Seminar Parenting; Dampak Pengasuhan dan Disiplin Positif Sejak Usia Dini

Thursday, September 18, 2025



Seminar Parenting- www.mardanurdin.com



Rabu, 10 September 2025 kami, kepala sekolah dan guru  Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) serta satu orang perwakilan orang tua siswa diundang menghadiri seminar pengasuhan yang dilaksanakan oleh Bunda PAUD Kota Makassar. 

Seminar yang berlangsung di Ballroom Alamanda lantai 1 Hotel Aryaduta Makassar itu mengusung tema “Dampak Pengasuhan dan Disiplin Positif Sejak Usia Dini pada Pengembangan Karakteristik yang Inklusif”

Tema yang menarik dan menurutku cukup berat dicerna untuk pertemuan sehari saja. Sebagaimana ilmu-ilmu parenting pada umumnya yang tidak bisa langsung diaplikasikan dalam rumah tangga. Ada banyak proses yang mesti dijalani yang tidak mudah semudah mendengar penjelasan dari narasumber.

Namun, menghadiri seminar parenting pasti tidak sia-sia selama peserta seminar menyimak dengan baik lalu pelan-pelan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena ada banyak miskonsepsi tentang pola pengasuhan yang mungkin telah kita lakukan atau yang kita pahami.

Maka belajar dari para ahli di bidangnya, seperti psikolog, pendidik maupun para pegiat parenting adalah salah satu jalan buat para orang tua untuk “kembali ke jalan yang benar”

Saya yakin, itulah tujuan Bunda PAUD Makassar melaksanakan seminar ini.

Dalam susunan acara tertulis, ada dua pemateri dalam dua sesi. Di sesi 1, dibawakan oleh ibu Ola Z. Pontoh, S.Psi.,M.Psi dengan judul “Pengasuhan dan Disiplin Positif.”

Di sesi kedua, membahas tentang “Dampak Pengasuhan dan Disiplin Positif” yang dibawakan oleh ibu DR.Asniar Khumas,S.Psi.,M.Si.


Pengasuhan dan Disiplin Positif


Di sesi pertama, narasumber, Ibu Ola Z.Pontoh ,S.Psi.,M.Psi memulai dengan dua pertanyaan.

  1. Bagaimana pengalaman Anda diasuh saat masih anak-anak? 
  2. Peristiwa apa yang paling menyenangkan dan peristiwa apa yang paling menyedihkan?

Kedua pertanyaan itu dijawab oleh salah seorang peserta, bahwa yang menyenangkan adalah saat bersama orang tua, disayangi dan dipeluk sedangkan yang tidak menyenangkan adalah saat orang tua membanding-bandingkannya dengan saudara atau dengan orang lain.

Mungkin dalam benak kita semua, setuju dengan jawaban itu, bahwa dalam perjalanan hidup kita sejak kecil hingga dewasa akan ada saja peristiwa dan perlakuan yang baik dan tidak baik yang pernah kita alami. 

Ada yang sangat membekas di hati dan di pikiran  hingga sulit dilupakan dan ada yang biasa saja dan kita sudah tidak ingat lagi.

Apakah perlakuan buruk itu termasuk pengasuhan negatif dan sebaliknya perlakuan baik yang kita dapatkan adalah pengasuhan positif?

Mari kita coba pelajari berdasarkan penjelasan dari Ibu Ola. 


Pengasuhan Positif


Ibu Ola menekankan bahwa yang dimaksud dengan pengasuhan anak  adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, dan kesejahteraan yang menetap dan berkelanjutan.

Selanjutnya, beliau menjelaskan bahwa pengasuhan positif  menyangkut tiga hal, yaitu:


  1. Pengasuhan berdasarkan kasih sayang, saling menghargai, membangun hubungan yang hangat antara anak dan orangtua serta mendukung tumbuh kembang anak. 
  2. Pendekatan yang mengedepankan penghargaan, pemenuhan dan perlindungan hak anak, serta kepentingan terbaik anak.
  3. Upaya untuk memberikan lingkungan yang bersahabat dan ramah sehingga anak dapat berkembang lebih baik.


Di mana dan siapa  saja yang berperan penting  dalam mewujudkan pengasuhan positif tersebut?

Yang pasti, ada tiga lingkungan, yaitu:


Lingkungan Rumah

Dalam lingkungan rumah ada orang-orang dewasa yang berperan penting dalam mewujudkan pengasuhan positif, ada  ayah, ibu, kakak, kakek, nenek, bisa jadi ada juga om, tante, sepupu hingga asisten rumah tangga. 


Lingkungan Sekolah

Sedangkan di lingkungan sekolah ada  Kepala sekolah, guru, administrator, penjaga sekolah (satpam), bujang sekolah, dan semua warga sekolah lainnya.


Lingkungan Masyarakat

Tetangga, teman sepermainan anak dan orang-orang yang tinggal di sekitar rumah merupakan bagian dari lingkungan Masyarakat.


