Gagal Jadi Anak Bungsu

Saturday, January 18, 2020


Gagal Jadi Anak Bungsu



Dia lahir pada bulan Juni tahun 1997. Ia menjadi putra keempat dalam keluarga kami. Selama tujuh tahun ia menjadi anak bungsu dan mendapatkan perhatian lebih  dari kakak-kakaknya, sayangnya dia sering tak dilibatkan dalam permainan karena dianggap masih terlalu kecil untuk permainan anak besar. Dia bernama Faisal Fahmi dan lebih sering dipanggil Ami.


Tak Nyaman Jadi Anak Bungsu



Jika ketiga kakaknya main bola, Ami hanya ditugaskan berdiri di pinggir lapangan menonton dan memungut bola jika bola keluar dari lapangan.  Saat ketiga kakaknya heboh membahas taktik permainan selanjutnya, ia hanya duduk sendiri memainkan bola kertas buatan kakaknya.

Saya pernah tanya ke mereka, kenapa tak ikutkan adiknya main. Ketiganya serentak menjawab, “Masih kecil Mama.”

Katanya, nanti jatuh dan kakinya luka atau kepalanya kena bola dan benjol.
Mungkin itu sebabnya ia kurang akrab dengan kakak-kakaknya.

Namun begitu, jika ada anak lain yang mengganggu dia  maka ketiga kakaknya akan kompak melindunginya. Mereka akan membalas orang tersebut. Bahkan saat bermainpun, ketiga kakaknya akan ikut main demi memenangkan dia.

Seperti  waktu itu, ia bermain kelereng dengan teman sebayanya. Kelerengnya sudah hampir habis, ia gelisah dan selalu menengok ke kakak-kakaknya yang juga sedang main dengan jenis permainan yang berbeda.

Si sulung melihat kegelisahannya, ia lalu menghentikan permainannya dan berkata penuh wibawa.
Ical. Uci berhenti-ko main itu, kita main kelereng bareng Ami!

Sontak keduanya berhenti lalu bergabung dengan adiknya, main kelereng. 
Tak cukup 15 menit, lawan mainnya dihabisi. Semua kelereng milik lawan beralih ke mereka berempat.

Hasilnya, anak tetangga pulang sambil menangis.
Hiks..hiks… ceccengi Ami, naborongiki kakaknya.”
Tahun 2004, kedudukannya sebagai anak BUNGSU  tergeser dan itu anugrah tersendiri buat dia. Ia menjadi kakak dan sangat menikmati perannya itu.
Sambil berbisik ia bercerita ke saya, 
Ma untung Nabila lahir, sekarang saya juga sudah jadi kakak.”
Kamu nda suka jadi anak bungsu?” Tanya bapaknya.
Kusuka-ji  Pak, tapi tidak terlalu suka.” Jawabnya lugu.

Mungkin maksudnya dalam hal-hal tertentu ia merasa nyaman jadi anak bungsu, tetapi kurang nyaman pada hal lain,  terutama bermain bersama kakak-kakaknya.



Untung Ami Bisa Naik Motor



Saat Ami berusia 15 tahun, diam-diam ia diajari naik motor oleh kakak sulungnya. Kakak kedua dan ketiga melapor ke saya. 
Ma Ami belajar naik motor, kenapa diizinkan, nanti jatuh.” Lapor Uci.
Masih kecil - ki mama, dia belum bisa menguasai motor.” Ical menimpali.

Ah, mereka terlalu mengkhawatirkan adiknya.

Untungnya kecemasan mereka tidak terjadi. Ami berhasil meyakinkan kedua kakaknya kalau ia bisa mengendarai motor. Kelak kedua kakaknya itulah yang pertama kali menikmati kepintaran Ami naik motor.

Saat Uci, putra ketiga kuliah di ATKP, Ami yang selalu antar jemput  dia ke asramanya di Salodong. Setiap ia pulang mengantar atau menjemput kakaknya, ada saja cerita yang ia bawa tentang kakaknya itu. 

