Hikmah Syawalan di Masa Pandemi

Friday, July 23, 2021


Hikmah Syawalan di Masa Pandemi



Sebenarnya tulisan ini langsung  menjadi draf  sesaat setelah saya pulang dari menghadiri acara syawalan yang diadakan oleh Muhammadiyah Cabang Bontoala Makassar.

Sayang tidak sempat saya tuntaskan disebabkan berbagai kesibukan. Alasaan, bilang saja mager, ha-ha-ha.

Bulan Syawal sudah dijadikan tradisi bagi umat Islam di Indonesia dan menjadikannya sebagai  ajang silaturahim, ajang saling halal menghalalkan, saling maaf memaafkan kesalahan-kesalahan yang telah berlalu.

Ada yang melakukan tradisi syawalan dengan cara mengadakan kegiatan di rumah saja, kumpul dengan keluarga atau mengundang tetangga lalu pengajian dan makan-makan

Ada pula yang melakukannya secara resmi. Biasanya acara resmi ini diselenggarakan oleh organisasi-organisasi,  komunitas-komunitas tertentu atau bahkan oleh instansi pemerintahan.

Berhubung tahun ini kita masih dalam masa pandemi, maka kebanyakan acara syawalan dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) saja.

Kurang seru sih, tetapi mau bagaimana lagi, yang penting pesan silaturahim dan syawalannya sampai.

 

Syawalan Muhammadiyah Kota Makassar

 



Organisasi Muhammadiyah di kota Makassar juga melakukan acara syawalan dengan dua cara, yaitu secara luring (luar jaringan) dan secara daring. 

Mengingat kapasitas ruangan dibatasi, maka yang tidak dapat mengikuti secara luring boleh bergabung secara daring lewat aplikasi zoom.

Acara langsung atau luring ini dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat. Kursi-kursi diatur sedemikian rupa, sehingga untuk berbicara dengan teman di sebelah yang berjarak 1 meterpun, kami lakukan dengan cara mengirim pesan di whatsApp sembari saling tersenyum atau terbahak atau menganggukkan kepala.

Padahal senyum manis saja kan tak terlihat karena ditutupi oleh masker. Cukuplah mata yang memberi isyarat kalau kami tersenyum atau bahu terguncang saat terbahak-bahak.

 

Pada tahun ini, ada dua acara syawalan yang saya ikuti secara luring.

Acara syawalan pertama adalah syawalan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah Kota Makassar yang dirangkaikan dengan Milad ke-104 Aisyiyah Tingkat Kota Makassar.

Sayangnya acara ini terlalu lama, sehingga saya tidak bisa mengikuti acara dengan tuntas. 

Mesti terpotong dengan salat zuhur dan makan siang, akibatnya hikmah Syawalan yang dibawakan oleh Prof.Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed tidak bisa saya simak dengan baik.

Acara syawalan kedua adalah acara syawalan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah Cabang Bontoala Kota Makassar di Gedung Serbaguna Aisyiyah Sulawesi Selatan.

Acara syawalan di masa pandemi ini yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah Cabang Bontoala Kota Makassar, dihadiri oleh para anggota Muhammadiyah, Aisyiyah, para pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiya Cabang Bontoala.

Acara di Gedung Serbaguna Aisyiyah ini juga dilaksanakan dengan dua cara, yaitu secara luring dan daring.

Tetap juga, acaranya dirangkaikan dengan acara lain. Biar hemat waktu dan biaya kali ya.

Kalau acara syawalan di Muhammadiyah Daerah Kota Makassar dirangkaikan dengan Milad ke-104 Aisyiyah Tingkat Kota Makassar, maka acara syawalan di Cabang Bontoala dirangkaikan dengan pelantikan terpadu pimpinan Pemuda Muhammadiyah dan pimpinan Nasyiatul Aisyiyah Cabang Bontoala.

Acara syawalan di Gedung Serbaguna Aisyiyah menghadirkan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, bapak Dr.KH.Mustari Bosra,MA.

Saya menyimak dengan baik penjelasan beliau tentang hikmah syawalan yang disampaikan secara jelas dan terperinci itu. 

Daaan, berikut inilah rangkumannya.

Selamat menyimak.

 

 

Hikmah Syawalan 

 

 


Hikmah syawalan yang dibawakan oleh Dr.KH.Mustari Bosra,MA dijelaskan dengan santai, tetapi penuh hikmah. 

Beliau menjelaskan, bahwa Al- qur’an menggunakan 3 term  terkait pemberian maaf dan pemberian  ampun, yaitu:


  1. Fa’fuu
  2. Wasfaruu
  3. Wagfiruu


Ketiga kata-kata ini masing-masing memiliki penekanan sendiri-sendiri dalam hal pemberian maaf dan ampunan.