Ketiga lingkungan itu sangat berperan dalam menciptakan pengasuhan positif. Sebab itu orang tua wajib mengamati dan mengetahui ketiga lingkungan itu, apakah cukup sehat dan mendukung pengasuhan yang positif untuk anaknya.

Misalnya, orang tua sudah menerapkan pengasuhan positif untuk anaknya dalam lingkungan rumah, lalu anaknya bergaul di lingkungan sekolah atau di lingkungan masyarakat yang tidak mendukung atau tidak sejalan dengan pengasuhan yang telah diterapkan dalam lingkungan rumah, maka bisa saja terjadi perubahan signifikan pada anak akibat pengaruh dari kedua lingkungan tersebut.

Akibatnya orang tua mesti memulai lagi dari awal dan tentu memerlukan usaha yang lebih keras lagi. 

Dari sini, kita bisa menyimpulkan, bahwa pengasuhan positif untuk anak-anak kita tidak bisa dilakukan sendiri. Harus ada dukungan dan kerja sama yang baik oleh semua pihak dari semua lingkungan.  


Baca juga Jangan Berkata "Jangan" Kepada Anak 


Disiplin Positif


Jika pengasuhan positif menyangkut pengasuhan  maka disiplin positif merupakan pembentukan kebiasaan dan tingkah laku anak yang positif dengan kasih sayang. Tujuannya kurang lebih sama dengan pemberian pengasuhan positif, yaitu agar anak menjadi mahkluk sosial dan  tumbuh serta  berkembang dengan sebaik-baiknya.

Mendisiplinkan anak ke arah yang positif memiliki tiga tujuan, yaitu: 

  1. Agar anak bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya.
  2. Agar anak mendapatkan kesempatan untuk membangun tingkah laku sesuai dengan lingkungannya.
  3. Agar anak memahami mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk.


Bagaimana Cara Mendisiplinkan Anak?


Ibu Ola memaparkan beberapa cara dan tindakan yang harus dilakukan orang tua, guru, dan orang dewasa yang ada di lingkungan anak dalam mendisiplinkan anak, yaitu:


  1. Sabar dan percaya diri
  2. Tenang
  3. Memilih waktu yang tepat
  4. Konsisten
  5. Memberikan contoh dan penjelasan
  6. Tidak mudah menyerah
  7. Menghindari melakukan kekerasan


Ketujuh cara itu nampaknya mudah dituliskan, tapi sulit dilakukan apabila orang tua, guru dan orang dewasa di lingkungan masyarakat tidak Ikhlas melepaskan egonya.

Namun, alih-alih  mengeluh tentang sulitnya mendisiplinkan anak maka sebaiknya, mari membayangkan jika anak kita sudah beranjak dewasa, lalu jawablah pertanyaan yang diberikan oleh ibu Ola.


“Jika anak Anda sudah beranjak dewasa, karakter seperti apa yang ingin Anda lihat dari anak? Bentuk hubungan seperti apa yang Anda inginkan?”


Pasti jawaban kita semua sama. 

Kita mau anak kita memiliki karakter yang positif, tidak mudah putus asa, tidak cengeng, dan hal positif lainnya.

Kita mau memiliki hubungan yang berkualitas, hangat, dan penuh  kasih sayang yang tulus.

Untuk mendapatkan semua itu, tentu memerlukan perjuangan yang konsisten, kesabaran yang ekstra, dan ilmu pengasuhan yang mumpuni.

Maka marilah belajar bersama agar bertumbuh bersama  demi mendapatkan anak yang berkualitas dan generasi penerus bangsa yang berkualitas pula.

Ibu Ola menutup sesi satu dengan mengutip kalimat bijak dalam novel Guru Aini karya Andrea Hirata.


“Guru terbaik adalah guru yang tak kenal lelah mencari cara agar muridnya mengerti.” 


Sebagai penutup dari tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ola Z. Pontoh ,S.Psi.,M.Psi atas pemaparannya yang sangat baik dan mengedukasi.

Semoga peserta dan terutama saya dapat mengambil ibrah dari seminar ini. Terima kasih juga kepada bunda PAUD Makassar atas pembelajaran melalui seminar parenting ini.

Insya Allah tulisan berikutnya mengenai pemaparan yang disampaikan oleh narasumber kedua di sesi 2. 


Seminar Parenting; www.mardanurdin.com
Sumber foto: dokumen Dawiah



Makassar, 18 September 2025

Salam dari saya


Dawiah

Read More

Menulis Akan Membuat Otakku Baik-Baik Saja

Tuesday, September 16, 2025



 


 

21. 50

 

Saya melihat jam dinding masih berada di angka 21.50 artinya masih ada waktu sekitar 1 jam lebih 10 menit untuk menyelesaikan tulisan ini. Sesuai alarm yang saya setel untuk jam tidur saya, paling lambat jam 23.00 sudah harus tidur dan memaksa mata dan pikiran terlelap.