Bagaimana kakaknya yang cuek saat berjalan di depan yuniornya, padahal yuniornya sedang memberi hormat, tentang sikap kakaknya yang pendiam tapi suka cerita macam-macam saat dibonceng, tentang cita-citanya yang ingin kerja di luar kota Makassar, dan apa saja yang ia perbincangkan dengan kakaknya itu.


Baca juga tentang: Uci di sini 


Dan saya sangat berterima kasih tentang itu. Saat  Uci beranjak dewasa, ia semakin sulit diajak bicara. Sibuk dengan tugas kampusnya ditambah lagi ia hanya bisa pulang ke rumah sekali dalam sepekan. Sekalinya pulang, ia malah main game dengan saudara-saudaranya.


Kabur Dari Pesantren



Suatu hari ia mengabarkan kalau ia diangkat menjadi  guru mengaji di tempatnya mengaji. Hm, pantas saja beberapa anak tetangga memanggilnya ustaz.
Karena itulah kami sepakat memasukkan dia ke pesantren. Mungkin ia mau menekuni bidang agama.

Sayangnya ia hanya bertahan selama delapan bulan. Ia kabur dari pesantren setelah melewati  drama tiga babak.  Anak yang kelihatannya penurut dan pendiam itu, bisa membangkang juga rupanya.

Keluar dari pesantren ia pindah ke sekolah baru, tak sampai sebulan ia merasa tak cocok dengan sekolah barunya.   Akhirnya ia kami pindahkan lagi ke Madrasah Aliyah. 
Alhamdulillah ia suka dan bertahan hingga tamat sekolah.

Dan itulah satu-satunya masa tersulit kami dalam menghadapi perubahan sikapnya.


Pendiam yang Jenaka



Banyak orang yang mengatakan dia anak yang pendiam, tetapi tidak begitu jika bersama keluarganya.

Ia suka sekali bercerita apa saja kepada saya, termasuk tentang pemain-pemain bola idolanya. Darinya saya mengenal Steven Gerrard, Mohamed Salah, Christian Ronaldo, dan beberapa pemain sepak bola lainnya.

Saya banyak mengenal karakter teman-temannya, melalui ceritanya. Caranya bertutur yang diselingi dengan banyolan tak jarang mengundang tawa.

Kadang dia memanggil saya dengan panggilan “neng” atau “Sis”
Saat mengobrol  dengan dia melalui  wahtsApp kadang mengundang tawa, ada saja kata-kata unik yang diungkapkan. 





Yah dia telah dewasa sekarang dan lima tahun terakhir, dialah yang selalu setia mengantarkan saya kemana-mana. Dia menjadi anak andalan dalam keluarga besar kami. Siapapun yang minta pertolongan kepadanya, ia selalu siap membantu.

Saya yakin, siapapun pendamping hidupnya kelak akan sangat bahagia hidup bersamanya karena ia penyayang dan perhatian, seperti kasih sayang dan perhatiannya kepada saya.


Jika saya kurang sehat, selain bapaknya Ami lah yang selalu berada di samping saya, menjaga dan merawat dengan sabar. Raut wajahnya tak pernah cemberut sekalipun ia lelah. 

Ia gagal menjadi anak bungsu, tetapi ia mensyukuri itu. Katanya, setidaknya
pernah menjadi anak bungsu selama tujuh tahun.
Untunglah adik yang menggagalkan predikat itu anak perempuan, maka masih bisalah  disebut sebagai anak bungsu laki-laki.

Teruslah menjadi anak yang sabar dan baik hati. Kelak semua cita-cita dan harapanmu akan terwujud, saya jaminkan dengan doa-doa  yang akan mengetuk  Arasy sepanjang usia saya. 

Catatan: 
Cecceng (bahasa Makassar) = curang
Naborongiki = dikeroyok

37 comments

  1. Masya Allah bahagiaku baca.


    Saya juga membatin bahwa in syaa Allah Ami bisa jadi penyejuk hati kedua orang tua, apapun profesinya nantinya dia tetap bisa sukses meraih hati orang tua, terutama mamanya dengan karakter khasnya.

