Ternyata Begini Rasanya Work from Home

Saturday, April 11, 2020


Ternyata Begini Rasanya Work from Home


Work from Home telah berlangsung, bagaimana rasanya?

Pemberlakuan bekerja dan belajar di rumah selama pandemi ini ditanggapi beragam. Bagi sebagian orang yang sudah terbiasa kerja di rumah, mungkin itu biasa. Tapi bagi sebagian orang lainnya, seperti saya kerja di rumah adalah sesuatu yang baru.

Sebagai guru, sebenarnya tinggal di rumah biasa dialami, misalnya pada waktu akhir semester, anak sekolah diliburkan maka otomatis gurunya juga tidak ke sekolah alias libur.

Namun, Work from Home adalah sesuatu yang baru. Tinggal di rumah tetapi tidak liburan. Mengajar, bekerja, rapat, dan kegiatan lainnya dikerjakan di rumah. Kita dipaksa menggunakan internet untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

Rencana selama Work from Home


Jujur, saat pertama kali diumumkan untuk Work from Home yang terlintas di pikiran saya adalah rencana menuntaskan beberapa pekerjaan selain pekerjaan kantor. Bahkan saya menulis listnya. Seperti ini listnya.

mardanurdin.com

Menggunting dan menjahit beberapa kain yang sudah lama terlipat rapi di lemari. Salah satu hobbi saya adalah menjahit baju sendiri. Rasanya senang saja manakala baju yang  saya kenakan hasil jahitan sendiri, makanya setiap ke toko kain saya suka kalap. Membeli beberapa lembar kain dengan harapan suatu saat akan saya jahit, kenyataannya kain itu tak kunjung dijahit.

Sumber Pixabay.com

Salah satu obsesi saya adalah menerbitkan beberapa buku solo. Alhamdulillah, sudah berhasil terbitkan satu. Berarti masih perlu lagi menerbitkan minimal lebih dari dua atau tiga, kan targetnya beberapa.

Buku Solo Pertama



Outlinenya sudah ada, beberapa bab sudah ditulis tapi mandek di tengah jalan, kehilangan ide. Saya sangat berharap selama Work from Home saya bisa menuntaskannya.
Rencana lainnya adalah merapikan file-file di laptop. Sepertinya ini pekerjaan mudah dan cukup santai. Insya Allah ini bisa terwujud.

Mengatur perabotan rumah, memindah-mindahkan lemari, kursi, dsb masuk juga dalam list rencana. Sama halnya merapikan buku-buku yang berantakan.
Apakah semua rencana itu berhasil?



Kenyataan Tak Seindah Rencana


Saya pikir 2 pekan di rumah cukuplah menyelesaikan itu semua. Ternyata, jauh panggang dari api.  Saya gagal mengeksekusi rencana-rencana itu.

Pemicu gagalnya semua rencana itu salah satunya  adalah, saya harus tetap mengajar secara online dan persiapan untuk itu cukup menguras energi dan waktu.

Untuk satu materi pembelajaran saja, saya membutuhkan waktu sekitar dua hari.
Hari pertama untuk mencari ide, bagaimana suatu materi pelajaran diajarkan ke murid dan mereka merasa gurunya tetap ada di hadapan mereka. Hari kedua membuat videonya, dan ini ternyata tak semudah yang dipikirkan.

Mau tahu keseruan saya membuat video pembelajaran? Baca yuk di sini.

Sebenarnya banyak aplikasi yang bisa digunakan seperti zoom, classroom, edomodo, atau yang lainnya. Tapi sama saja kan, saya harus standbay beberapa waktu di depan laptop atau handpone dan berinteraksi secara daring dengan murid-murid.

Selain itu,  murid-murid saya pada umumnya  kesulitan mengakses aplikasi tersebut.  
Maka cara paling praktis yang saya lakukan adalah menuliskan materinya, meminta mereka membaca, menyimak, lalu buat kesimpulan.  
Nah, kan menulis lagi, duduk lagi di depan laptop. Materi pelajarannya bisa dibaca di link berikut ini. 


Salah duanya yang membuat gagalnya mengeksekusi rencana yang ada di list adalah saya sibuk di dapur.

Masya Allah, ternyata bersibuk ria di dapur itu bukanlah perkara gampang.

Sejak mata terbuka, yang terpikir adalah, “masak apa hari ini?” 
Setelah itu, mulailah menyingsingkan lengan baju, masak – masak  -- masak hingga makanan tersedia di meja.

Sumber Pixabay

Lanjut bersih-bersih hingga menjelang sore. Mandi pagi digabung sekalian dengan mandi sore, ha-ha-ha.

Baru juga istirahat sejenak, penghuni rumah sudah mulai tanya-tanya, 
“apa bagus dimakan-makan di?” 

Malamnya, selepas salat isya, mulai lagi di dapur. Beuh.

Kalau ada yang bertanya, “apa selama ini jarang di dapur, kenapa merasa begitu repot?”

