dan dijalankan,
demikian pula keluarga.
Ada
visi dan misi yang dibangun sejak awal antara suami dengan istri lalu membuat
aturan bersama, kemudian dijalankan oleh seluruh anggota keluarga dengan sebaik-baiknya.
Kalau suatu
organisasi, visi, misi, dan tujuannya jelas maka keluargapun harusnya seperti
itu. Sebelum membina rumah tangga, calon pasangan suami istri membangun pondasi
yang kuat terlebih dahulu, bukan sekedar
cinta dan nafsu untuk hidup bersama.
Membangun Keluarga Bagai Membangun Rumah
Apa
yang dilakukan ketika kita akan membangun sebuah rumah?
Pasti
kita akan menyurvei dulu lokasinya tempat akan dibangun rumah tersebut, lalu
membuat desain rumah, mengumpulkan modal. Jika semuanya sudah tersedia,
barulah dimulai dengan membuat pondasinya.
Demikian
pula dalam membangun keluarga. Sebelum seorang laki-laki meminang calon
istrinya, pasti ia menyurvei dahulu, siapa perempuan itu, tinggal di mana,
siapa orang tuanya, bagaimana pergaulannya, dan sebagainya.
Calon
istripun melakukan hal yang sama. Siapa calon suaminya itu, apakah ia baik,
bertanggung jawab, agamanya bagus, punya pekerjaan, dan sebagainya.
Langkah
selanjutnya adalah berkomunikasi dengan calon pasangan, membicarakan desain mau
dibawa kemana nanti rumah tangganya. Jika
desain sudah disepakati, mulailah dengan mengumpulkan modal.
Modalnya
bukan melulu soal materi melainkan modal cinta, kasih sayang, kepercayaan, ikhlas, dan sabar. Inilah
pondasinya. Jika pondasi kuat, sehebat apapun badai menerjang, insya Allah
kedua penyangga rumah tangga akan tetap kokoh mempertahankan rumah tangganya
dari kehancuran.
Sumber Kekuatan Keluarga
Tiap-tiap individu dalam sebuah keluarga merupakan sumber kekuatan bagi anggota keluarga tersebut. Selain itu, mereka juga memiliki posisi dan peran dalam menyelenggarakan keluarga atau biasa disebut dengan istilah familying” Pearsall (1990).
Bukankah
membangun sebuah rumah itu tidak hanya memerlukan batu dan semen? Tapi diperlukan
pula besi, pasir, kerikil, kayu, dan lainnya. Demikian pula membangun keluarga.
Tidak hanya orang tua yang bertanggung jawab atas keutuhan sebuah keluarga, ada
anak-anak dan keluarga dari kedua belah pihak.
Agar
keluarga kuat maka setiap anggota keluarga harus menguasai perannya
masing-masing dan bekerja sama dengan anggota keluarga lain.
Semua
anggota keluarga memiliki sikap kepedulian satu sama lain, menjalin komunikasi
dengan baik, dan mengelola emosi.
Mungkin
ada yang menjawab, saat saya mulai membina rumah tangga saya tak sempat membuat
visi dan misi, saya juga tidak membicarakan desain keluarga, dan seterusnya.
Jangan
berkecil hati!
Selama
masih dalam satu keluarga, desain bisa dirombak, visi misi bisa diperbaiki
seperti rumah yang kadang kita renovasi dan memperbaiki bagian-bagian yang
rapuh hingga layak kita tempati lagi.
Begitulah
keluarga.
Mari menyusun kekuatan demi menciptakan keluarga yang kuat sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wataala dalam firman-Nya.
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6).
Anak, pasangan dan harta benda sejatinya adalah UJIAN buat kita ya.
ReplyDeleteBismillah, selalu ikhlas dan serahkan takdir terbaik pada Yang Maha Kuasa
Betul mbak. Anak adalah amanah, rezeki sekaligus ujian buat orang tuanya
DeleteSelamat Hari Keluarga
ReplyDeleteLuar biasa, saya berkaca dengan cermat melihat judul besar dan isi dari artikel ini. Terima kasih
Selamat Hari Keluarga juga mas
DeleteAku nanti kalau pilih pasangan ya harus sama visi dan misinya. Kudu sepakat katakan lah soal vaksin. Gak mudah memang buat berumah tangga
ReplyDeleteTidak muda bukan berarti tidak bisa kan? Saya doakan semoga bisa dapat jodoh yang sevisi, semisi ya
DeleteUntuk orang Islam, memang harus selalu kembali ke sini ya Kak
ReplyDelete"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6).
masya Allah.
