Bunga-Bunga Cinta

Monday, November 2, 2020

 


Siang itu suami tercinta cemberut melihat tanamannya yang layu dan kering karena sudah dua hari tak disiram. 

Sambil menggerutu ia mengambil air dan mulai menyirami tanamannya.

"Kasihan kamu, tak ada yang memperhatikan kecuali saya. Kelak di akhirat kamu tuntut tuan rumahmu yah. Jangan saya, karena cinta dan kasih sayangku selalu tercurah kepadamu."

Ha-ha-ha-ha …

Dia terus menyirami tanaman yang tumbuh bergerombol tak teratur. Satu pot diisi berbagai macam tanaman, bercampur antara bunga berbagai jenis dengan tanaman cabe, dan tanaman obat. Tanaman berbagai jenis itu seakan berlomba mengeluarkan pucuk-pucuk daunnya walau nampak sekarat.  

"Andai tuanmu punya kasih sayang, pasti kamu subur."

Siapa yang dia maksud tuan rumah?

Saya tak pernah sekalipun menanam tanaman itu. Memang sesekali saya memandanginya dan mengagumi keindahannya sekaligus menikmati kesejukan dari sepoi-sepoi angin yang mereka kirimkan melalui lambaian daun-daunnya. Sesekali saya menghirup oksigen hasil proses pernapasannya.

Hanya itu.

Tak sekalipun saya merasa menjadi tuan dari tanaman-tanaman itu. Beuh, kepada siapa ia arahkan omelannya.

Ah, sudahlah saya tak perduli.

Kembali ke dapur saja.

 

Kebosanan Mulai Melanda

 

Masa Pandemi yang tak tahu kapan berakhir ini, rasanya mulai menggerus ketentraman diri yang terlanjur merasa nyaman berada sepanjang hari di rumah. 

Jujur saja, awalnya saya menikmati keadaan, saya mengajar dari rumah sambil mengerjakan banyak hal yang selama ini terbengkalai karena hampir setiap hari di sekolah. Banyak hal yang  saya lakukan dan juga pelajari selama masa pandemi ini, seperti:

Praktik membuat infografik yang dituntun oleh para youtuber yang tak pelit ilmu;

Mencoba resep-resep makanan, mungkin bagi yang biasa masak hanyalah resep sederhana, tapi bagi saya resep itu cukup sulit untuk dipraktikkan;

Menuntaskan membaca satu persatu buku yang selama ini sering sekali saya tinggalkan, baca satu dua halaman, beralih lagi ke buku lain. Ini jangan dicontoh ya.
Awesome! Saya berhasil menuntaskan satu buku dalam satu hingga dua pekan bahkan ada yang tuntas hanya dalam sehari.

Menata ulang perabotan rumah yang bertahun tak pernah bergeser dari tempatnya; 
Mengarahkan anak atas bantuan bapaknya untuk mengecat dinding rumah yang telah kusam, sekusam muka suami tersayang saat ngomel;

Menjahit perca kain yang selama ini saya sembunyikan di tempat yang jauh dari pantauan. Psst, ia paling terganggu melihat sisa-sisa kain seusai saya menggunting dan menjahit pakaian.

“Itu sampah, kenapa dipelihara?”  

“Jangan laloko buangki sisa-sisa kainnya mamamu, itu tongmi nanti warisannya untuk kalian.” Ha-ha-ha.

Saking seringnya bicara seperti itu, saya jadi hapal. Makanya setiap selesai menggunting, perca kain itu yang lebih dahulu saya bereskan. Masukkan ke kantong plastik lalu disembunyikan. Aman.

Tapi setelah melihat hasilnya, dia berkomentar. “Ada juga gunanya sisa-sisa kain itu di…”



Namun, semua itu tak berlangsung lama. Pada akhirnya kebosanan itu datang juga menyerang. Buku-buku di lemari sudah mulai terlihat membosankan, tidak ada buku baru. Mau membaca ebook atau di aplikasi-aplikasi membaca, mata tak sanggup.

Sebagian perca kain sudah saya amankan ke tempat sampah, bahkan kain yang sedianya akan saya jahit, kembali jadi penghuni kotak.

Bosan betul-betul telah melanda jiwa.

 

Agar Semesta Mendukungmu

 

“Ma … coba lihat tanaman ini, indah sekali!” Seru ayangbeb. Ia baru saja pulang dari masjid salat subuh.

“Ih, subuh-subuh sudah teriak-teriak, kenapaki?”

Sini maki, lihat baik-baik ini bungata, batena makkala-makkala sama kita.” Ah, ada-ada saja, mana ada bunga yang ketawa-ketawa.