Fa'fuu


Kalau memberikan maaf dalam bentuk  fa’fuu, artinya suatu kesalahan orang lain yang pernah kita terima, itu tetap ada bekasnya. Ilustrasinya, ibarat kita menulis kemudian setelah ditulis lalu dihapus atau menyetip tulisan tersebut, maka tetap ada bekas setipnya.

 

Wasfaruu


Jika menggunakan kata wasfaruu, itu tidak ada bekasnya sama sekali. Dan inilah  yang dikehendaki oleh gemblengan puasa Ramadan, untuk kita menjadi orang yang bertakwa.

Di mana kita bisa memaafkan orang lain sebelum orang lain meminta maaf  atau sebelum orang lain menyakiti, kita sudah lebih dahulu melapangkan dada sehingga tidak ada tempatnya kesalahan orang lain pada diri kita lagi.

 

Wal aafiina anin-nas = memaafkan kesalahan orang lain, bahkan tidak ada bekasnya sama sekali. 

Inilah yang disebut ikhsan.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an surat Ali ‘Imran ayat 134 yang artinya sebagai berikut.

 

“(yaitu) orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”

 

Wag'firuu


Kata ketiga, yaitu wag'firuu, Allah mengampunkan dosa dengan menggunakan istilah gafaraah, yagfiru zunuba yang tercantum dalam Al-qur’an surat Az Zumar ayat 53, yang artinya sebagai berikut.

 

“Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

 

Beliau menjelaskan lebih jauh, bahwa semua amal perbuatan itu akan diperlihatkan nanti di akhirat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-qur’an surat Az-Zalzalah ayat 7-8

      Famaiy ya’mal mithqala zarratin khai raiy yarah

      Wa maiy-ya’mal mithqala zarratin sharraiy yah

Artinya:

 

Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”

 

Namun, dihapuskan dalam pertanggungjawabannya. Tidak memberikan lagi berat dalam timbangan. Ibaratnya sudah tercatat bahwa kesalahan kita adalah  ini … ini dan ini … , tetapi kemudian dicoret dan dianggap tidak pernah ada.

 

Nah, ketiga term ini, faa’fuu, wasfaruu, dan wagfiruu diharapkan dimiliki oleh setiap orang yang telah berpuasa.

Pada kesempatan inilah, di acara syawalan atau halalbihalal kita mengharapkan, apa yang sudah pernah terjadi, yang menyakiti hati kita, maka coret saja atau hapus saja atau lupakan saja.

Dengan harapan ke depan, kalaupun ada orang yang menyakiti, tidak memberi tempat lagi di hati kita, sehingga kita memaafkan sebelum dia menyakiti kita. 

Inilah  ikhsan, inilah yang paling tinggi tingkatannya dan paling diharapkan bagi yang berpuasa.


Baca juga:  Adab Islami Dalam Pergaulan di sini.



Kesimpulan

 

Hikmah syawalan yang disampaikan oleh bapak Dr.KH. Mustari Bosra,MA ini, pastinya sangat berat dilakukan.

Mungkin mudah untuk mengucapkan, “iya, saya memaafkan kamu.” tetapi menghapusnya begitu saja atau melupakannya, butuh waktu dan perjuangan.

Apalagi memaafkan orang sebelum ia menyakiti. 

Lah, orangnya belum menyakiti, kita sudah terlebih dahulu memaafkan. Ibaratnya jangan tunggu orang itu meminta maaf, langsung saja dimaafkan.

Namun, itulah yang disebut ikhsan. Sifat dan sikap paling tinggi tingkatannya. Ini pula yang diharapkan bagi orang yang berpuasa.

Maka lebih lanjut bapak Dr.KH.Mustari Bosra,MA menitip pesan, bahwa di tempat ini, saat kita mengikuti acara syawalan ini, kita saling memaafkan, saling halal menghalalkan. Dalam arti kita merelakannya, memaafkannya, mengampuninya dan sebagainya.

 

Sudahkah kalian meminta maaf dan meminta keikhlasan orang yang telah kamu sakiti?

Sudahkah kalian memaafkan orang-orang yang menyakiti hatimu?

Jangan hanya mengharapkan maaf dari orang lain, sementara hatimu begitu sulit memaafkan orang yang telah menyakiti.

Walaupun berat, tetapi kita harus berlatih ikhlas memaafkan orang yang telah menyakiti, kemudian berjuang dengan sekuatnya untuk meraih ikhsan, sehingga tidak ada lagi tempat di diri kita buat menyimpan kesalahan orang lain.

Mari memohon kepada Ilahi Rabbi, agar kita diberi sifat LUPA terhadap kesalahan dan keburukan orang lain.

Sekian, semoga bermanfaat.

 

Makassar, 23 Juli 2021

Dawiah

18 comments

  1. Pelaksanaan daring tapi pesannya tersampaikan ya Kak .. .alhamdulillah.
    Tentang makna memaafkan, saya masih harus belajar banyak ini. Tidak selalu mudah memaafkan orang lain.

