Catatan Hari Guru Nasional, Beragam itu Indah

Tuesday, November 26, 2019


Ada yang unik pada peringatan Hari Guru Nasional kali ini. Setidaknya buat saya yang memilih aktif di salah satu organisasi guru Indonesia selain PGRI.
Sebelum saya cerita soal itu, mari kita tengok dulu sejarah munculnya Hari Guru Nasional.

Sejarah Terbentuknya HGN


Tahun 1912 bediri perkumpulan yang diberi nama Persatuan Guru Hinda Belanda (PGHB). Anggotanya terdiri dari para kepala sekolah, guru bantu, guru desa, dan siapa saja yang bekerja dalam lingkungan pendidikan, serta perangkat sekolah.

Pada masa itu, bermunculan pula berbagai organisasi guru dengan latar belakang yang beragam, mulai latar belakang agama, kebangsaan, dan sebagainya.

Tahun 1932, didasari oleh niat untuk merdeka dan lepas dari intervensi penjajah serta keinginan yang kuat untuk merdeka, maka pengurus PGHB mengubah namanya menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).

Saat itu, secara bertahap jabatan kepala sekolah Belanda mulai diambil alih orang Indonesia. Dengan mengusung perjuangan untuk memperbaiki nasib guru Indonesia dan akhirnya menjadi perjuangan nasional.

Tidak lama kemudian, pendudukan Belanda diambil alih oleh Jepang. Maka nama PGI yang mencerminkan kebangsaan Indonesia ditutup oleh pemerintah Jepang.

Seratus hari setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, PGI menggeliat.

Hal ini ditandai dengan diadakannya Kongres Guru Indonesia yang dilaksanakan pada  tanggal 24-25 November 1945. Dari kongres itulah terlahir Persatuan Guru Republik Indonesia atau PGRI, yang menyatukan semua organisasi guru yang   berlatar belakang berbeda.

Menyikapi perjuangan guru di tanah air, maka  Pemerintah RI menjadikan momentum itu untuk menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, melalui Kepres No 78 Tahun 1994.

Maka tidak bisa dipungkiri, bahwa kelahiran PGRI merupakan momentum lahirnya peringatan untuk guru-guru Indonesia.

Peringatan Hari Guru adalah Peringatan untuk Guru Indonesia


Usia kemerdekaan Indonesia sudah berada di angka 74 tahun. Demikian pula Hari Guru Indonesia.  Jika ditilik dari jumlah usianya, maka hari guru Indonesia sudah sepuh.  Usia itu mengindikasikan kalau guru-guru Indonesia seharusnya sudah sangat “dewasa”

Tapi apakah guru-guru itu secara personal sudah cukup dewasa menyikapi peringatan ini? Sudah bisakah ia menerima perbedaan sebagai bentuk keberagaman?

Mari kita lihat pidato Menteri Pendidikan Indonesia, Nadiem Anwar Makarim.
Salah satu isi pidato Bapak Menteri adalah, “ Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi.

Jika kata “anak” saya adaptasikan ke guru itu sendiri, maka betapa banyak keberagaman yang dimiliki dan selayaknya  dilakukan oleh guru tapi menjadi tersendat demi keseragaman.

Terkadang kita terkungkung oleh keseragaman penampilan dan  keseragaman organisasi hingga membelenggu kebebasan berpikir kita, akhirnya wawasanpun menjadi korban.

Baiklah, saya mau bercerita tentang acara peringatan HGN kemarin di kotaku.  Sebenarnya oleh panitia dan orang-orang yang mengatur kegiatan perayaan itu, tidak membatasi organisasi guru tertentu untuk hadir di acara peringatan tersebut.

Tapi barangkali sebagian guru, dan semoga hanya segelintir saja yang menganggap kalau perayaan hari itu adalah perayaan Hari PGRI, karenanya dengan lugas ia “mengusir” saya yang tampil berbeda.

Saya bisa saja beradu argumen dengannya, tapi saya pikir itu hanya buang-buang energi saja. Tak ada untungnya sama sekali.

Tapi saya menjadi iba kepadanya, iba akan ketidak tahuannya, bahwa sejarah telah mencatat setiap tanggal 25 November itu diperingati sebagai Hari Guru Nasional.

