Aliran Rasa; Memenuhi Panggilan KLIP

Sunday, December 3, 2023

 



Aliran Rasa ---  

Alhamdulillah, ini tahun ketiga saya menulis aliran rasa di Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP). Salah satu syarat lulus di KLIP itu adalah menyusun skripsi pada awal Desember sampai pertengahan Desember.

Skripsi KLIP, janganlah kalian berpikir berat tentang penyusunan skripsi ini, karena tidak perlu melakukan penelitian segala. Cukup mengumpulkan tulisan yang telah ditulis atau telah disetor di Kelas Literasi ibu Profesional selama sebelas bulan. 

Bisa juga menulis khusus untuk skripsi berupa tulisan baru yang belum pernah dimasukkan pada skripsi sebelumnya.

Tahun pertama bergabung di KLIP, saya membuat skripsi berjudul “Belajar Sepanjang Hayat” lalu pada tahun kedua saya beri judul “Jurnal 2022”  maka tahun ini masih seperti tema tahun 2022, tetapi berbeda judul. Skripsi tahun ini saya beri judul “Aksara Bermakna”


Judul ini saya ambil dari nama blog pertama saya yang hilang di dunia antah-berantah. Seingat saya, nama itu terinspirasi dari kata aksara yang berarti “ling sistem grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi” (KBBI).

Beraksara maknanya adalah mampu membaca dan menulis. Jadi bukan singkatan yah, jangan diplesetkan menjadi Akademi Sandi Negara (AKSARA) sekalipun itu benar, tetapi tidak sesuai dengan konteksnya.

Kemudian saya gandengkan dengan “bermakna” karena saya berharap setiap tulisan yang digoreskan dapat memberi makna atau memberi arti bagi siap saja yang membacanya, terutama buat saya agar menjadi pembelajaran di sepanjang hidup saya. Pelajaran untuk terus memperbaiki diri dari waktu ke waktu.

Tulisan-tulisan itu saya ambil dan edit ulang dari blog mardanurdin.com. Tidak banyak tulisan yang saya masukkan di skripsi itu, karena cukup sulit mencari benang merahnya antara satu tulisan ke tulisan lainnya.

Padahal sangat disarankan oleh pengurus KLIP untuk menulis tema yang sama.


Silahkan berkunjung ke link ini untuk membuka ebook Aksara Bermakna


Semakin sadar kalau saya memang se-random itu. Jangankan dalam berkegiatan, tulisan pun selalu random. 

Makanya tulisan yang terkumpul hanya 22237. Seandainya dari awal saya konsisten menulis dengan tema yang sama, bisa jadi jumlah katanya tiga kali lipat dari jumlah kata yang sekarang.

Namun, saya tetap selalu bersyukur kepada Ilahi Rabbi, karena ke Maha Penyayang-Nya lah, saya masih ada di dunia hingga saat ini. Masih sehat dan masih bisa menulis.

Walaupun terkadang muncul rasa tak puas atas beberapa ide yang raib begitu saja atau draf yang sudah lama sekali mangkrak. 

Ada tiga draf naskah novel yang butuh riset yang mendalam. Ada pula draf tulisan resep dari mama yang saya kumpulkan sejak saya pertama kali praktik memasak bersama beliau.

Ada banyak cerita bahagia yang kami rangkai bersama di balik dapur bahkan cerita itu terpatri saat bapak masih ada, tetapi ini memerlukan ketenangan dan kepasrahan jiwa untuk menggali semua kenangan itu.

Sebab terkadang kenangan sebahagia apa pun jika salah satu dari pemerannya sudah tiada maka akan menjadi kenangan sendu. Dan, saya butuh jiwa yang kuat untuk menghalau kesenduan itu.

Ah, pikiran saya mulai kemana-mana. 

Stop sampai di sini.

Mari fokus ke aliran rasa untuk kelas yang setia mengingatkan saya menulis dan menyetorkannya ke setoran KLIP.

Saya pernah berpikir untuk berhenti membebani diri dengan setoran tulisan. “Kenapa sih saya harus sekeras itu mengejar badge tidak ada cuannya juga?”

Untungnya di bawah alam sadar saya, masih terdengar suara murni dari sana, bahwa kebahagiaan itu tidak selalu tentang cuan, uang, materi, dan kebendaan lainnya. 

Meraih kepuasaan batin yang berujung pada kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda, dan alhamdulillah saya bahagia berenang dalam lautan huruf-huruf baik dengan membaca apalagi dengan menulis.

Tulisan-tulisan saya masih jauh dari sempurna, masih dalam tahap belajar setiap waktu, seperti:


Bagaimana meramu ide menjadi tulisan yang layak dibaca?

Bagaimana mengelola diksi yang ciamik yang menjadikan pembaca tidak akan meninggalkan tulisan sebelum tamat dibaca?

Bagaimana merangkai kata yang indah sehingga membuat pembaca jatuh cinta kepada saya, eh maaf, maksudnya jatuh hati pada tulisan saya.

Dan yang terpenting, bagaimana menyelesaikan draf-draf yang berseliweran dalam file di laptop saya agar utuh menjadi sebuah buku.

Yang terakhir itu adalah cita-cita dan harapan saya, setidaknya ada lagi buku solo karya saya dan tidak melulu buku antologi yang kabarnya, penulis buku antologi belum layak disebut penulis bahkan buku antologi belum layak dimasukkan sebagai portofolio kepenulisan. Sedih aku tuh sambil kibas jilbab dan tutup muka deh, wkwkwk.


Semoga saya masih diberi kesempatan sama Allah Subhanahu Wataala untuk berkarya hingga titik darah penghabisan dan hingga ajal menjemput. Amin.

Demikian aliran rasa ini saya tulis sebagai pelengkap setoran skripsi di kelas yang keren ini. 

Jayalah Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP), sehatkan pengurusnya yang tak lelah menyemangati peserta kelas untuk terus meramaikan dunia literasi. 


Makassar, 3 Desember 2023


Dawiah

1 comment

  1. Judul yang sangat pas. Tp memang sulit untuk mencari benang merah kalau non fiksi. Saya sendiri salut sama Teman2 yg non fiksi dan bisa runut nulis sampe 20k kata.
    Banyak sekali pelajaran yg dipetik setahun di KLIP.
    saya malah ga sanggup kejar badges. Asal lulus aja bagus 🙈

    ReplyDelete