 

Saya merasa harus menuliskan ini karena selama dua pekan ini kepala saya dipenuhi berbagai macam pikiran yang berlarian di kepala. Berisik sekali.

Ide bertumpuk- tumpuk, tapi tak mampu dieksekusi.

 

Alasannya selalu tentang waktu yang tidak bisa diatur. Padahal mana mau itu waktu diatur, adanya kita yang harus mengatur diri, mengatur aktivitas agar bisa seiring dan sejalan dengan waktu yang produktif. 

 

Kali ini saya tidak mau menulis tentang kegelisahan diri karena sudah cukup lama tak menulis apalagi menulis panjang di blogku ini. 

Tidak Mau!

Titik!

 

Sudah terlalu sering saya curhat tentang itu. Tidak percaya? Coba saja berselancar di blog ini, ada berapa banyak curhatan saya tentang tidak produktifnya saya menyelesaikan tulisan dengan berbagai macam alasan. 

Ada yang curhat berbalut motivasi diri, ada curhat berkamuflase tips agar tidak burnout ada juga cara menghalau agar tidak kena writer’s block, dan sebagainya.

 

Setelah saya pikir-pikir dan merenungi lebih dalam lagi, di dalam diri saya itu, tidak ada burnout, tidak ada writer’s block. Adanya saya MALAS saja. 

Bermalas-malasan di kamar sambil scroll-scroll media sosial sampai mata lelah. 

Beuuhhh!

 

 

Apakah Berhenti di Tengah Jalan?

 

 

Mungkinkah terpaksa menyerah mengikuti tantangan menulis di facebook?

 

Sebenarnya sejak awal saya ragu mengikuti tantangan menulis selama 66 hari di grup Nulis Aja Dulu (NAD), tetapi tantangan itu bertajuk 66 Hari Terpaksa Menulis, artinya peserta memang wajib memaksakan diri untuk menulis selama 66 hari. 


Syarat untuk mengikuti tantangan ini sangat mudah, tidak terikat pada jumlah kata, jenis dan tema tulisan. Bebas saja. Mau fiksi atau non fiksi, tulis puisi pun bisa yang mungkin hanya tiga baris dengan jumlah kata kurang dari 20 kata yang penting targetnya menulis selama 66 hari selama tiga bulan.  

Namun, tulisan itu  harus tetap memperhatikan kelayakannya. Mengingat tulisan yang ditulis di platform dimana semua orang bebas membacanya, maka sangat penting memperhatikan ketentuan dan kaidah penulisan.

 

Dihitung-hitung, 66 hari selama tiga bulan, itu artinya hanya menulis 22 tulisan setiap bulan dari bulan Agustus sampai bulan Oktober. 

 

Hanya...?

 

Kenyataannya, hari ini sudah hari ke-42 dan saya baru berada di hari ke-12. Astagaaa sudah ketinggalan 30 hari. Ternyata menulis 22 tulisan dalam sebulan, tidak segampang itu, Esmeralda!


Namun, ini baru pertengahan bulan September, berarti masih ada waktu sekitar 45 hari lagi. Bisakah saya menaklukkan tantangan itu?

Atau saya mundur saja?

 

Ah, saya galau, kawan. 

 

 

Tantangan di KLIP

 

 

Nah, satu lagi nih tantangan menulis yang saya ambil. Tantangan menulis  ini sudah 4 tahun saya ikuti. Alhamdulillah, ini sudah tahun keempat dan di tahun ini saya berhasil menaklukkan tantangan menulis di sesi 1 dan sesi 2 dan saat ini memasuki sesi ketiga. 


Sesi 1 dari bulan Januari – April dan Sesi 2 (Mei – Agustus) saya lolos dengan perolehan You’re Good. Walaupun masih berada di peringkat rendah, tapi saya bersyukur karena masih tetap di KLIP ini.


Nah, di sesi ketiga ini, saya mulai was-was. Sudah memasuki pertengahan bulan September dan saya baru menyetorkan SATU tulisan sedangkan untuk menaklukkan tantangan dalam perbulan itu, hanya dituntut menyetorkan 10 saja tulisan.

Link setorannya pun bebas pakai platform apa saja. Dari blog, media sosial (Facebook, Instagram, X, Thread) bahkan di Google dokumen pun bisa.

 

Segampang itu tantangan di KLIP ini sebenarnya. 

 

 

Mengapa Mengikuti Tantangan Menulis?

 


Lagi-lagi ini pertanyaan yang sering ditanyakan oleh orang-orang. Kenapa sih menyiksa diri mengikuti tantangan ini-itu, sana-sini, dsb?

Kenapa ya?


Saya juga sering bertanya kepada rumput yang tak lagi bergoyang, hahaha.

Namun, saya menemukan jawabannya sendiri, bahwa kalau tak ditantang, saya suka bermalas-malasan dan membiarkan pikiran saya melanglang buana tanpa batas atau bahkan terdiam dan tidak melakukan apa-apa.