Iye dan sangatlah tidak mudah
DeleteKeluarga adalah organisasi yang tidak hanya cukup dibangun dengan cinta. Kadang ada yang melupakan ini.
DeleteDalam rumah tangga konflik merupakan hal yang biasa terjadi. Konflik merupakan bumbu penyedap dalam berumah tangga. Sebab dengan adanya konflik membuat kita menjadi lebih bijaksana lagi dalam menghadapi permasalahan dalam rumah tangga.
ReplyDeleteJika ditanggapi dengan kepala dingin dan bersedia duduk bersama untuk mencari solusi, masalah adalah jalan menuju kedewasaan dalam berumahtangga.
DeleteAku merasakan hal yang sama sih mbak.
ReplyDeleteAnak pertamaku sudah SMA dan dulu waktu lagi ASI merasanya buta banget. Harus rajin beli buku dan majalah, konsultasi ke bidan juga. Ibu zaman sekarang tinggal browsing aja di hape dan langsung mendapatkan semua informasi haha
Semoga keluarga kita bisa selalu menjadi sumber kekuatan yah mbak
Masya Allah menuju 31 tahun, awet selalu ya Mba sampai nanti. Iya Mba, sekarang informasi lebih mudah diakses ya dibandingkan zaman dulu, waktu anak saya yang pertama juga saya masih meraba-raba.
ReplyDeleteKeluarga itu memang tempat semuanya yaa mb dawiah, komplit. Belajar dunia dan akhirat juga bisa lewat keluarga. Organisasi paling dasar sebelum menjejaki oragnisasi di luar rumah ya keluarga dulu. Semua bisa dilakukan dengan Team Work yang hebat saling dukung dan menghargai hingga membangun kekuatan keluarga itu sendiri. MasyaAlloh harta yang paling berharga adalah keluarga *auto nyanyi
ReplyDeleteBeda jaman beda cara ya mbak tapi semua ada seni dan perjuangannya yg pasti tak terlupakan
ReplyDeleteTerima kasih ilmunya Bu, memang semua ilmu parenting maupun ilmu dalam berumah tangga itu kembali kepada individu dan visi misi keluarga ya. Semua harus belajar sesuai battlenya masing-masing.
ReplyDeleteSama seerti pengalaman saat memiliki anak pertama karena jauh dari keluarga. Bingung kadang sampai nangis sendiri. Apalagi kerikil kehidupan hampir datang setiap saat.
ReplyDeleteArtikelnya menginspirasi saya untuk instropeksi dan memperbaiki kehidupan kami dalam berkeluarga yang masih dalam hitungan jari
MasyaAllah, tetep romantis sekali ya buk.. Pelajaran penting nih buat kami yg belum atau akan berkeluarga..
ReplyDeleteMasyaAllah ibuuu. Saya jadi ingat ibu saya yang juga memasuki usia pernikahan ke 30 tahun ini.
ReplyDeleteMudah-mudahan keluarga selalu menjadi sumber kekuatan kita. Selamat Hari keluarga ❤️
terima kasih mba untuk sharingnya, saya jadi membayangkan kelak nanti kalau sudah berkeluarga, bagaimana bisa menyatukan dua keluarga yang berbeda, mingling dengan keluarga baru. setuju banget agar keluarga berjalan dengan baik setiap orang memang harus sadar dengan perannya masing-masing ya mba
ReplyDeleteSamaa, waktu awal2 pernikahan, apalagi saat hamil anak pertama, ya kadang bingung sendiri berdua suami haha, akhirnya beli setumpuk buku-buku untuk dibaca. Zaman sekarang ini informasi bisa didapatkan dari banyak sumber. Selain keluarga dekat, teman, buku, dengan googling juga akan banyak didapat jawaban dari apa yang menjadi pertanyaan kita ya. Makasih sharingnya mbak.
ReplyDeleteMemang benar mba, di awal menikah pasti ada perbedaan atau ketidakcocokan. Namanya saja dua manusia berbeda budaya dan kebiasaan tiba-tiba tinggal serumah. Namun kembali lagi, bahwa rasa saling memiliki akan mengalahkan ego masing-masing.
ReplyDeleteSama halnya dengan pola pengasuhan orang tua jaman dulu dengan sekarang, soalnya kata mamahku waktu lihat aku mengasuh anakku dia nyeletuk "anak sekarang ngasuh anak begitu ya?". Jadi aku pun selalu memberi pengertian kepada mamahku bahwa pola asuh anak dulu dan sekarang sebenarnya tidak jauh beda hanya saja sekarang lebih modern.
