Dampak Tulisan Bagi Pembaca

Thursday, May 8, 2025


 

 


Dampak Tulisan Bagi Pembaca


Baru saja saya mampir di saluran WA nya Tendi Murti. Beliau menulis begini, 

 

“Kalian pernah nulis sesuatu terus berdoa dalam hati, semoga tulisan ini ngasih manfaat buat pembacanya. Aamiin.” Pernah?

 

Lalu saya berpikir dan mengingat-ingat. Pernah tidak yah?

Ah, sepertinya saya tak pernah berdoa khusus seperti itu. Palingan berharap, semoga yang membaca curhatan saya ini terutama untuk orang yang secara tersamar saya tujukan kepadanya, mengerti dan setidaknya tahu diri, eh, wakwauuu. 

 

Namun, saya tersadar dengan pendapat beliau selanjutnya, bahwa:

 

“Tulisan yang kita tulis bukan hanya tentang cerita atau ilmu, tapi harapan yang kita utarakan dalam diam. Bukan Cuma kata, tapi doa yang kita sisipkan di dalamnya.” (Tendi Murti).

 

Kalau yang ini saya sependapat, karena setiap tulisan yang berhasil kita selesaikan lalu diabadikan di berbagai media, misalnya di berbagai platform atau bahkan yang tercetak sebagai buku fisik adalah himpunan dari pikiran-pikiran kita, manifestasi dari bacaan-bacaan kita, isi hati dan harapan yang muncul secara tersamar ataupun terang-terangan.

 

Seperti pada tulisan saya yang bertajuk “Rekomendasi Kegiatan Bagi Pensiunan.” Jika dibaca judul dan isinya jelas terlihat kalau itu adalah ajakan bagi para pensiunan untuk melakukan kegiatan yang baik dan berguna, padahal yang sebenarnya, itu adalah harapan untuk mengisi hari-hari dalam menjalani masa pensiun.

Lawak benar saya, hahaha.

 

Sama juga dengan tulisan ini, “Berjuang Melupakan Amarah” di situ ada doa dan harapan agar semua hal buruk yang berkaitan dengan marah terlupakan dan terhapus dari ingatan. 

Karena sesungguhnya, kemarahan, baik pada orang lain apalagi pada diri sendiri hanya merugikan diri sendiri sedangkan memaafkan lalu melupakan segala hal buruk merupakan cara merawat kesehatan jiwa. 

 

Jadi ketika kita menuliskannya sekalipun terkesan menuangkan curahan hati, pada dasarnya kita berdoa dan jika pembacanya merasakan manfaat lalu ikut mengamini maka doa-doa pun mengalir dari segala arah.

 

Maka benarlah apa kata Kang Tendi Murti, bahwa nulis itu cara paling sunyi namun paling tulus untuk mendoakan setiap orang.

 

Namun, tidak semua tulisan bisa memberi pengaruh baik bagi seseorang bisa saja memberi pengaruh buruk, tergantung pada isinya, konteksnya, dan bagaimana pembaca menafsirkannya. 

 

Berikut ini adalah contoh pengaruh buruk suatu tulisan:

 

Terjadi Diskriminasi atau Menyebarkan Kebencian


Tulisan yang mengandung ujaran kebencian, rasisme, atau seksisme dapat memicu konflik, memperkuat stereotip, dan merugikan kelompok tertentu.

 

Menyebabkan Stres atau Gangguan Mental


Tulisan yang manipulatif, negatif dan merendahkan bisa memicu perasaan rendah diri, kecemasan, bahkan depresi, terutama pada individu yang sedang rentan pada gangguan mental.

 

Terjadinya Disinformasi atau Penyebaran Hoaks


Tulisan yang menyesatkan atau berisi informasi palsu bisa membuat orang mengambil keputusan tidak baik, mempercayai hal yang salah, dan overthinkin.

 

Memicu Tindakan Ekstrem 


Tulisan propaganda dalam kasus ekstrem bisa mendorong seseorang melakukan kekerasan atau tindakan merugikan diri sendiri maupun orang lain.

 

Namun demikian, dampak yang ditimbulkan dari suatu tulisan bergantung pada kondisi psikologis, pengalaman hidup, dan tingkat literasi pembaca. Sebab tulisan yang sama bisa dianggap biasa oleh satu orang, tetapi menyakitkan bagi yang lain.

 

Setiap kata yang ditulis, bahasa yang digunakan dan pemilihan diksi akan menggambarkan intelektualitas penulisnya juga karakternya, karena tulisan adalah ucapan yang tertoreh.

 

Makassar, 8 Mei 2025

 

Dawiah

 

 

 

 

Post a Comment