Film & Drama Favorit

Saturday, October 21, 2023


Film&Drama Favorit/mardanurdin.com


Film dan Drama yang Sulit Dilupakan-


Tema pada hari ke-3 untuk blog challenge oleh KEB adalah tentang film atau drama favorit yang tidak bosan ditonton berkali-kali. Ini adalah tema yang saya hindari sebenarnya, karena saya rada-rada pelupa kalau habis nonton, baik film maupun drama.

Apakah tidak suka menonton?

Suka, hanya saya termasuk penonton yang tidak mudah mengingat judulnya apalagi nama pemainnya. Syukur-syukur kalau masih ingat alur ceritanya. Akhirnya saya mencari informasi sama Mbah Google dengan menyebutkan kategorinya.

Misalnya, kategori perselingkuhan, karena seingat saya, pernah menonton drakor perselingkuhan yang menggegerkan dunia perdramaan. Lalu drama tentang bully, kalau tema ini saya langsung teringat dengan drakor yang berjudul The Glory dan untuk film, yang melekat dalam ingatan saya adalah kisah nyata dari seorang tentara Turki  dengan seorang anak Korea Selatan.

Berbekal dengan tema-tema tersebut dan sedikit informasi tentang tentara Turki, saya mulai mencari informasi detailnya. Saya akan mulai dari film yang dahulu saat menonton filmnya, mata saya sembab akibat menangis.


Film Ayla: The Daughter of War


Awalnya saya tidak tertarik menonton film ini, karena saya pikir itu adalah film perang yang bikin jantung dag dig dug deur, seperti film perang pada umumnya yang berisi suara tembakan dar dor dar dor yang memekakkan telinga. 

Namun, itu tidak terjadi pada film “Ayla: The Daughter of War.” 

Justru film ini sangat menyentuh sisi kemanusiaan siapa pun yang menyaksikannya.  Film ini tentang kisah indah antara tentara Turki yang bernama Suleyman yang diperankan oleh Ismail Haciolu dengan anak perempuan warga Korea Selatan. 

Pada masa itu, sekitar 5 tahun usai perang dunia kedua, banyak tentara Turki dikirim ke Korea Selatan yang sedang berkomplit dengan Korea Utara. Salah seorang di antaranya adalah Suleyman.  

Di tengah kekacauan akibat serangan beruntun yang tidak diperkirakan, pasukan tentara akhirnya memutuskan bejalan kaki menyusuri hutan. Dalam perjalanan itulah mereka menemukan anak perempuan yang sedang duduk di samping mayat ibunya. 

Setelah dibujuk oleh Suleyman akhirnya si anak perempuan bersedia ikut dengan mereka dan sejak saat itu anak perempuan itu tak pernah jauh dari Suleyman dan kawan-kawan. Dia dinamai Ayla yang berarti bulan, terinspirasi dari wajah si anak perempuan yang bulat bagaikan bulan.

Ayla memanggil baba atau ayah kepada Suleyman dan hubungan pun tercipta bagai hubungan antara ayah dengan anak.

Begitu dekatnya hubungan mereka sehingga Suleyman merasa sangat berat berpisah dengan “anaknya” Ayla ketika Suleyman harus kembali ke negaranya, Turki, bahkan nyaris “diselundupkan” dan sudah bisa diprediksi, Suleyman gagal membawa Ayla ke Turki.

Di bagian inilah saya menangis. 

Melihat kepedihan Suleyman yang dipisahkan oleh “anaknya” terutama menyaksikan kesedihan Ayla yang harus kehilangan orang yang mengasihinya sekaligus pelindungnya untuk kedua kalinya.

Kesedihan Suleyman tidak berhenti sampai di situ. Dia terus memikirkan Ayla dan berharap dipertemukan lagi setelah dipisahkan oleh jarak dan waktu.

Sepanjang menonton film ini, rasa terharu, sedih dan pengharapan agar Suleyman dipertemukan lagi dengan Ayla datang silih berganti. Untungnya di akhir cerita mereka betul-betul bertemu atas usaha istri Suleyman. Usaha yang tidak mudah untuk menemukan seorang perempuan kecil yang telah berubah menjadi perempuan dewasa.