 

Padahal menurut psikolog, membiarkan otak kita tak berpikir dan tidak menstimulasinya maka pendar-pendar sel syaraf cenderung diam dan tidur bahkan mati.

Bayangkan kalau otak kita mati. 

 

Disclaimer:

 

“Cara menstimulasi otak setiap orang itu berbeda-beda yah. Ada yang menstimulasi otaknya dengan memasak, misalnya mencoba resep-resep baru. Ada dengan menjahit dengan mencoba membuat pola baju, pola rok atau membuat keterampilan lain. Ada juga yang membaca buku, membuat konten di berbagai platform digital, dan masih banyak lagi.”

 

Untuk saya pribadi, menulis adalah salah satu cara saya mempekerjakan otak agar tidak diam dan tidur. 

 

Nah, mengikuti tantangan menulis menurut hemat saya adalah jalan pintas dalam memaksa otak saya bekerja. 



23. 35

 

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 23.35, sudah lewat 30 menit dari jam tidur saya. Sudah waktunya saya mengakhiri tulisan ini. 

 

Saya menutupnya dengan kalimat, Menulis Akan Membuat Otakku Baik-Baik Saja.”

 



Menulis Akan Membuat Otakku Baik-Baik Saja _ www.mardanurdin.com
Sumber: dokumen Dawiah




Makassar, 16 september 2025

Salam dari saya

 


Dawiah

Read More

Amanah Baru

Monday, August 4, 2025





 

Pada dasarnya, tidak ada orang yang betul-betul pensiun jika kata pensiun diartikan sebagai orang yang berhenti bekerja. Namun, jika kata pensiun yang diartikan dalam KBBI adalah tidak bekerja lagi karena masa tugasnya sudah selesai.

Maka dengan terpaksa, bisalah saya disebut sebagai pensiunan. 

Apakah saya betul-betul sudah pensiun? 

 

Amanah Baru

 

Pagi itu saya bergegas bangun dari bermalas-malasan saat salat subuh tunai dijalankan. Beranjak ke kamar mandi yang jarang sekali saya datangi pagi-pagi, sejak masa persiapan pensiun tiba. Masa persiapan pensiun versi saya adalah  libur akhir  semester ganjil di bulan Desember, di mana saya akan benar-benar pensiun pada bulan Januari. 

 

Saya memaksakan diri mandi pagi sekali, karena ini adalah hari pertama saya menjalankan amanah baru yang kerjanya sama dengan profesi saya sebelumnya, yaitu guru.

Jika sebelumnya, selama kurang lebih 40 tahun, saya menjalani profesi sebagai guru SMP maka tahun ini, naik dua peringkat. 

 

Saya memasuki sekolah dengan hati penuh sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Saya berusaha mengembalikan ingatan pada situasi yang hampir sama ketika belum pensiun, tapi keadaannya sangat jauh berbeda.

 

Dinding ruangan sekolah ini penuh warna yang didominasi warna hijau, media pembelajaran berupa huruf Hijaiah  yang terbuat dari karton dan kertas minyak tertempel manis di sana. Di dekat jendela kaca berderat botol-botol plastik berisi cairan yang berwarna-warni lalu ada kursi-kursi mungil yang tertata rapi di sekeliling meja yang lagi-lagi penuh warna.

 

Seorang gadis kecil menyapa ramah.

“Ibu, guru baru saya yah?”

Kujawab dengan senyuman dan anggukan, takjub melihat wajah-wajah mungil mereka, senyum semringah tanpa beban dan dosa. 

 

Ibu Aminah, perempuan yang hampir seumuran dengan saya, mungkin usianya hanya terpaut  5 tahun dengan usia saya, ikut menyapa dengan senyum yang tak kalah semringahnya.

 

“Selamat datang, ibu kepsek.” 

“He..he..he..” Saya merangkul bahu dan  keresahannya. 

 

Mungkin baru kali ini dia mengalami pergantian pimpinan sebelum masa periode pimpinan berakhir.  Ada banyak hal yang membuat pimpinan persyarikatan mengambil keputusan itu, termasuk memilih saya untuk menggantikan dan bertanggung jawab memulihkan keadaan agar kembali normal bahkan diharapkan menjadi lebih baik. 

Bismillah saja. 

 

Hari berikutnya adalah hari-hari penuh keceriaan dan kegembiraan. Soal adanya anak yang bermasalah, bagi kami itu bukan masalah yang berat, sebab sejak anak itu dititipkan di sekolah, kami sudah tahu tentang keistimewaannya. 

 

Menjalankan AMANAH ini bukan sekadar mengisi waktu luang, sebab ternyata banyak sekali pekerjaan yang mesti saya lakukan, dan yang paling menguras energi, adalah belajar mendidik anak-anak mungil titipan orang tuanya. 

 

Sangat berbeda dengan mengajar dan mendidik anak yang sudah beranjak remaja, di mana kepribadian mereka sudah terbentuk dan hampir sempurna. 