    Tantangan buat calon istri Ami nih. Harus bisa setara karakternya dalam membahagiakan ortu dengan perhatian khasnya.

    Ndak boleh cemburu kalo Ami membahagiakan ortu dan saudara2nya. Harus rela berbagi perhatian.


    Sebaliknya bagi mamanya, jadi tantangan tersendiri juga, jangan sampai berekspektasi terhadap pilihan hati Ami nantinya. 😍😘😘

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Terima kasih Niar, semoga mamanya bisa membagi hati nantinya hahaha...

      Delete
  2. Sehat terus sibungsu dan kakaknya. semoga selalu rukun dan saling menyayangi hingga maut memisahkan.

    ReplyDelete
  3. Whaa iyaya karena adik yang lahir perempuan jadi tetap saja menjadi laki laki bungsu. Ddduuuh senang kalau dengar cerita kehidupan sehari-hari Bunda nih, rameee...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rameee anaknya banyak, itu dulu waktu masih kecil. Sekarang mah, sudah mulai sepi. Eh malah curhat hihihi...

      Delete
  4. Mashaa Allah, Bunda, seneng banget baca kisah anak-anak Bunda yang akur ya. Pasti suasana ramai ya, kalau lagi kumpul semua, seru...

    ReplyDelete
  5. Yuni suka sekali kisah saudara yang saling menjaga satu sama lain begini. Meski kadang saling ejek, tapi tetap saja saling menyayangi. Hhehe

    ReplyDelete
  6. Seru ya Bun, membesarkan para jagoan yang luar biasa. Aku aja cuma 2 jagoan di rumah udah ramenya ampuuun palagi bunda ada banyak jagoan hehhee... bundanya aman, banyak penjaganya. 😀😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah anak simbok jagoan semua rupanya. Jangan khawatir, simbok tiga jagoan yang jagain.

      Delete
  7. Kalau di Sunda namanya "pangais bungsu" (kakak si Bungsu). Alhamdulillah Ami engga cemburu ya dng adik, krn jadi anak bungsu gagal. Suami, anak bungsu, beda dng kakak langsung 9 thn. Dikira perempuan tapi cowok lagi. Haha...Ibu mertua putranya 7, laki semua.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masya Allah!
      Tidakkebayang ramainya rumah mertua mbak kalau mereka kumpul yah..

      Delete
  8. Senang bnaget baca ceritanya, mbak.
    Semoga selalu rukun dan saling menyayangi dan mendukung, ya :)

    ReplyDelete
  9. Senangnya baca cerita ini, hatiku terasa menghangat. Semoga anal-anakku juga bisa kompak dan rukun seperti anak-anak bunda yaa. aamiin

    ReplyDelete
  10. hahaha, saya dulu 5 tahun jadi anak bungsu, setelah adik saya lahir, saya kegeser jauh jadi prioritas paling akhir :D

    Anak saya juga 7 tahun jadi anak tunggal sampai adiknya lahir :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah punya pengalaman rupanya. Tetap bahagia kan jadi anak bungsu ataupun tidak.

      Delete
  11. Masya Allah, barokallah teruntuk ananda semua ya Mbak. Alhamdulillah ananda selalu ada di sisi Mbak. Semoga sehat selalu Mbak dan semua ananda.

    ReplyDelete
  12. Saya anak pertama alias kakak. Punya adik laki-laki dan perempuan. Dulu kirain mau jadi dua bersaudara aja, ternyata adik bungsu lahir pas saya kuliah. Malah Ada yang nyangka anak saya. Hehe padahal dia adik bungsu saya. Seru memang ya punya adik bungsu. Hehe ...

    ReplyDelete
  13. Masya Allah😍cerita keluarga yang hangat dan menginspirasi. Salam untuk putra dan putri Bunda 😍🤗

    ReplyDelete
  14. Wah, bahagianya memiliki anak laki-laki seperti Ami. Sehat selalu ya Mba untuk seluruh keluarga.

    ReplyDelete
  15. Waaah....Ami keren ya, sukses terus ya Nak & menjadi kebanggan orang tua.