Apalagi anak-anak kandung Suleyman sering merasa gusar melihat “penderitaan” ayahnya yang tidak pernah melupakan Ayla sedetik pun.

Pertemuan itu sendiri kembali mengaduk-aduk perasaan saya. Terharu dan bahagia. Harapan agar mereka dipertemukan rasanya dikabulkan oleh Tuhan. Padahal itu film yang alur ceritanya memang happy ending, dan yang tidak bisa diubah alurnya karena film ini mengangkat kisah nyata. 

Huaaa…. Inilah film yang betul-betul berkesan di benak saya.


Drama Korea yang Sulit Dilupakan


Masih ingatkah kalian dengan drakor perselingkuhan yang menggegerkan rumah tangga penontonnya?

Eh, maaf bercanda.

Soalnya, gara-gara drakor ini, banyak istri yang tiba-tiba curigaan kepada suaminya. Melihat suaminya yang semakin mesra, istri bukannya bahagia, tapi malah curiga.

“Jangan-jangan suami saya juga selingkuh nih, kok tiba-tiba dia mesra gitu yah?” Bhahaha… tapi itu bukan saya. Drakor itu adalah The World of the Married.


The World of the Married


Ini adalah drama tentang perselingkuhan dan kehidupan orang dewasa yang menggambarkan kalau kehidupan berumah tangga itu tidak selalu tenang dan damai, tetapi ada fase tegang di mana badai menerjang tanpa ampun. 

Dikemas dengan cerita yang menarik yang menggambarkan bahwa pernikahan itu rumit.

Adalah Ji Sun Woo yang sukses dalam kariernya, dihormati karena kedudukannya sebagai direktur dan merasa hidupnya sempurna karena keluarganya nampak bahagia bersama suaminya, Lee Tae Oh dan seorang putra yang bernama Lee Joon Young.

Namun, kenyataannya tidak demikian. Bahkan orang-orang di sekelilingnya mengetahui kalau suaminya berselingkuh dengan gadis yang jauh lebih muda darinya.

Saat perselingkuhan itu terungkap, Sun Woo merasa sakit luar biasa apalagi ketika ia tahu kalau orang-orang terdekatnya sudah tahu dan memilih untuk diam. Puncak sakit hatinya adalah saat tahu kalau ibu mertuanya pun tahu dan seolah-olah mendukung perbuatan anaknya.

Hati istri siapa yang tidak tercabik-cabik?

Pada episode-episode awal, emosi penonton dikuras habis-habisan. Rasanya ingin mencakar si suami dan mendukung Sun Woo untuk balas dendam.  

Sudahlah istrinya cantik, pintar, kariernya bagus, terpandang pula terus ditambah suami yang bukan siapa-siapa bahkan digambarkan kalau si suami itu hanya numpang hidup. 

Lah, nih si suami songong banget yah, tidak ada syukur-syukurnya. Begitu kira-kira pikiran penonton seperti pikiran saya waktu.

Terus, semua kedudukan itu justru dijadikan alasan oleh si suami untuk berselingkuh. Makin songong ndak tuh? 

Merasa kurang diperhatikanlah karena kesibukannya dengan kariernya, merasa istrinya sudah tidak cantiklah, dsb.

Padahal si istri cukup tahu diri. Ia mengurus suami dan anaknya dengan baik. Tentu sebatas waktu luangnya. Suami harusnya pengertian dong.

Kan, hasil jerih payahnya sebagai wanita karier dinikmati juga oleh suami. Kan?

Apa karena suami merasa kecil di mata istrinya sehingga ingin memperlihatkan powernya sebagai suami? Gitu kali pikiran sang penulis skenario. Hahaha.

Sebenarnya cerita ini bisa berakhir tatkala mereka bercerai dan Tae Oh menikahi selingkuhannya, Da Kyung, seperti cerita -cerita sinetron pada umumnya. Selingkuhan sekalipun sudah berhasil mengambil suami orang, tetapi menderita karena ternyata suami yang diambilnya itu tidak punya apa-apa, alias miskin.

Nah looo, itu sudah cukup terpuaskan hati penonton. 

Mau bilang,

 “Rasain! Kamu kira laki-laki itu hebat? No! Dia itu hanya bermodalkan tubuhnya saja, wkwkwk.