Sedangkan anak-anak yang diamanahkan di sekolah ini, adalah anak yang masih berada di tahap-tahap akhir pada periode emas. 

 

Ini adalah hal baru sekaligus pengalaman yang berulang dari mengajar, mendidik, dan mendampingi anak-anak saya sendiri puluhan tahun silam. 

Saya boleh bilang kepada diri sendiri.

“Saya belum pensiun dari profesi yang saya cintai sejak dahulu.”


Baca juga:


Aisyiyah Peduli Lingkungan


Kegiatan Aisyiyah Makassar



Amanah Baru/www.mardanurdin.com
Dokumen Dawiah




Makassar, 4 Agustus 2025


Dawiah

 

 

Read More

'Aisyiyah Peduli Lingkungan Melalui Pelatihan Pengelolaan Sampah; Pembuatan Ecobrick

Friday, July 18, 2025



Aisyiyah peduli lingkungan


Read More

Kegiatan ‘Aisyiyah Kota Makassar

Sunday, July 13, 2025




Semalam ketika saya menyetorkan tulisan di form setoran harian KLIP, saya melihat satu kalimat penyemangat pada akhir form, yaitu:

 

“Kamu hebat sudah menaklukkan tantangan menulis hari ini.”

 

Hm, manis sekali dan sangat menghargai usaha penulis dan penyetor tulisan. Seakan mengisyaratkan, bahwa memang menulis konsisten itu adalah tantangan yang sulit ditaklukkan, makanya kalau sudah berhasil menulis hari itu, artinya penulis telah menaklukkan diri sendiri, menaklukkan kemalasan dan kebuntuan pada dirinya.

 

Freewriting yang saya setorkan semalam itu, saya tulis usai menghadiri rapat daerah ‘Aisyiyah Kota Makassar, lalu tulisan pun berlanjut pada dua paragraph di atas. Niatnya, saya mau menyelesaikan tulisan itu esok pagi, kenyataannya menjelang malam barulah ada kesempatan membuka laptop dan menulis.

 

Serupa dengan konsisten menulis, mengikuti kegiatan di Aisyiyah  juga membutuhkan komitmen dan istiqamah  sesuai dengan amanah yang telah diterima pada awal menyetujui hasil Keputusan musyawarah.  


 

Serba-Serbi Ber‘Aisyiyah


 

Aktif di Muhammadiyah adalah pilihan hati saya sejak SMP, sejak saya mengenal ortom Muhammadiyah, yaitu Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) pada tahun 1979. 

 

Keaktifan saya sempat terhenti selama kurang lebih 7 tahun, saat saya terangkat menjadi guru ASN di daerah yang cukup terpencil saat itu. 

Tujuh tahun kemudian, saya dan keluarga kecil saya saat itu berhasil pindah di kota pada tahun 1993. Saya bukan hanya pindah melainkan pulang dan kembali ke rumah orang tua saya yang otomatis jiwa ke Muhammadiyahan saya pun kembali menggelora.

 

Berhubung saya bukan lagi pelajar, maka tidak mungkin aktif lagi di IPM dan jalan terbaik adalah bergabung di ‘Aisyiyah yang dahulu kami sebut sebagai ibunda.

Yah, tahun itu saya resmi menjadi “ibunda-nya” anak-anak IPM, Pemuda Muhammadiyah dan Nasiyatul Aisyiyah.

 

Entah Musycab keberapa saat itu, saya dipilih menjadi salah seorang pengurus ‘Aisyiyah Cabang Ujung Tanah, Makassar dan sejak hari itu, saya tidak pernah “kemana-mana” lagi.

 

Walaupun pada waktu itu, saya belum bisa aktif sepenuhnya karena masih memiliki tanggung jawab sebagai ibu, istri dan ASN, tetapi saya tidak pernah meninggalkannya. 

 

Semakin tak punya alasan mengabaikan amanah itu ketika masa pensiun saya tiba. Dimulai pada Januari tahun ini, saya merasa lebih terpanggil dan semakin fokus menjalankan amanah tersebut.



 

Rapat Rutin 'Aisyiyah Makassar
Sumber foto: dokumen Dawiah



Salah satu kegiatan rutin yang wajib dihadiri oleh pengurus cabang adalah rapat daerah yang dilaksanakan sekali sebulan. 

 

Di mana setiap rapat selalu ada program kerja daerah yang dibicarakan, direncanakan atau laporan pertanggungjawaban atas kegiatan yang telah terlaksana sebelumnya.

 

Demikian pula rapat bulanan, Sabtu kemarin. Ada empat hal yang dibahas, yaitu: 

 

Pertama

Pelaksanaan Musyawarah Pimpinan Cabang (Musypimcab) harus dilaksanakan oleh setiap cabang paling lambat pada bulan Agustus 2025 diikuti dengan  penjelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan Musypimcab tersebut.