Duhai, Esmeralda.

Saya pulangnya siang bahkan bisa sampai sore, jadi masak yang serius itu hanya di waktu libur, selebihnya masak kurang serius.

“Kurang serius itu macam mana?”
“ Ada deh …you know lah,  ha-ha-ha,” sambil kibas jilbab.



33 comments

  1. Pekan pertama, gurunya anak saya pakai WA dan Google Classroom

    Pekan berikutnya lewat WA aja. Mungkin beliau juga pusing.

    Pekan ketiga tugas dikirim lewat WA, dikerjakan dg Google Form.

    Lumayan tdk ribet bagi wali murid sih kl pake WA aja, ga tahunya buat guru tetap memusingkan ya.

    Selamat bekerja, bu guru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah begitulah. Orang tua dan guru sama sibuknya ya mbak. Mulanya mau terapkan sesuatu yang ideal ternyata, yah gitu deh.

      Delete
  2. Ternyata memang repot untuk yang tidak biasa kerja dari rumah ya? Tapi Bunda agak mending karena sudah terbiasa dengan internet, setidaknya tidak gaptek. Saya bayangkan guru-guru yang gaptek kasyan. Makin setengah mati mi kalau kerja dari rumah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Daeng, banyak teman yang mengeluh. Karena kenyataannya masih banyak guru yang belum familiar dengan aplikasi-aplikasi pembelajaran.

      Delete
  3. Work from home ternyata tidak semua para pengajar melek teknologi ya mbak. Semoga adanya wok from home semakin dekat dengan aplikasi yang menunjang pelajaran agar bisa memudahkan juga ya.

    ReplyDelete
  4. SfH rupanya jadi tantangan tersendiri buat para guru dan dosen ya. Tetap semangaaat, Bu Guru..

    ReplyDelete
  5. Samaaaa.
    Awalnya berpikir muluk akan menyelesaikan ini-itu. Ternyata banyak yang harus direncanakan ulang.

    Kegiatan pembelajaran daring. Meski saya bukan guru, kesibukan berkutat dengan internet tak bisa dihindari. Masalahnya, ada beberapa kegiatan yang sudah direncanakan terlaksana sebelum ramadhan secara offline, harus beralih ke online.

    Maka bersibuk-sibuklah saya belajar mengenal beberapa aplikasi yang lumayan menyita waktu dan kuota 😁

    Belum lagi urusan dapur. Sepertinya waktu berkegiatan di area itu bertambah karena ada benerapa mulut yang selalu mau mengunyah 🙉

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selalu mau mengunyah alias ngemil ha-ha-ha, sayapun begitu akibatnya makin mekar deh

      Delete
  6. sekarang rasaya bosen pol, mba.
    Ga tau nih aku udah mati gaya banget.
    Pengin jalan2 :)

    ReplyDelete
  7. Tiap hari aku bagi-bagi tugas, kak...
    Hehhe...karena Abinya anak-anak tau nanget, aku paling males makan (palagi masak), jadi yang paling seneng masuk dapur, Abi.

    Tapi aku beresin masalah cucian, bebersih, beberes.
    Anak-anak juga.

    Tapi memang waktu berasa cepeett banget ya, kak...
    Semoga semua targetnya segera terlaksana dan terselesaikan dengan baik.

    ReplyDelete
  8. Bener banget bun selama work from home ini aku jadi rajin masak dn buat cemilan cepuluh gitu kalau hari lain mah aku boro boro mau kedapur kecuali mau makan.

    ReplyDelete
  9. Memang banyak cerita bagi semua orang selama masa karantina ini. Kelak kita semua semoga bis atertawa saat mengingatnya ya, Mbak hehehe

    ReplyDelete
  10. Ternyata memang repot ya mba workfromhome ini apalagi memang tugasnya tiap hari koordinir murid lewat Wa. Belum lagi mengerjakan pekerjaan rumah seperti masak, cuci baju, beres2, lebih capek ternyata hihi

    ReplyDelete
  11. Sejarah ini akan tercatat rapi, dan kelak bisa membacanya kita akan bahagia. Hahaha. Semua punya suka duka. Baik yg kerja atau yang biasa di rumah. Semoga pandemi virus Corona ini segera berakhir ya

    ReplyDelete
  12. Aku juga merasakan susahnya menjaga disiplin selama work from home mba. Memang itu kuncinya ya dan harus benar - benar diaiplin memang

    ReplyDelete
  13. Oh, saya pikir live. Anak2ku kuliah onlinenya live jadi dosen nggak nyiapin video. REpot banget ya mbak. Semoga semangat terus membara. Tetangga2 yg anak2nya masih sekolah sudah mengeluh bosan. Katanya anak2 sudah kangen sekolah, ketemu teman2 mereka.

    ReplyDelete
  14. Halo Mbak, salam kenal dariku yang juga guru. Aku guru kelas 1 SD.