Tapi demi menyenangkan hatinya, sayapun beranjak dan mulai memandangi satu persatu bunga-bunga yang ia sebut ketawa itu. Tak ada yang istimewa, biasa saja.

 

Subuh yang sejuk, sepulang dari masjid saya berdiri sejenak di depan rumah. Ia mengamati saya dengan senyum penuh arti, seakan ia mau berkata, “lihatlah tanaman-tanaman itu, mereka manis-manis kan?

Saya memandangi dengan saksama. Nampak merana. Daun-daunnya menguning, batangnya sedikit kering.

Eitss, tunggu dulu!

Ada satu tanaman yang sangat segar, daunnya berwarna ungu tua dan bunganya berwarna merah hati. Saya ingat, tanaman itu ia dipetik di halaman Puskesmas beberapa waktu lalu, katanya itu adalah obat ambien dan bisa melancarkan BAB. 

Sayapun pernah memanfaatkannya. Sebab apa? Ah, sudahlah you know lah ha-ha-ha.

“Kenapa tanaman ini tumbuh subur, sementara yang lainnya tidak?”

“Itu karena selalu dapat siraman kasih sayang.” Candanya. Satir juga kalimatnya.

Tanaman yang saya tidak tahu namanya itu kebetulan berada persis di bawah pipa saluran pembuangan air AC, sehingga ia selalu mendapatkan air tanpa perlu disiram.

Tiba-tiba mata saya tertuju pada bunga mawar  yang meranggas. Duri di batangnya sudah tumpul, daunnya menguning. Jangan membayangkan bunga Mawar  dengan kalimat sekuntum mawar merah yang kuberikan kepadamuuu…

Kalau diibaratkan hewan, mungkin dia singa ompong. Mawar tak berduri.

Lalu mata saya beralih ke bunga Sansivera, tumbuh bergerombol dalam satu pot plastik yang retak. Sebagian akarnya telah menembus celah pot yang retak.

Ada pula tanaman Kunyit Putih yang tumbuh di sela-sela rumput liar, tingginya sekitar 10 cm, daunnyapun mulai layu.

Sungguh memprihatinkan.

“Mereka bisa subur kembali kalau ada yang mau merawatnya dengan sepenuh hati.” ia menyentuh bahuku sembari berbisik.

“Jatuh hatilah kepada mereka maka merekapun akan menyayangimu.”

 

Bunga-Bunga Cinta

 

Siapakah orang yang paling bahagia saat saya mengutarakan keinginan merawat tanaman?

Horeee! Dia seakan bersorak. Tapi seperti biasanya, ia tak seekspresif saya. Namun, dari caranya menyambut niat saya itu sudah cukup melambungkan segala rasa dalam dada.

Iss..lebay ha-ha-ha.

Tidak tanggung-tanggung dia langsung membeli beberapa pot dan mengalihkan kegiatannya menyiram tanaman ke saya. Bahkan dengan sabar, ia mengingatkan kalau saya lagi sibuk dengan kerjaan lain.

“Ma’ nacariki bunga-bungata.” Kadang juga ia bilang begini.

Natanyaka bunga-bungata tadi, rinduki bede sama sentuhan tanganta.”

Sebagai orang yang baru menyukai kegiatan menanam, saya jadi tidak sabar. Inginnya melihat langsung tanaman itu tumbuh subur, daunnya rimbun, dan mengeluarkan bunga yang indah.

Karenanya, saya berniat langsung saja membeli tanaman yang sudah besar, angkut semua ke rumah, lalu pajang di teras dan di sekeliling rumah.

Tetapi beliau mengingatkan. “Pelan-pelan saja, nikmati prosesnya.”

“Cobalah menanam bibitnya dahulu kemudian setiap pagi atau sore kamu datangi dia, perhatikan perkembangannya. Pasti kamu akan menemukan sensasi kegembiraan yang tak terkira.”

Baiklah.

Sejak saat itu, saya memiliki kegiatan baru. Menyiram tanaman, berbicara dari hati ke mereka lalu menikmati kegembiraan saat satu dua pucuknya muncul. 

Melihat kesegaran hijaunya. Masya Allah!

Ah, rasanya bunga-bunga cinta bukan hanya tumbuh dalam  pot-pot di teras rumah, iapun tumbuh di sanubari kami.

Saya merasa dia semakin mencintai saya. Sama seperti tanaman dan bunga-bunga itu. Setiap pagi mereka menyambut dengan lambaian daunnya yang semakin menyegar dari hari ke hari.