Karenanya semua guru dari organisasi guru manapun berhak menghadirinya. Berhak menikmati euforia perayaan sebagai harinya.

Keseragaman pakaian itukah penyebabnya, hingga menutup wawasannya tentang Hari Guru Nasional? Semoga saja tidak.
Jika YA.

Maka patutlah ia merenungi dalam-dalam pesan pidato Bapak Menteri Pendidikan, Nadiem Anwar Makarim berikut ini.

Anda frustasi karena Anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan  anak, bukan kemampuan menghafal

Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi.

Mari mengadaptasi pidato itu ke diri sendiri, lalu menempatkan posisi anak ke posisi diri sebagai guru.

Jangan membuat diri frustasi hanya karena tak mampu berkolaborasi.
Bukalah pikiranmu!

Dunia membutuhkan guru-guru yang siap bekerja sama dengan semua pihak demi kemajuan pendidikan anak bangsa.

Terimalah perbedaan sebagai bentuk keberagaman, karena beragam itu indah. 


Selamat Hari Guru.


Sumber Pribadi

Sumber Pribadi

Baca juga:
 Hari Pendidikan Nasional di sini  



31 comments

  1. Aaaah, guru idolakuuuh.

    Itulah kita. Berusaha menyeragamkan yang beragam. Yang sudah berpikir realistis masih sulit melepaskan diri dari frame seragam. Bicara baju seragam, saya termasuk yang tidak begitu suka dengan baju seragam. 😓

    ReplyDelete
  2. Kutersanjung, hehehe...
    Andai bebas memilih, sayapun tak suka baju seragam. Rasanya mengekang apalagi kalau bahan bajunya tidak nyaman. Mau gimana lagi, kita berada dalam lingkungan seperti itu.

    ReplyDelete
  3. Salut untuk para guru yang sudah bekerja keras dan mengabdi untuk masyarakat, tetap semangat!

    ReplyDelete
  4. Saya baru tahu selain PGRI ada organisasi guru lain, tapi yah benar nih Bunda namanya memperingati Hari Guru Nasional ya semua organisasi guru patut berpartisipasi memperingatinya. Justru "kekanakan" sekali ya kalau ada yang sampai mengusir guru hanya karena organisasi /seragam yang berbeda.

    ReplyDelete
  5. Salut untuk semua guru di tanah air. Semoga kesejahteraan guru semakin baik, terutama untuk yg honorer. Karena honorer atau pun PNS jasanya sama dalam menceSelamat hari guru, ya, Mbak.

    ReplyDelete
  6. Prihatin sama orang yang mengusir kak Dawiah dari acara peringatan hari guru nasional hanya karena seragam dari salah satu organisasi.

    Sabar aja kak, mungkin dia perlu di ajak traveling biar bisa melihat dunia yg lebih nyata dengan keberagaman.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga setelah membaca postingan ini, beliau menjadi mengerti

      Delete
  7. Dari sekian hari guru, baru kali terkesan sekali karena pidato menteri Nadim yang mewakili kegaulan hatiku meskipun bukan seorang guru tapi sebagai ortu siswa tentang sistem pendidikan di Indonesia

    ReplyDelete
  8. Yess setuju! Guru guru harus membuka diri untuk menerima keberagaman baik keberagaman murid muridnya, maupun keberagaman antar kolega guru lainnya. Semoga pendidikan negara kita makin menjulang kedepannya.

    ReplyDelete
  9. Selamat hari guru bunda. Semoga jadi guru yang menginspirasi peserta didiknya dan semoga ilmunya terus berkah dan menjadi tabungan amal dan nilai jariyah di akhirat nanti. Amin

    ReplyDelete
  10. Guru memang tanpa tanda jasa. Suka heran kalau ada orang tua yang suka ngerecokin gimana guru mendidik anaknya.

    Selamat hari guru bunda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi tiap guru mmg beda mbak. Mohon maaf, tdk semua guru seperti "guru" meski guru itu sudah berusaha. Tapi yaaa begitulah.

