AGAR SALAT KITA KHUSYUK

Tuesday, April 5, 2022



 

Agar salat kita khusyuk

Hari ini adalah hari ketiga di bulan Ramadan 1443 H bagi masyarakat Indonesia yang mengikuti perhitungan rukyat. Sedangkan bagi saya dan keluarga minus anak sulung dan anak kedua merupakan hari keempat Ramadan berdasarkan metode hisab. 

 

Di negara yang kita cintai ini, perbedaan penentuan tanggal 1 Ramadan sudah beberapa kali terjadi sehingga  tidak perlu lagi  didiskusikan apalagi diperdebatkan. Memilih metode rukyat atau metode hisab masing-masing memiliki dasar dan ilmunya. 

Biarlah itu menjadi urusan Allah Azza Wajallah.

 

Itulah sebabnya ketika dua orang anak dalam keluarga kami memilih perhitungan rukyat, bagi kami bukanlah masalah. Silahkan saja sesuai pilihan masing-masing selama itu tidak bertentangan dengan hukum agama Islam dan menyalahi aturan negara.

Yang bermasalah itu kalau ada yang tidak berpuasa padahal tidak dalam keadaan berhalangan, seperti haid, nifas ataupun sakit.

 

 

Baiklah, kita tinggalkan soal perbedaan itu. Mari kita menelisik diri sendiri tentang bagaimana keadaan jiwa, perasaan dan sikap kita dalam menyambut bulan suci ini.

 

 

Perhatikan Hati Kita

 

 

Pernahkah kalian merasakan salat tanpa perasaan?

Mulai dari takbir, ruku hinggga sujud lalu bangun dari sujud terus ruku lagi, sujud lagi dan tiba-tiba sudah menengok ke kanan dan ke kiri mengucapkan salam tanpa merasakan apa-apa?

 

Habis itu, buka mukena lalu melipat sajada dan berlalu begitu saja. Selesai.

Yap, kita sudah selesai menunaikan kewajiban sebagai umat Islam, melaksanakan salat tanpa meninggalkan kesan apapun.

 

Jujur, saya pernah melakukannya. Mungkin beberapa kali dan saya baru menyadarinya setelah beberapa saat kemudian.

 

Bahkan sejurus kemudian saya lupa, apakah telah melaksanakan salat atau belum. Kata ustaz, orang yang lupa pernah salat padahal sudah melaksanakannya atau merasa sudah padahal belum adalah salah satu tanda salatnya tak bermakna. Salatnya tanpa hati. 

 

Ya Allah, betapa ruginya saya.

 

Lalu teringat kebiasaan saya menonton drakor. Sebagai orang yang bukan pencinta drakor, tetapi penasaran untuk sekadar tahu jalan ceritanya maka saya memaksakan diri menonton. 

Karena terpaksa nonton, maka yang terjadi adalah timbulnya kebosanan dan agar tetap bisa dibilang menonton drakor maka saya skip-skip saja yang penting tamat dan tahu bagaimana  akhir ceritanya. 

 

Drakornya selesai dan memang nonton sampai tamat, tetapi kalau ditanya soal  jalan ceritanya maka sudah pasti jawabannya adalah tahu sedikit. 

Karakter para tokohnya?

Tahu sedikit.

Alurnya? Tahu sedikit.

Nama-nama tokohnya? Tahu sedikit.

Serba sedikit. Yaah, namanya juga penonton setengah hati.

Kalau ditanya, siapa saja nama pemainnya? Lupa. Haddeh!

 

Tentu ini sangat berbeda dengan pencinta drakor yang sesungguhnya. Menontonnya dengan segenap jiwa dan menghadirkan hati dan pikirannya di sana sehingga setiap dialog dalam drama itu dihapalnya hingga di luar kepala. 

Nama-nama tokohnyapun dengan mudah dihafal lengkap dengan karakter tiap tokohnya. Bahkan jika ada bagian cerita yang sangat berkesan itu bisa diulang-ulang, dinikmati dan dihayati benar-benar.

Mereka mendapatkan sensasi yang luar biasa. 