Bunga-bunga cinta kami semakin segar sesegar daun-daun tanaman di halaman rumah kami.

Maka cinta dan kasih sayang kepada pasangan dapat selalu kita hadirkan, sekalipun kejenuhan kerap datang. Mungkin hanya dengan hal-hal kecil seperti yang saya lakukan. 

Berusaha menyukai apa yang dia sukai dan menyayangi apa yang ia sayangi. Kalaupun tak bisa, setidaknya menghargai dan membiarkan ia menikmati kesukaannya.

Asal bukan menyukai perempuan lain saja,  karena ini sama saja menabuh genderang perang. 

Eits, tetep ngancam, ha-ha-ha 


Sahabat bisa juga membaca tentang keluarga di sini

 

 

 

 

 

 

27 comments

  1. Saya juga ngalamin mb, akhirnya saya ngerjain sesuatu yang semestinya ga saya lakuin kalau situasi normal hahah saking gabut dan bosennya. Semoga segera berlalu ya kondisi seperti ini

    ReplyDelete
  2. Suamiku juga seneng nanem2.. pohon diguntingin tiap hari saking gabut dan suka ngerawat taneman. Aku bilang, "pohon dipotongin tiap hari yang ada bukan bagus, malah botak". Ahaha

    ReplyDelete
  3. Kecintaan suami akan tanaman berhasil ditularkan pada bunga cinta di rumahnya mba.
    Saat bunga dan pucuk daun bermunculan, begitu juga dgn bunga cinta berdua. Romantis lain dr pandemi :)

    ReplyDelete
  4. mertuaku mbak yang suka nanem, sampe banyak pohon buah2an hahaa sayangnya setelah mertua ga ada ga ada yang nerusin jadi aja nggak keurus dan mati semua :(

    ReplyDelete
  5. Pada akhirnya sebuah pasangan itu harus saling mengerti, memahami dan mengisi kekosongan ya mbak....walau pada awalnya perbedaan itu ada. Namun bila perbedaan itu terus dipupuk dengan kasih sayang niscaya kita bisa hidup bahagia bersama pasangan yang saling memahami. Seperti bunga cinta ini yang awalnya dipelihara oleh 1 orang akhirnya dua2nya merawat dan mrnyayanginya hingga tidak layu lagi....begitulah namanya kehidupan.

    ReplyDelete
  6. So sweet ya bunda. Selalu mendukung kesukaan suami ya bund. Sehat sehat terus bunda dan suami beserta keluarga.

    ReplyDelete
  7. Makkalak ka' di bagian ini

    “Natanyaka bunga-bungata tadi, rinduki bede sama sentuhan tanganta.”

    Hahaha .... masya Allah ... bunga-bunga makin menambah kemesraan ya, Kak. Jadi, ndak pernah mi layu ini tanaman ta'?

    ReplyDelete
  8. Di rumahku banyak sekali tanaman mba, tapi tetap saja aku belum bisa jatuh cinta pada mereka. Tanaman-tanaman cantik dan segar itu dipelihara oleh ibuku, yang kalau aku lupa menyiramnya pasti kena omelan hahahaa...

    ReplyDelete
  9. ya ampuun mba, so sweet banget yaaa berkat tanaman cinta suami istri makin tumbuh subur, suiiit suiiiit, hihihi aku ikutan gemes kebawa romansa kalian jadinya

    ReplyDelete
  10. Jadi inget suamiku, beli 5 pot anggrek lalu dengan sepenuh hati awal-awal dia rawat terus berakhir anggreknya mati hahaha akhirnya sekarang dirawat sama kakak ipar

    ReplyDelete
  11. Kebetulan kalau saya berkebun dan menanam itu emang profesi di rumah. Maklum di kampung. Jadi ada atau tidak ada pandemi, nanam dan ngurus tanaman emang sudah jadi kebiasaan saya. Hanya saat pandemi sekarang ini, perbedaannya jadi banyak teman dan tetangga yg pada minta bibit bunga. Hahaha

    ReplyDelete
  12. Kalau suamiku lain mba dia cuek aja saat saya ga terlalu ngurusin tanaman, tapi saat saya senang berkebun dia antusias membantu dan mendukung anter2 beli pot n tanaman hias, bantu mindahin anakan, sepertinya dia mah gimana saya aja hahaha....

    ReplyDelete
  13. Suamiku banget ini, suka ngurus tanaman. emang kalo tanaman dikasih perhatian lebih, dia jadi subur dan bagus tumbuhnya hihihi..