      Delete
  11. Selamat hari Guru Nasional ya Bunda cantik! Guru itu selalu dikenang, gak lekang oleh waktu, dan selalu terlihat muda kapanpun. Salam hormat dari Jogja ����

    ReplyDelete
  12. Slmat hari guru ya Mis. Smg ilmunya bermnfaa buat smuanya. Sukses ya

    ReplyDelete
  13. Hari guru, harinya memerdekakan segala kesejahteraan yang menjerat para guru :)

    ReplyDelete
  14. Jadi Ikut Terharu Bu :), Saya juga Guru yang nan jauh di sana yaitu di pinggiran Papua, terkadang banyak orang yg memandang sepele Guru apalagi hanya karena Status, tapi ya sudahlah mungkin mereka tidak tau Hakikat guru bukan di pandang dari Status!

    Tapi saya bersukur bisa ikut Memajukan Bangsa dengan mendidik anak-anak Papua yg berada di pingiran Kususnya Anak Kamoro dan Asmat :)
    Selamat Hari Guru semoga semua di catat Allah menjadi amal jariah dan nantinya memudahkan kita masuk ke dalam Surganya, Amin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaamiin.
      Wah bapak mengabdi di daerah Papua, luar biasa. Insya Allah Pak, semua kerja keras kita sebagai guru akan tercatat sebagai pahala.

      Delete
  15. Selamat hari guru. Meski telat. Tapi, tanpa usaha para guru rasanya aku akan tetap menjadi orang yang ga tau apa2. Aku sendiri berusaha mendidik anakku agar menghormati guru layaknya menghormati orangtua

    ReplyDelete
  16. aku baru tahu tentang sejarah hari guru mbak :) dan aku setuju dengan pidato pak Nadim tentang keberagaman

    ReplyDelete
  17. Ternyata hari guru munculnya sejak kemerdekaan Indonesia yah, baru tahu mbak..dan ternyata pergerakannya sudah sejak jaman Hindia Belanda..

    ReplyDelete
  18. Setuju, Bunda, terima perbedaan sebagai bentuk keberagaman karena berbeda itu indah...Selamat Hari Guru Bunda. Semangat terus mendidik generasi penerus bangsa Indonesia!

    ReplyDelete
  19. iya banget, karena perbedaan bukanlah alat untu saling membenci dan berjauhan namun untuk saling melengkapi dan menguatkan

    ReplyDelete
  20. Jadi lebih tahu mengenai sejarah hari guru yang ternyata sudah ada sejak masa Hindia Belanda. Semangat terus Guru-guru Indonesia. Padamu kami bangga. Kau adalah pahlawan sepanjang masa.

    ReplyDelete
  21. Peringatan Hari Guru sebagai mengingat bahwa tanpa jasa guru kita tidak bisa menjadi apa-apa seperti sekarang.

    ReplyDelete
  22. Selamat hari guru dan trus mengorbankan semangat untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa ya bu. Saya juga harus terus semangat. Hidup guru Indonesia!

    ReplyDelete
  23. Guru harus menerima keberagaman sesuai zamannya, namun harus ada panduan yang jelas dari menteri yang bersangkutan do dan don't nya, kalau tidak, setiap orang punya interpretasi masing-masing

    ReplyDelete
  24. Guru pahlawan tanpa tanda jasa. Terima kasih sharenya bu Guru. Saya jadi tau sejarah PGRI :)

    ReplyDelete
  25. Sayang sekali ya mbak masih ada yg berpikiran mengotak-ngotakkan profesi guru. Padahal sama saja dgn profesi lainnya, beda organisasi tak masalah, asal masih satu profesi.

    ReplyDelete
  26. Keberadaan guru memang beragam. Pernah punya guru yang menitikberatkan pada hapalan padahal seharusnya yang dilakukan adalah pemahaman. Akhirnya, saat ujian atau ulangan, jawaban harus persis plek sama. Padahal toh maksudnya sama. Bagi saya yang kuat menghapal, ini bukan masalah. Tapi buat teman-teman yang sebaliknya, duh kasihan juga.

    Bundaaa ... Selain membaca tulisan ini, saya kok fokus sama senyuman Bunda yang ceria itu, ya? Hihihihi ...

    ReplyDelete
  27. Menjadi guru memang tidak mudah, keberagaman memberi kesempatan untuk menonjol, tapi dengan keseragaman membuat ide dan langkah bergerak menjadi sulit ya mba, sujses selalu

    ReplyDelete