Day 2, Menembus Batas: Pengalaman Pertama Kali Menulis dan Mengatasi Creative Block

Friday, February 2, 2024



Day2 _ www.mardanurdin.com




___ Day 2 Menembus Batas: Pengalaman Pertama Kali Menulis dan Mengatasi Creative Block ___

 

Selalu ada yang pertama untuk setiap hal dalam kehidupan manusia. Sekalipun itu hal kecil yang nampaknya sesuatu yang remeh, tetapi hal remeh di mata orang lain belum tentu sama buat yang mengalaminya.

 

Seperti yang saya lakukan sepuluh tahun terakhir ini. Sangat serius belajar kembali menulis dengan mengikuti berbagai pelatihan kepenulisan dari yang gratis hingga yang berbayar, dari biaya pelatihan puluhan ribu hingga jutaan, padahal usia sudah berada di kepala empat. 


Psst, 13 tahun lalu, usia kepala empat, jadi sekarang usia saya berapa …. Hitung sendiri yah, jangan malas, wkwkwk. 

Salam takzim.


 

Pertama Kali Mengikuti Kelas Kepenulisan


 

Tahun 2011 untuk pertama kalinya saya menulis di blog, tapi blognya hilang, seperti yang sering saya curhatkan di beberapa postingan blog saya. Kemudian  betul-betul serius belajar yang dibuktikan dengan membayar biaya Latihan menulis pada tahun 2016. Berarti baru sekitar 7 tahun lebih saya kembali serius belajar menulis. 

Pengalaman pertama yang menentukan langkah saya selanjutnya untuk menekuni dunia kepenulisan adalah saat mengikuti kelas menulis secara online di Sekolah Perempuan pada tahun 2017. 

Waktu itu, belajar online belum ada di kelas-kelas kepenulisan bahkan belum ada di sekolah-sekolah sementara masa belajar di sekolah perempuan ini adalah 3 bulan.

 

Peserta pelatihan tersebar di berbagai daerah di Indonesia demikian juga mentornya. Ada Anna Farida yang berdomisili di Jakarta, beliau juga merupakan kepala sekolah untuk Sekolah Perempuan. Lalu ada Ida Fauzia rahimahullah yang waktu itu masih bermukim di Malaysia. 

Nah, mentor saya yang satu ini berdomisili di Amerika, lupa di bagian mana tepatnya. Beliau adalah Artha Juli Nava.

Yang terakhir adalah Indari Mastuti si pemiliki Sekolah Perempuan (SP) sekaligus mentor yang bermukim di Bandung.

Sungguh suatu pengalaman yang sulit dilupakan. 

Belajar pada malam hari lalu beberapa peserta kesulitan mengakses internet sehingga ada yang bela-belain naik ke atas atap demi mendapatkan sinyal.



Sekolah Perempuan _ www.mardanurdin.com
Sumber Foto: Indscript


 

Sebelumnya, saya juga mengikuti beberapa kali pelatihan daring di grup facebook yang dimentori langsung oleh Indari Mastuti, dan yang paling berkesan saat dimentori oleh teh Indari adalah harus bangun dini hari. Karena beliau buka kelas pada setiap jam 02.00 WIB atau sekitar 03.00 WIT.

 


Pertama Kali Menang Lomba Menulis 


 

Yeeaaah, akhirnya saya berhasil menaklukkan diri sendiri untuk mengikuti lomba menulis. Jauh sebelumnya, puluhan tahun silam, saya beberapa kali mengikuti lomba mengarang. Bahkan pernah meraih juara 3, tapi itu dulu waktu masih SMP, di mana tulisan tangan menjadi bahan pertimbangan kemenangan, hahaha.

 

Lomba pertama yang saya ikuti adalah menulis artikel tentang perempuan dalam rangka memperingati milad ke-7 komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Bukan juara harapan 1, 2, 3 apalagi juara 1, tetapi saya bersyukur karena masuk 10 besar dan berhak mendapatkan hadiah kain batik yang cantik. 

Sebahagia itu, setelah hiatus puluhan tahun dari kegiatan menulis apalagi ikut lomba. Bukan hanya kemenangan itu yang saya syukuri melainkan kemenangan melawan ketidakpercayaan diri sendiri mengingat usia yang sudah setengah abad lebih.


 

Pertama Kali Bergabung di Komunitas Penulis 


 

Komunitas menulis pertama yang saya ikuti adalah komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) pada tahun 2016. Dari sanalah saya bertemu kemunitas serupa sekalipun tidak sama, seperti komunitas bloger.

 

Saya termangu-mangu ketika pertama kali bergabung di komunitas-komunitas penulis dan bloger. Melihat para penulis yang masih muda, ibu-ibu atau para emak yang sangat aktif menulis di sela-sela kesibukannya mengurus keluarga, ada juga pekerja kantoran yang jarang absen menulis di blog padahal kesibukannya itu pasti tidak sedikit.