    ReplyDelete
  14. Aku pernah diprotes suami karna tanaman nggak disiram. Dan sama ya karna aku sendiri ngerasa kurang telaten sih. Tanaman jadi pelampiasan buat nggak mudah bosan sih ya mba

    ReplyDelete
  15. Saya juga baru setahun ini suka tanaman Mbak tapi ya itu tetap aja kurang telaten menyiram dan merawatnya

    ReplyDelete
  16. Maa syaa Allaah tulisaan so sweet banget Bunda. Saya baca postingan Bunga-Bunga Cinta ini aja sampai mengira yang nulis kayak yang baru pengatin baru aja... Benar-benar pasangan yang romantis. Dan yah keromantisan itu bisa dimunculkan dari hal yang sederhana ya Bund, seperti merawat tanaman :)

    ReplyDelete
  17. Menulis Bunga-Bunga Cinta membuka kembali memori dan bersyukur akan kehadiran pasangan yang saling melengkapi yaa, Bunda.
    Semoga cintanya senantiasa bersemi dan indah.

    ReplyDelete
  18. :) saya baca artikel ini senyam senyum sendiri, Kak.... Gemes gemes gimana gitu, baca berantem berantem romantisnya, sehat sehat selalu Kakak dan Abang ya.... :)

    ReplyDelete
  19. Aku belajar ngurus tanaman itu sama ibuk mba, tapi pas aku nanem sendiri nggak awet hahaha apalagi ini di rumah mertua banyak ayamnya. Jadilah nggak pernah menanan, keromantisannya kurang nggak sih eheheh yang penting bunga2 cinta terus mekar ya

    ReplyDelete
  20. Wkwkwkwk … aku ngakak pas bagian kain perca jadi warisan anak-anak nanti. Ya Allah, kok sama dengan kalimat suamiku yang tahu istrinya suka nyimpen kain perca atau benang rajut yang banyak namun tak kunjung selesai rajutannya. Benar bun, ada banyak cara yang bias dilakukan untuk senantiasa menumbuhkan kembali bunga cinta.

    ReplyDelete
  21. Pasangan idola,bisa jadi teladan buat kami-kami pasangan yang masih saja mempertentangkan banyak hal yang sebenarnya enggak pantas jadi bahan pertentangan.
    Fokus ke ini: berusaha menyukai apa yang dia sukai dan menyayangi apa yang ia sayangi. Kalaupun tak bisa, setidaknya menghargai dan membiarkan ia menikmati kesukaannya.
    Terima kasih sudah membagikan inspirasi Bunda
    Jangan lupa ingat siram tanamannya kwkw...kok hampir sama, suami saya dari dulu yang suka nanam tapi nitip nyiram hihi

    ReplyDelete
  22. Hihihi bunda bisa aja menuangkan ide dalam tulisan yang segar. BTW bun, selama pandemi aku jadi mahir nginem lho hahahaha. dari dapur sampe kasur, balik lagi ke dapur sambil melantai aku jago sekarang. Yagimana lagi, mau ngeluh juga nggak nyelesaiin masalah to... akhirnya kumenginem saja sambil ngedrakor. Aku ngga sanggup kalau harus membagi cinta lagi sama tanaman soalnya wkwkwk

    ReplyDelete
  23. Saya suka banget berkebun cuma kadang waktunya tumpang tindih hehee.. senang liat keromantisan bunda

    ReplyDelete
  24. Suami emang suka tanam-menanam sejak muda, terpengaruh Mamanya. Waktu pedekate, saya dikasih bunga gladiol merah, hasil kebun sendiri. Apa cobak katanya? Saya dingin aja dapet bunga. HAHA...ketawa guling-guling. Sejak itu dia tahu, saya bukan cewek yg suka bunga. Beda ama anak saya perempuan, kalo ditunjukkan bunga, ekspresif gitu. Tapi seneng sih dia punya hobi, jadi engga kemana-mana. Saya hobi jahit, juga engga kemana-mana. Klop deh...

    ReplyDelete
  25. Waah, bunda produktif iiih. Aku jadi iri, deh. Kalau di rumah kami, mama mertuaku yang hobi banget nanam bunga. Dia betah seharian ngurusin bunga. Katanya, kalau sudah 'bermain' dengan bunga pikiran jadi fresh. Itulah namanya hobi, ya.

    ReplyDelete
  26. Saya yang baca kebawa perasaan nih, jadi baper
    Awal pendemi ini melanda, sungguh rasanya gimana gitu. Sedia tisu pokoknya
    ttapi kini ternyata sudah terbiasa juga

    ReplyDelete
  27. stay safe and stay healthy everyone :')

    ReplyDelete