Namun, sang penulis ternyata belum puas mengaduk-aduk perasaan penontonnya yang sudah baper sejak awal.

Cerita dimajukan dua tahun kemudian. Kehidupan mantan pasangan suami istri kembali terusik saat Tae Oh  dan istrinya Da Kyung kembali ke kota mereka. Sepertinya tujuan mereka itu ingin memamerkan kalau mereka itu bisa sukses juga.

Memiliki rumah mewah dan orang-orang yang dulunya menghujat berbalik mendekat dan menjilat alias pansos. 

Di sinilah pembalasan sang mantan istri dimulai. Ia berhasil membuat cemburu istri sang mantan suami dengan tidur bersama. ( Di Korea, kayak begini biasa saja).

Drama ini membuka mata saya, bahwa setiap orang bisa menyembuhkan lukanya masing-masing dengan caranya sendiri. 

Hal lainnya adalah drakor ini  menggambarkan kenyataan bahwa tokoh protagonis Sun Woo  bukanlah orang yang baik-baik amat, tetapi memiliki sifat buruk pula. 

Buktinya ia memiliki dendam yang tidak elok dilakukan, sekalipun ia sakit hati kepada sang suami. 

Dengan dinginnya ia memojokkan sang mertua hingga mertuanya meninggal padahal ia tahu kalau mertuanya itu mengidap sakit jantung. 

Walaupun kesal sama mertua yang tahu perselingkuhan anaknya, tapi tidak segitu juga balasannya kan? Sang mertua hanya tahu, tidak mendukung, lah, orangnya ada di panti jompo yang disia-siakan oleh anak kandungnya sendiri.

Ada banyak kejahatan yang dilakukan sang tokoh utama demi membalaskan sakit hatinya dan menurut saya, ini sangat tidak baik. 

Apalagi saat membalas dendam pada sahabatnya yang ikut menyembunyikan perselingkuhan suaminya dengan menggoda suami sahabatnya itu bahkan hingga tidur seranjang. 

Bukankah setiap orang punya pilihan untuk jujur atau tidak atas kelakuan suami orang? 

Yang pasti, drama ini masih tersimpan dalam ingatan saya hingga kini. 

Bahwa pada akhirnya semua orang bisa mengobati lukanya dengan berdamai dengan masa lalu, berdamai dengan kesakitan lalu memaafkan diri sendiri dan orang yang telah menyakiti. 

Toh, kita harus melanjutkan hidup.



The Glory, Dendam Akibat Dibully



Jika ada orang yang bersemangat melanjutkan hidupnya demi balas dendam, maka itulah Moon Dong Eun yang diperankan oleh Song Hye Kyo,  gadis mungil yang mengalami perundungan sejak dari rumah hingga di sekolah 

Gadis ini terus menerus dirundung oleh teman-teman sekolahnya hanya karena dia miskin dan tidak berdaya. Semua jenis perundungan dialami oleh Moon. Mulai dari perundungan verbal hingga non verbal.

Secara verbal, Moon dicaci maki, diejek, diperintah-perintah, dihina dan secara non verbal, dia dipukul hingga disetrika oleh Yeon Jin dan teman-temannya.

Saat menonton drama ini, jiwa profesi guru saya menggelora.

Kok, bisa sekolah tidak tahu hal itu? 

Kenapa guru ikut-ikutan merundung siswanya?

Kemana Kepala Sekolahnya, kenapa masalah seberat itu dibiarkan?


Ah, sudahlah!

Namanya juga drama, hahaha. 


Untungnya rasa “dendam” saya sebagai penonton terbalaskan pada session 2. Hahaha.

Moon berhasil membalas dendamnya kepada kelima orang yang telah merundungnya di masa lalu. Epiknya drama ini, kita tidak menyaksikan Moon membalas dendam dengan tangannya sendiri, melainkan mengadu domba kelimanya sehingga mereka terkesan saling menjatuhkan. 

Nice, saya suka ini. LOL.

Astagfirullah, sadarlah Dawiah!

Tabik, saya terhanyut dengan drama ini.




Makassar, 21 Oktober 2023

Dawiah


#YukNgeblogLagi

#NgeblogAsyikBarengKEB


Post a Comment