    ReplyDelete
  2. Pandemi membuat suatu kebiasaan harus diupgrade ya kak. Bukan dihilangkan, hanya saja dikemas dengan cara yang sesuai pada situasi dan kondisi. Pesan dan kesan tetap tersampai dengan keadaan yang aman serta nyaman.

    ReplyDelete
  3. Meskipun kebiasaan tidak bisa dilakukan seperti yang lalu-lalu, tapi tetap berjalan dengan baik ya kak. Alhamdulilah kesan dan pesan bisa tersampaikan. Semoga pendemi ini lekas berlalu.

    ReplyDelete
  4. Sepintas mirip swalayan, eh ternyata Syawalan, hahahaha. Namun meski diadakan secara daring, tapi nggak mengurangi nilai kekhusyukan acara Syawalan. Mari kita sama-sama berdoa, semoga pandemi cepat berlalu dari bumi ini, sehingga kita bisa hidup secara normal lagi dan perekonomian bisa segera membaik, aaamiiin.....

    ReplyDelete
  5. Mashaa Allah reminder banget yak ini buatku uda belajar ikhlas tapi kadang masi aja ada sedikit rasa itu hehe

    ReplyDelete
  6. begitu dateng kesini beruntung banget karena banyak ilmu agama yang didapat. tinggal dipraktekkan aja din dalam kehidupan sehari hari

    ReplyDelete
  7. Emang berat banget ya untuk mencapai tingkatan ikhsan ini.
    Terkadang mulut sudah berucap memaafkan, tapi kalau teringat, hati masih sakit saja.

    ReplyDelete
  8. Terimakasih pengingatnya bu
    Meski saya bukan muslim, saya turut memetik hikmah dari kegiatan ini
    Pandemi memang terasa efeknya untuk kita semua
    Hati yang iklas dan sabar adalah kunci utama agar kita menjadi lebih kuat

    ReplyDelete
  9. Besar nian hikmah berpuasa. Bukan hanya diampuni dosa tapi juga dirahmati. Semoga ibadah puasa di bulan Ramadhan kemarin diterima oleh Allah. Aamiin

    ReplyDelete
  10. MasyaAllah.. Keutamaannya benar-benar bikin hati tentram ya kak. Aamiin mudah2an puasa kemarin diterima oleh Allaah

    ReplyDelete
  11. Semoga aku bisa jadi orang seperti itu. Berusaha banget mba, karena aku tau kok, ga enaknya kalo kita menyimpan dendam dan marah. Hidup kayak ga tenang, gelisah. Jadi wajar kalo Islam mengajarkan utk bisa memaafkan bahkan melupakan kesalahan org lain. Ya supaya hidupnya tenang dan lebih fokus mengingat Allah atau mencapai tujuan hidup :). Semoga kita semua bisa seperti itu yaaa :)

    ReplyDelete
  12. Sejak pandemi, jadi terasa sekali banyak yang berubah yaa, Bun..
    Termasuk menghadiri acara Syawalan ini.
    Alhamdulillah, dengan teknologi canggih, Syawalan tetap bisa dilakukan dan berdoa sebanyak yang kita mau.

    ReplyDelete
  13. Pengen juga ikutan acara seperti ini, menambah ilmu agama dan juga daoat bertumbuh dengan orang irang yang ingin mendapatkan kebaikan selalu dan bisa saling mengingatkan. Semoga kita selalu dilindungi

    ReplyDelete
  14. wah pandemi ini juga tetap ada acara dari muhamdiyah ya, kalau aku prefer ikut secara onlinenya dibanding harus dateng nih bu.

    ReplyDelete
  15. Kalo di kampung saya, masuk bukan syawal itu ibu-ibu pada bikin apem. Ada istilah ma-apam. Apemnya nanti dibagi-bagikan ke saudara dan tetangga. Namun, tahun ini ibu saya absen ma-apam karena pandemi. Ngirimnya cuma ke rumah nenek saja.

    Asik ya mba, sesama anggota organisasi bikin acara daring dan luring juga. Tentunya dengan tetap menaati prokes, seperti yang dilakukan Muhammadiyah Kota Makassar.

    ReplyDelete
  16. Wah, sayang terlalu lama ya sampai ada makan siangnya. Tapi tentunya tidak membosankan
    Saya sering langsung melupakan saja kalau sudah memaafkan. Berkah menjadi pelupa juga sih ya. Alhamdulillah, semua perlu disyukuri.

    ReplyDelete
  17. kalo di Semarang acara Syawalan malah lebih rame daripada pas hari raya idul fitri nya Bun, lebih meriah karena ada tradisi makan ketupat bareng di masjid, saling hantar makanan dan berkumpul dengan keluarga besar juga

    ReplyDelete
  18. Di daerah ku juga ada tradisi syawalan, biasanya sih puncaknya pada tanggal 7 syawal, tapi semenjak pandemi tradisi syawalan dihentikan karena banyak banget orang yang hadir sampai puluhan ribu.

    ReplyDelete