ReplyDeleteSaya memahami arti keluarga, tetapi suka ada yang terasa hampa, canggung ketika berkumpul bersama keluarga, kenapa ya mbak?
ReplyDeleteSebagai anak muda yng belum menikah, haus sekali akan petuah macam gini😥 sedih bacanya ketika ternyata saya sudah di garis terakhir padahal pengen tahu lebih dalam lagi😫 beritahu dan didiklah kmi buuuuuuu
ReplyDeleteBaca postingan ini adeem bangett. Ada contoh konflik, ada penyelesaian juga. Udah 30 tahun, semoga selalu samawa yaa, Mbak. Ini aku menuju 7 tahun.
ReplyDeleteDulu saya dan suami juga saat awal membina rumah tangga hanya bermodalkan cinta tanpa ilmu yang memadai, sama lah seperti yang bunda tulis, hehe...
ReplyDeleteAlhamdulillah semoga sehat dan bahagia selalu bunda sekeluarga. 31 tahun..wow. iya, kita harus kompak sekeluarga ya biar terasa tentram menjalani hari
ReplyDeleteMasyaAllah, sungguh membina keluarga memang mendatangkan pahala. Itu sebabnya, upaya menuju kesana pun butuh perjuangan ya, Bun. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan dan terus digali ilmunya saat biduk pernikahan dalam genggaman.
ReplyDeleteMasyaAllah, semoga sakinah mawadah warohmah ghih bu, Selamat hari Keluarga
ReplyDeleteMakasih sharingnya. Sudah melewati 30 th an tentu banyak melewati asam garamnya. Menjaga agar keluarga kokoh memang perlu dipelajari nih 🙏😊
ReplyDeleteJadi semakin bersemangat saya Mbak Dawiyah, dalam mendidik anak², merawat cinta kasih bersama suami, keluarga yg baik memang idaman semua orang ya
ReplyDeleteMasyaallah, sudah hampir 31 tahun berkeluarga ya mbak. Panjang jodohnya hingga akhir hayat ya. Boleh nih resep-resepnya supaya awet
ReplyDeleteSetuju banget sama tulisannya kak, membangun keluarga harus kompak ya bagaikan organisasi, walaupun banyak pemikiran yang ga sama harus saling memahami karena latar belakang kita dari keluarga yang berbeda
ReplyDeleteSuka sekali dengan surat At Tahrim yang disampaikan di sini.. sangat tepat untuk membangun keluarga yang selamat sampai ke sana..terima kasih atas ilmunya
ReplyDeletewah dalem banget kalimat ini :Tiap-tiap individu dalam sebuah keluarga merupakan sumber kekuatan bagi anggota keluarga tersebut. kita ibarat sapu lidi ya bun jika bersama-sama terasa ringan melaksanakan tugas hehe
ReplyDeletemasyaaallah mba, barakallahu untuk keluarga kamu, sehat terus, bahagia dunia akhirat, kompak, dan selalu rukun terus sampai Jannah nanti
ReplyDeleteDalam perkawinan selalu ada konflik tentunya karena perpaduan dua pribadi yang berbeda. Hanya komunikasi yang bisa mencairkan suasana kembali asik dan nyaman untuk semuanya
ReplyDeleteMasyaAllah Bun, happy anniversary jelang 31 tahun yaa. Benar banget Bun, kadang kita suka iri ya dengan pola interaksi ayah dan ibu kita yaa. Tapi tentu saja, kita juga harus ingat bahwa setiap zaman ada pelakunya. Jika ada ujian dalam pernikahan, kata seorang ustaz, badai itu akan berlalu, jadi jangan ditambah dengan drama drama tak perlu.
ReplyDeleteVisi dan misi yang diusung dalam keluarga harus saling dikomunikasikan. Selayaknya menjalankan bahtera, nahkodanya harus kompak. Tak ada satu yang lebih daripada yang lain. Tujuan akhirnya adalah mewujudkan keluarga bahagia dengan anak-anak yang sholih sholiha sebagai penyejuk iman.
ReplyDeleteUjian berumah tangga itu gak hanya di awal yaa, Bunda.
ReplyDeleteSelalu ada ujian di tiap lapisan.
Semoga bisa selalu senada seirama bersama pasangan.
Masya Allah mbak. Udah 30 tahun. Semoga samawa ya mbakku. Seneng baca ceritanya. Pelajaran buatku nih mbak tulisan ini penuh hikmah
ReplyDeletewaktu itu sempat bahas visi misi keluarga sama suami yang ada kita cekakak cekikikan dan malah copas dari visi misi google
ReplyDeleteKuncinya keharmonisan keluarga itu adalah saling mengerti, memahami dan komunikasi yang baik ya Mbak. Semoga saja kita semua bisa terus menjaga keutuhan keluarga masing-masing.