    ReplyDelete
  16. masyaallah. senangnya punya anak2 yang baik dan saling menyayangi, ya. barakallah buat sekeluarga

    ReplyDelete
  17. Turut senang membacanya. Semoga Ami, mba dan keluarga sehat serta selalu dalam lindunganNya. Aamiin

    ReplyDelete
  18. Masya Allah mbaaaak, senangnyaa saya baca ini. Ibu yang bisa mengerti benar tentang anaknya. Begitu pula sebaliknya anak yang senantiasa berbakti kepada Ibunya. Anak sulung saya laki-laki, masuk usia 13 tahun, dannn memasuki masa dimana pola pikirnya kritis-kritisnya, dengan baca ini saya sadar, yaaaa memang beginilah anak usia segini. Terimakasih teladannya mbk, saya jadi belajar banyak hal

    ReplyDelete
  19. Masyaa Allah, tabarakallah. Kalau ngomongin anak emang nggak ada abisnya ya mbak. Banyak sekali.

    Tapi saya suka bacanya. Tiap anak punya cerita sendiri. Saya jadi ngebayangin drama yang dihadapi mbak dan suami waktu Ami abis kabur dari pesantren itu. Banyak yang bbilang kalau masa pubernya anak tuh amazing banget

    ReplyDelete
  20. Masya Allah.. Seneng bacanya, Bun.. Karena nggak mudah juga punya anak-anak yang rukun. Apalagi mau belain adik atau Saudaranya. Di rumah juga kayaknya nggak jauh beda.. Bungsu selalu dianggap terlalu kecil untuk terlibat permainan kakaknya. Dia sedih kadang juga marah ngambek.. Hihi

    ReplyDelete
  21. Bunda..saya senang baca cerita tentang Ami. Masya Allah Tabarakallah,semoga diberikan kesehatan dan kesuksesan untuk si anak yang batal jadi anak bungsu. Juga sehat semua untuk Bunda sekeluarga. Aamiin

    ReplyDelete
  22. Ceritanya bikin nyesss. Masya Allah. Semoga Ami dan semuanya selalu jadi penyejuk hati orang tuanya uwuwu ❤

    ReplyDelete
  23. Kisahnya mirip anak nomor empatku yang juga gagal jadi anak bungsu setelah enam tahun kemudian adiknya lahir. Kadang si nomor empat ini mengomel ke adiknya kalau lagi kesel dan bilang begini, "Sebenarnya to, saya anak bungsu tapi karena lahirko tidak jadima anak bungsu. " Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha...kadangji juga Ami begitu, na ejek-ejekji adiknya

      Delete
  24. Anak bungsu itu memang sesuatu ya kak, hihi, soalnya daku juga bungsu. Meski terkadang jadi anak bawang karena selalu dianggap anak kecil padahal udah besar, tapi kedewasaan mental itu datang juga dengan sendirinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kelihatan dari namanya hihihi... tapi asyik kan jadi anak bungsu, sering dapatprioritas pertama

      Delete
  25. naaah karena suami juga anak bungsu, ada hal-hal menarik dan juga bikin gengges karena aku sendiri anak pertama yang waktu pertama adaptasi agak gimana gitu. BUkan dari sisi dia lebih manja atau apa, tapi dari pola asuh orang tuanya karena ia dengan kakak-kakaknya beda 12 tahun..

    ReplyDelete
  26. Anak bungsu sering dianggap enggak mandiri y padahal banyak jg anak sulung yg g mandiri hehe
    Saya anak bungsu jg bunda
    Waktu yg kemudian menjelaskan kegigihan anak bungsu :)

    ReplyDelete
  27. Hihihi..ada juga yg tak begitu suka jadi anak bungsu ternyata..padahal jadi prioritas dalam segala hal kan ya..? Senang pastinya punya banyak saudara yg bisa diajak kompak kayak gini..suka bacanya

    ReplyDelete
  28. Bahagia bacanya, kebayang betapa ramainya keluarga. Semoga sehat dan rukun selalu, Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaamiin. Alhamdulillah kalau mbak senang membacanya.

      Delete