 

Kedua

Kegiatan Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah (SWA).

 

Ketiga

Tindak lanjut Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik yang telah dilaksanakan bulan Juni 2025. 

 

Keempat

Rencana pelaksanaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ‘Aisyiyah (PKBM). 

 

 

Saya fokus pada Keputusan rapat tentang tindak lanjut kegiatan Pelatihan Pengelolaan Sampah organik yang telah dilaksanakan pada 18 Juni 2025 lalu, karena kebetulan, saya ikut pelatihan mewakili cabang Ujung Tanah.

 

Bahwa, ada beberapa poin yang mesti dilaksanakan secara berkesinambungan dan konsisten, yaitu:

 

Setiap cabang membuat bank sampah. Untuk hal ini, saya masih belum mengerti bagaimana prosedurnya. 

 

Lalu ada pula himbauan yang bersifat keharusan, bahwa setiap sekolah di lingkungan sekolah ‘Aisyiyah menyediakan tempat sampah organik dan non organik. 

 

Dan yang terakhir adalah himbauan untuk meminimalis sampah setiap ada  kegiatan yang dilaksanakan oleh ‘Aisyiyah cabang, sebagai bentuk peduli pada lingkungan yang bersih dan sehat.

 

Misalnya, pengadaan konsumsi pada acara pengajian cabang atau kegiatan lain, mengupayakan untuk tidak menggunakan bahan plastik dan styrofoam. 

 

"Tentang EPS ini, umumnya masyarakat menyebutnya Styrofoam, padahal itu keliru. 


Tentang hal ini, pun akan saya tulis nanti, tetapi harus meriset lebih dalam terlebih dahulu.

 

Setiap anggota dan pengurus ‘Aisyiyah membawa tempat air minum manakala menghadiri acara-acara Aisyiyah  dengan harapan meminimasli penggunaan air mineral berwadah plastik. 

 

Apa saja yang dipelajari pada kegiatan Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik itu? Insya Allah akan saya tulis nanti pada postingan berikutnya.



 

Makassar, 13 Juli 2025

 

Dawiah

 

 

Read More

FREEWRITING

Saturday, July 12, 2025




Memasuki sesi 2 pada tantangan menulis di KLIP, penyakit malas menatap  laptop semakin menjadi-jadi, sekalipun setoran tulisan di Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) masih aman, dapat badge You’re Good, badge terendah di rapor klip. Artinya, saya masih bisa menyetor 10 tulisan dalam sebulan dengan menulis di gawai.

 

Bulan pertama di sesi 2, yakni bulan Mei hanya berhasil menulis 7767 kata dengan rata-rata kata setiap setoran adalah 777 sedangkan di bulan Juni hanya bisa menulis 7109 kata dengan jumlah kata rata-rata 711 untuk 10 setoran. 

Beda sekali pada bulan pertama di sesi 1 di mana pada bulan Februari saya mendapatkan badge “You’er Excellent dengan jumlah kata 25591, kemudian terus menurun mulai bulan Maret hingga bulan Juni.

 

Nah, hari ini 12 Juli 2025, saya berusaha menghalau rasa malas itu dan kembali menyapa laptop kesayangan dengan mencoba membangun kembali chemistry yang pernah terjalin sangat erat antara saya dan si MacBook ini. Semoga bisa konsisten. 

 

Ada banyak draf tulisan di notes gawai saya, juga di folder “NUN” di laptop yang seakan mati suri di sana. Pikirku, menyelesaikan draf-draf itu sajalah, kan tinggal menulis ulang, mengembangkan ide-ide dan seterusnya. Ah, gampanglah itu.

 

Ternyata tidak semudah itu, Esmeralda. 

Buka draf ini, buntu. Buka draf lainnya, malas, ide mampet. Mencoba mengklik draf satunya lagi, tidak klik. Akhirnya saya tutup folder draf itu. 

Saya mencoba menyusun outline di mana idenya sudah hampir membusuk di kepala, berengsek!

Sama saja.

 

Maka di sinilah saya sekarang. Mengeluhkan ide yang mampet, menorehkan kekesalan atas semua kebuntuan itu dan menulis terus tanpa arah.  

Kalau tidak salah, menulis seperti ini oleh para ahli disebutnya freewriting atau menulis bebas.

Kalau menurutku, menulis seperti ini adalah menulis tanpa arah yang jelas atau menulis random. 

 

Yah, tidak apa-apa, Dawiah. Setidaknya kamu mencoba membangun hubungan lagi dengan laptopmu kan? Kataku mencoba membujuk diri sendiri, heuuu. 


Tidak perlu juga mencari biang keladinya apa lagi menyalahkan kegiatan offline yang memang cukup dinamis akhir-akhir ini, toh selalu ada waktu luang untuk menulis, kamunya saja yang tidak bisa menangkap peluang itu, Dawiah.