ReplyDeleteMasyaAllah udah 30 tahun bersama, langgeng dan awet selalu mbak :D
ReplyDeleteIdem kami di sini jg hidup jauh dr keluarga mbak, tantangannya banyak, tapi insyaAllah kalau kompak bisa survive ya mbak. Apalagi kalau emnyangkut soal anak2 hehe
Masya Allah, menuju 31 tahun ya, Mak.
ReplyDeleteAku, Agustus nanti, menuju 27 tahun.
... dan masih terus belajar dan belajar agar tetap harmonis dan romantis!
Banyak hikmah yang dipetik selama menjalani tahun-tahun awal sebuah pernikahan. Suka, duka yang terlewati akhirnya akan menjadi kenangan yang sangat berharga untuk kelak dibagikan kepada anak-anak.
ReplyDeletePengalaman hidup para leluhur, sedikit tidaknya akan memberi warna dalam kehidupan keluarga kita sekarang.
Intinya, hidup berkeluarga itu bagaikan sebuah ruangan kelas dimana setiap individu yang ada di dalamnya harus siap untuk terus belaja dan mengambil manfaat dari pembelajaran kehidupan yang dialami.
Memang benar ya, mbak, kalau membangun keluarga itu sama dengan membangun rumah. Dan komunikasi itu sebagai hal yang paling utama supaya bangunan itu bisa berdiri tegak
ReplyDeletehal yang paling utama adalah komunikasi supaya tetap terjalin baik.
ReplyDeleteBerarti keluarga2 baru yg terbentuk di era informasi ini harus bersyukur dan memanfaatkan teknologi informasi dgn benar ya Mba, agar kekuatan keluarga terbangun dengan baik
ReplyDeleteSelamat hari keluarga kak. Cerita tentang keluarga ini berguna sekali bagi saya yang masih single
ReplyDeleteSaya bersyukur zaman ini banyak akses informasi tentang keluarga, atau tentang pola asuh anak.
ReplyDeleteSemoga kita bisa menjaga keluarga kita masing-masing... :)
Selamat Hari Keluarga...
Membangun keluarga, yg terpenting adalah berlandaskan agama. InsyaAllah keluarga akan harmonis dan mampu mengasuh anak2nya dengan baik ya, bunda
ReplyDeleteBetul banget Bunda, kalau hanya bermodalkan cinta tak mungkin rumah tangga bertahan lama ya, butuh toleransi, pengertian dan pemahaman agama yang kuat untuk bertahan..
ReplyDeleteBismillah ya Allah, terima kasih kak udah diingatkan lagi soal menjaga keluarga dan saling menyayangi diantaranya. Soalnya aku juga sedang meraasakan sekali, untuk belajar saling membantu dan menguatkan.
ReplyDeleteMasyaallah bun 31 tahuuun... cerita bunda ini bisa jadi pelajaran banget sih untuk aku nanti kalau udh berkeluarga harus banget dan wajib sih membangun keluarga berlandaskan agama
ReplyDeletePemahaman keluarga ini yang perlu dipahami yaa, Bunda.
ReplyDeleteKarena satu keluarga tentu harus memiliki visi dan misi yang sama sehingga bisa sejalan.
Pas anak-anak kecil memang ilmu pengasuhan ini gak banyak...sehingga perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Effort banget...Bunda.
Membaca ini aku jadi teringat pengalaman sendiri.
ReplyDeleteSetuju pakai banget terutama di bagian mengurus bayi.
Begitu banyak cara yang harus diadopsi.
Semua punya klaim cara merekalah yang terbaik, hihihi.
Jadilah pengantin baru bingung sendiri.
Apalagi sekolah jadi orang tua pun tak ada ya.
Last but not least.
Bagian ini favoritku:
"... selama masih dalam satu keluarga, desain bisa dirombak, visi misi bisa diperbaiki seperti rumah yang kadang kita renovasi dan memperbaiki bagian-bagian yang rapuh hingga layak kita tempati lagi!"
YES!
Selama masih ada cinta, kemauan dan komunikasi terutama dari pasangan suami isteri, rasanya tak ada yang tak mungkin!
Tulisannya cocok banget dibaca oleh yNg pengen menikah, bunda.
ReplyDeleteBagus banget penjabarannyan.
Dan memang dalam menikah ifu harus belajar terus, biar langgeng.