    Alhamdulillah, sejauh ini aku ngasih tugasnya nggak terlalu rempong2 banget. Wkwkkw. Sekitar bikin video, misal anak2 praktik gosok gigi, masak telur, nyapu, nyuci baju, jemur baju, menghapal pancasila, menggambar, dan sesekali memberikan soal yang semua kulakukan via WA. Karena melihat kemampuan wali murid juga. Takutnya kalau rempong malah aaknya dibentak2.Kasihan.

    ReplyDelete
  15. Saya cuma mendengar atau membaca cerita mereka yang memiliki anak-anak masih sekolah dan tetap belajar di rumah. Saya hanya membayangkan guru-guru yang tidak terbiasa menggunakan perangkat internet, pasti makin kewalahan seperti juga orang tua murid.

    ReplyDelete
  16. saya nggak kebagian WFH mba, tapi denger cerita temen2 yg WFH tu malah makin cape hahaha karena di rumah sambil mengerjakan pekerjaan RT ataupun membimbing anaknya HBL

    ReplyDelete
  17. Senang ya mbak di rumah aja full dengan kegiatan apalagi setiap hari berhadapan dengan anak-anak dan permintaan mereka. Kalau aku juga ada beberapa rencana mbak cuma kok senang main sama anak aja terus hehe

    ReplyDelete
  18. nano-nano ya mba rasanya, tapi memang ngga bisa dipungkiri semua kebagian repot, hikmah ya jadi banyak belajar lagi. aku dan suami pun sahut2an video conference soal kerjaan hampir seharian mba, malah kok ya WFH ini kerjaan jadi makin banyak.

    ReplyDelete
  19. Sebuah pengalaman yang baru ya Mba heheheh
    kita ambil hikmahnya di tengah pandemi ini.
    Semangat kita

    ReplyDelete
  20. Ekspektasi tak seindah realita yaaa, mba. Pengennya nyantai atau produktif terjadwal tapi ternyata kok awut-awutan hehehe. Btw, sukses untuk buku solonya mbaaa 😘

    ReplyDelete
  21. Aku juga banyak rencana A yg dikerjakan B hahaha... jadinya lebih fleksibel aja deh karena memang kondisi juga yg penting waktu kita bermanfaat ya...

    ReplyDelete
  22. Niat untuk disiplin dan mengerjakan target ini itu memang kayaknya hanya impian ketika semua orang ada di rumah. Rekues ini itu, diminta melakukan ini itu hahaha.. Ya udah sih sabar aja ya mba, memang mau tak mau harus fleksibel kalau urusannya dengan orang rumah. :)

    ReplyDelete
  23. Sebuah kendala yg juga bikin suami agak riweuh pas belajar dengan jarak jauh gitu. Terlebih pas ada orangtua yg protes karena hal2 tertentu

    Kadang waktu mau kumpulin video atau bahan2 dr murid2 maunya diselrsaiin segera. Jadinya mager karena pengen main game kwkkwk

    Ada aja cerita dari SFH atau WFH ya mbak. Semoga keadaan lebih baik dan bisa sekolah scra normal lagi
    Amin

    ReplyDelete
  24. Yah begitulah dinamika hidup ini ya Kak hehehe.

    Guru dan dosen mi yang sibuk sekali ketika WfH. Ternyata malah dead line anak-anak mundur ya ... anakku yang SMP bisa sepekan batas waktunya mengerjakan tugas :D

    ReplyDelete
  25. Betul-betul keren dedikasinya bunda, mengesampingkan target pribadi demi mutu pendidikan anak bangsa. Semoga misinya untuk menerbitkan buku berikutnya segera tercapai. Sehat selalu ki...

    ReplyDelete
  26. Luar biasa kanda... Salut dan bangga di usia tidak lagi muda tp semangatnya dlm menulis kalah anak muda...

    ReplyDelete
  27. Lengkapnyaa tawwa kgiatan2 nya, cma klo sampai 3 bulan drmh trus bosan juga. Infonya sih sampai akjir meii. Hikz..

    ReplyDelete
  28. Masyaa Allah. Produktif sekali bunda. Sayapun sempat rasakan itu mengajar online wkkwkwk. Ribetnya minta ampun. Ngajar langsung saja belum tentu anak2 paham. Aolag ini, yg lewat aplikasi tatap mukanya 🤣

    ReplyDelete
  29. Pembelajaran Daring minggu pertama saya cuma pakai WA. Minggu kedua dan ketiga sudah pakai Time Link. Selanjutnya kembali ke WA untuk pantau tugas tugasnya.

    Belajar jauh ada plus minusnya ya... kangenka sama siswaku gank

    ReplyDelete
  30. Tiga hari pertama rasanya asyik banget WFH. Memasuki hari ke-4, mulai deh bosan dan baru sadar banyak agenda yang terlewatkan. Hahaha. Gimana ga keteteran lha kerjanya banyak selingan. Ya nonton-lah, ya ngemil-lah.

    ReplyDelete