 

Alih-alih membuka laptop, kamu malah sibuk menggulirkan jari-jarimu di media sosial. Ketemu resep makanan, salin link lalu kirim ke wa, dengan harapan, suatu saat akan dipraktikkan.

Ketemu qouts bagus, simpan, atau salin buat jadi pengingat nanti, dan seterusnya hingga lupa kalau waktu terus berjalan tanpa berhenti walau sejenak. 

 

Demikian batin saya mengomeli kebodohan diri. Ayoo, bangkitlah, ingat usiamu makin banyak. Masa iya, kamu tidak bisa berjuang mencapai cita-citamu menulis minimal satu buku solo lagi sebelum harapan itu dihentikan oleh waktu.

Eh, malah lari ke nulis buku sih.

Lah, nulis santai saja di blog masih tersendat apalagi menulis buku, hahaha. 

 

Mari menertawakan diri sendiri sebelum sang waktu datang menertawakan sambil menjulurkan lidah, mengejek dengan sangat keras.

Saya akhiri dengan memuji diri, bahwa setidaknya, saya sudah menulis bebas dan berharap, semoga tulisan bebas ini bisa menjadi awal kebangkitan saya menulis lagi.

Doakan yah. 

 

Makassar, 12 Juli 2025

 

 

Read More

ASUS Vivobook S14: Desain Elegan, Performa Andal, Siap Temani Aktivitas Padatmu

Wednesday, May 21, 2025

 



 





Saat sekolah TK tempat saya mengabdi membutuhkan laptop untuk registrasi ulang dapodiknya, saya meminjami laptop ASUS lama milik saya kepada operator untuk digunakan. Sekalipun laptop itu termasuk ASUS keluaran lama, lupa tahun berapa karena begitu lamanya, tapi masih bagus dan masih bisa dipakai. 

 

Nah, itulah salah satu kelebihan laptop ASUS, awet pakainya.

Bagaimana kalau pakai yang terbaru? Pasti makin mantap, kan? ASUS lama saja masih bisa dipakai untuk menjalankan beberapa aplikasi apalagi kalau pakai ASUS keluaran terbaru dengan teknologi terbaru, pasti makin mantap kan? 

 

Kalau begitu, mari berkenalan dengan produk terbaru ASUS dengan 45+ TOPS NPU Advance.


 

ASUS 45+TOPS NPU 


 

Di acara Media & Blogger Gathering kemarin di The Rinra Hotel Makassar, ASUS memperkenalkan beberapa laptop keluaran terbarunya dengan teknologi NPU dengan kemampuan hingga 13 TOPS sehingga bisa menunjang performa AI premium.

 

Neural Processing Uni (NPU) merupakan bagian dari prosesor yang diciptakan untuk memproses AI secara lebih powerful sekaligus efisien. NPU meningkatkan performa aplikasi dan sistemnya terintegrasi. 

 

Tanpa NPU, sebenarnya aplikasi AI masih bisa dijalankan, tapi lambat dan boros. Jadi kalau ada yang cepat dan tidak boros, kenapa mesti pakai yang boros dan lambat. Iya, kan?

 

45+ TOPS atau Tera Operation per Second merupakan standar minimum yang dibutuhkan untuk pemrosesan AI real-time. Dibutuhkan juga untuk menjalankan generative AI dan agar NPU berjalan lebih efisien. 

 

Kesimpulannya, NPU pada laptop mampu menjalankan aplikasi yang berbasis AI lebih mumpuni dibandingkan dengan laptop yang belum mengaplikasikan teknologi NPU. 

Bagaimana dengan ASUS Vivobook S14 S3407CA? Inilah berbagai kelebihannya. 

 

 

Vivobook S14 Berbasis AI 

 

 

Di masa depan, kebutuhan kita akan teknologi AI sepertinya semakin tinggi mengingat hampir semua aktivitas kita sehari-hari tak bisa lepas dari teknologi digital. Karena itu, kita membutuhkan alat yang lebih canggih untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

 

Laptop, misalnya. Kita membutuhkan laptop dengan prosesor bertenaga kuat yang mumpuni dengan kecepatan tinggi agar aktivitas mobile kita tidak terhambat karena leletnya suatu perangkat.

 

Vivobook S14  menjadi pilihan yang cerdas buat siapa saja yang bekerja di dunia digital yang serba cepat ini. Mengapa?  

 

Vivobook S14  sudah diperkuat dengan prosesor bertenaga Intel® Core™ Ultra 7 Processor 255H dengan 16 core dan 16 thread hingga berkecepatan 5,1GHz juga sudah dilengkapi dengan Intel® Graphics serta Intel® AI Boost NPU dengan kemampuan hingga 13TOPS.

 

Bagi pekerja kreatif, para pendidik yang membutuhkan aplikasi AI untuk berbagai keperluan pembelajarannya, bahkan ibu rumah tangga yang ngeblog seperti saya, kehadiran Vivobook S14  dengan 13TOPS akan sangat membantu karena kecepatan respon dan efisiensinya.