 

Sementara penonton drakor tanpa hati seperti saya, pastinya tak menemukan sensasi perasaan yang sama.

 

Salatpun demikian. 

Kita perlu menghadirkan hati sehingga setiap bacaan dan gerakan betul-betul dihayati agar menemukan kekhusyukan di dalamnya. Hadirkan hati saat salat agar nyampai ke hati. 

 

Salat itu gampang karena itu adalah rutinitas kita sebagai umat muslim yang susah itu adalah khusyuk. 

Salat dengan menghadirkan hati, penuh penyerahan dan kebulatan hati, sungguh- 

sungguh dan dengan merendahkan hati. 

Itu sungguh susah ya Rabb!


 

Bagaimana Caranya Khusyuk?

 


Khusyuk dalam salat adalah salat yang berkualitas. Bagaimana caranya agar bisa khusyuk dalam salat?

Dari beberapa kajian oleh para ulama dan para ustaz dijelaskan bahwa, jika dalam salatmu tidak menemukan rasa khusuyuk di dalamnya  alias salatmu tidak berkualiatas, maka perhatikanlah sikap-sikapmu di luar salat.

 

  • Orang yang habis berzina, tidak mungkin bisa khusyuk.
  • Orang yang selalu berbohong sangat sulit khusyuk.
  • Orang yang durhaka kepada orang tuanya, mustahil bisa khusyuk.
  • Habis ghibah, namimah apalagi melakukan fitnah tak akan bisa khusyuk.
  • Orang yang telah mencuri, mabuk-mabukan, berkelahi dipastikan tidak bisa khusyuk.

Selama melakukan maksiat sekecil apapun akan sulit mendapatkan khusyuk.

Sebaliknya, orang yang memperhatikan kualitas dirinya, menjaga sikapnya, perkataannya dan terus berusaha mengingat Allah di luar salat, maka dialah yang akan sukses memperbaiki kualitas salatnya.

 

Nasihat-nasihat itu sungguh bikin hati saya JLEB.

Ya Allah, sungguh saya adalah makhluk-Mu yang lemah. Jika bukan karena kekuatan-Mu maka pastilah saya tak bisa berdiri hingga kini.

 

Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 153).

 

“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk, dan ketika berbaring … “ (QS. An-Nisa’: 103).

 

Tulisan ini adalah sebagai pengingat buat saya pribadi. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan, mohon dimaafkan. Jika ada yang salah, mohon diberi krisannya.

 

Makassar, 3 atau 4 Ramadan 1443H/ 5 April 2022

 

Dawiah

5 comments

  1. Aku kalo sholat susah khusyunya 😭 semoga tipsnya bisa mempeebaiki kehusyuanku

    ReplyDelete
  2. Ya Allah ngena 😭 Betul sekali kalau shalat khusyuk itu sebenarnya adalah penghargaan untuk orang-orang yang selalu mengingatNya sepanjang waktu. Jazaakillahu khayr tulisannya kak. Semoga kita semua Allah beri petunjuk untuk mendapat kenikmatan ibadah terutama shalat.

    ReplyDelete
  3. Saya pernah itu, tadi udah Ashar atau belum ya?...
    Makasih remindernya, supaya lebih memperbaiki diri lagi...

    ReplyDelete
  4. Salatnya kalah sama urusan duniawi hiks. Ada aja urusan-urusan duniawi yang setia menarik perhatian kita dari salat. Padahal saat salat yang sedang kita hadapi adalah Sang Maha Raja.

    Mumpung lagi ramadan, yuk sama-sama kita perbaiki kualitas salat kita. Dari sebelum, selama dan setelah salat. Insya Allah dimudahkan.

    ReplyDelete
  5. saya kalau sholat kadang tdk khusyuk krn kadang bocah duduk depan sajadah atau naik ke atas punggung pada saat sujud, mohon maf lahir bathin bu ajiku yg terkece di sekolah, hampirmi idul fitri cuma pak aji ji yg sering sy temui, semoga Allah memberi kesehatan buat pasangan ini yg sering bikin baper para jomblowwers (cop bukanji saya) salah dari kami sekeluarga Farida Rukman, salam dari Baby Zea.

    ReplyDelete