 

Semakin tidak percaya diri manakala membaca tulisan-tulisan mereka yang keren dan sudah melek teknologi sejak dahulu kala sementara saya baru berkenalan dengan itu semua setelah berada di usia yang tidak muda lagi. 

Ada yang sudah melanglang buana dalam dunia kepenulisan sejak usia muda sementara saya di usia seperti itu masih bergelut dengan keluh kesah dalam buku agenda yang semakin lama semakin menipis akibat selalu disobek. 

Tidak sedikit yang menjadi langganan juara dalam ajang lomba menulis dan blog.

Ah, lagi-lagi tentang usia akibat keterlambatan menyelami dunia kepenulisan yang dinamis.


 

Pertama Kali Menerbitkan Buku


 

Masyaallah, ternyata bisa juga punya buku yang di dalamnya terdapat karya saya. Ini lagi-lagi lomba menulis yang diadakan oleh Indscript yang foundernya Indari Mastuti di mana tulisan dari peserta yang lolos akan dibukukan dalam satu buku antologi.


Huaaa, senangnya luar biasa, padahal itu baru buku antologi, hehehe.

Bangga Menjadi Ibu adalah judul buku itu. Ada dua tulisan yang saya kirim, tetapi hanya satu yang lolos. Alhamdulillah, semakin bersemangat belajar lagi.


Buku Bangga Menjadi Ibu _ www.mardanurdin.com
Sumber: Dokumen Dawiah


 

Buah dari ikut kelas Sekolah Perempuan, terbitlah buku solo pertama saya, semoga bisa terbit lagi buku solo kedua dan seterusnya. Amin.

Buku ilmiah popular itu merupakan hasil mentoring dari mentor kecehku, Anna Farida yang berjudul “Analisis Tes Tertulis” Terima kasih Bu Anna kesayangan.


Buku: Analisis Soal Tes Tertulis - www.mardanurdin.com
Sumber Foto: Dokumen Dawiah


 

Blog Pertama di Dunia Antah Berantah


 

Kadang sedih manakala mengingat blog yang pertama kali dibuatkan oleh teman kuliah, adik Akbar Iskandar pada tahun 2011. 

Blog itu berisi artikel-artikel dan tugas-tugas kuliah saat kuliah S2 di Penelitian Evaluasi Pendidikan (PEP) UNM Makassar.

Isinya “daging” semua, karena artikel dan tugas-tugas berupa makala itu sudah diperiksa sama dosen yang ahli di bidangnya masing-masing. Ada juga beberapa terjemahan yang sayang sekali untuk dibuang.

 

Bukan hanya blog pertama itu, ada lagi blog berikutnya yang nasibnya sama. Hilang entah kemana akibat keteledoran saya, lupa kata sandinya, huaa hahahaha. 

Semakin nampak efek usianya wkwkwk.

 

Saya baru berani bikin blog lagi setelah selesai S2 seiring dengan semakin masuknya saya ke dunia literasi. Alhamdulilah, kata sandinya sudah ingat apalagi sekarang semakin melek teknologi. Semua itu berkat bergaul dengan bloger-bloger hebat di berbagai komunitas bloger yang saya ikuti. Pada umumnya, bloger-bloger itu tidak pelit ilmu. Berkah yang sekali lagi wajib saya syukuri.


 

Pertama Kali Belajar Menulis Cerita Fiksi


 

Berbagai pelatihan menulis saya ikuti, mulai pelatihan menulis artikel, kisah inspiratif hingga menulis cerita anak. Maka tak lengkap rasanya jika mencoba menulis fiksi.


Berbekal dengan hobi membaca cerpen dan novel, saya merasa, nampaknya menulis fiksi bisa ditaklukkan. Maka saya pun ikut pelatihan menulis novel selama 1 bulan. Alhamdulillah, sampai saat ini naskah novel itu masih berupa draf yang entah sampai kapan berubah menjadi tulisan utuh.

 

Tidak apa-apa, bujukku pada diri sendiri

Bahwa saya telah memilih dunia ini sebagai tempat berbagi aneka rasa.

Sebab ketika pertama kali berniat menulis, maka saat itu pula saya menguatkan niat itu dan terus melangkah tanpa mau tahu masa lalu yang terlewati. Saya mau belajar dan saya bahagia atas keputusan itu. 

 

Pada akhirnya saya memutuskan untuk mengisi masa purnabakti saya nanti di tahun 2025 dengan menulis dan ini menjadi alasan dalam mengatasi creative block yang sering datang tanpa diundang lalu pergi tanpa pamit, seperti jailangkung saja. 

 

 

#Tulisan ini adalah bagian dari Tantangan Menulis 29 hari tahun kabisat 2024, di mana saya menantang diri sendiri untuk menulis sesuai tema.#

 

 

Makassar, 2 Februari 2024

 

Dawiah

 

 

 

 

 

Post a Comment