 

 

Memiliki Performance Premium

 




 

Kelebihan dari Vivobook S14 ini adalah bisa digunakan dalam waktu lama, karena memiliki sistem pendingin khusus yang dirancang untuk menjaga suhu perangkat tetap stabil, sehingga performa laptop tetap optimal meski digunakan dalam waktu lama.

 

Bagi saya yang kadang lupa waktu saat berada di depan laptop, sistem pendingin ini sangat saya perlukan. Kalau suhu naik terus maka performa laptop bisa turun dengan cepat. 

 

 

Memenuhi Kebutuhan Multitasking

 


Ada yang sering mengerjakan tugas kantor atau tugas kuliah sambil dengar lagu, cari referensi, bahkan sesekali ngintip media sosial? Hayo, ngaku.


Eits, jangan panik, sebab Vivobook S14 ini dapat memenuhi ke-multitasking-an kamu tanpa rasa bersalah.

 

Memiliki memori  dan penyimpanan berkecepatan tinggi akan memastikan efisiensi daya dan responsivitas untuk kebutuhan multitasking. Apalagi  Vivobook S14  menyediakan RAM DDR5 sebesar 16GB yang bisa di-upgrade lebih lanjut.  

 

 

Daya Tahan Baterai Mumpuni dan Fleksibel


Buat kamu yang suka ke café kerjakan tugas  kantor atau sekadar menulis artikel, kamu bisa berlama-lama di café tanpa rempong membawa charger karena  Vivobook S14 memiliki daya tahan baterai hingga lebih dari 12 jam. 

 

Makin fleksibel dengan adanya fitur USB-C® Easy Charge yang memungkinkan pengisian daya menggunakan adaptor standar maupun power bank, kayak smartphone yah. 

Bahkan jika kedua perangkatmu dalam keadaan penuh tidak perlu membawa charger sama sekali. Ini asli keren.

 

Ada lagi nih yang bikin Vivobook S14 pantas dimiliki, yaitu penggunanya dapat bekerja dalam satu ekosistem yang saling terhubung karena dilengkapi berbagai fitur konektivitas modern seperti:

 

  • 2x USB4®
  • HDMI®
  • WiFi 6E 

 

Jadi, kamu bisa transfer data sekaligus colok perangkat tambahan. dan koneksi internet tetap cepat dan stabil. Makin menawan dengan Kehadiran teknologi Microsoft Phone Link turut memberikan kemudahan dalam mengintegrasikan laptop dengan smartphone dan perangkat lainnya. 


 

Menunjang Mobilitasmu yang Tinggi



Bagi kamu yang suka kemana-mana bawa laptop, karena suka pindah-pindah kerja, Vivobook S14 adalah pilihan cerdas. Bobotnya hanya sekitar 1,4kg dengan ketebalan mulai dari 1,59 cm. Jadi, pundak kamu aman dari beratnya beban tentengan kemana-mana.

 

Walau tipis dan ringan, tetapi tangguh karena menggunakan bodi dual-metal chassis yang kokoh dan telah mengantongi sertifikasi ketahanan US Military Grade Durability (MIL-STD-810H). 

 

Ini membuktikan bahwa Vivobook S14 mampu bertahan dalam berbagai kondisi ekstrem dan penggunaan jangka panjang serta dapat menunjang mobiltasmu yang tinggi.

 

 

Perlindungan Premium


 

Selain fisiknya yang unggul, pengguna Vivobook S14 juga mendapatkan perlindungan dalam bentuk layanan purna jual. Dapat garansi internasional selama 3 tahun.

Wow banget, kan. 

 

Garansi itu bisa diklaim di 114 negara tanpa dikenakan biaya servis maupun penggantian spare-part.  

 

Ada lagi nih, ASUS juga menyertakan program perlindungan ekstra bernama ASUS VIP Perfect Warranty. Program ini memberikan jaminan penggantian komponen atas kerusakan akibat kelalaian pengguna di tahun pertama pemakaian. 

 

Lewat perlindungan menyeluruh baik dari sisi desain maupun layanan, Vivobook S14 menjadi pilihan tepat bagi kamu yang membutuhkan laptop tangguh dan siap menemani aktivitas di mana saja.


 

Bonus


 

Saya katakan bonus, karena pengguna Vivobook S14 dapat tambahan bonus berupa langganan gratis layanan Microsoft 365 selama satu tahun, serta Office Home & Student 2024 seumur hidup. 

 

Yah, kamu tidak salah. 

Seumur hidup! Harapan yang sama untuk setiap pasangan, bisa terus bersama, seumur hidup.

 

***

 

Saya pikir Vivobook S14 S3407CA ini sangat pantas kamu miliki dengan segala kelebihan yang ditawarkannya. Hm, tiba-tiba saya punya masalah hidup, laptop Asusku yang lama itu serasa tak “berguna” lagi. 

 


 



 Makassar, 21 Mei 2025


Dawiah




Read More