Tanggal
2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional bukanlah tanpa sebab. Tanggal
itu dipilih sebagai penghargaan kepada menteri pendidikan (pengajaran) pertama
Indonesia, yaitu Ki Hadjar Dewantara, di mana tanggal 2 Mei, adalah hari
kelahiran beliau.
Keputusan
hari nasional ini ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16
Desember 1959.
Awal Kemerdekaan
Waktu
itu, awal kemerdekaan tahun 1945-1950 Kementerian Pendidikan Indonesia masih bernama Kementerian Pengajaran. Ki Hajar Dewantara
sebagai menteri pengajaran pertama sangat getol menyuarakan identitas bangsa.
Ki Hajar Dewantara mewajibkan bagi sekolah untuk mengibarkan sang merah putih setiap hari di
halaman sekolah, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan menghapus nyanyian Jepang
Kimigayo.
Jika
kita merujuk kepada sejarah munculnya Kementerian Pendidikan Indonesia,
selayaknya jiwa kebangsaan kita menggelegar.
Betapa
di masa itu, para pejuang mengorbankan
jiwa raganya demi kemajuan rakyat dan bangsa Indonesia di segala bidang, termasuk
di bidang pendidikan. Para pejuang pendidikan memeras pikirannya agar dapat
menemukan pola pendidikan yang baik dan lepas dari pengaruh penjajah.
Dimulai
dari era awal kemerdekaan, tahun 1945-1950. Berlanjut ke era demokrasi liberal,
tahun 1951-1959. Satu-satunya produk yang dihasilkan pada era ini adalah
lahirnya payung hukum legal formal, yaitu UU Pokok Pendidikan Nomor 4 Tahun
1950.
Penyebabnya
adalah stabilitas politik pada waktu itu
masih langka, sehingga program belum bisa dideskripsikan dengan baik. Ini
terbukti dengan diadakannya pergantian kabinet sebanyak tujuh kali dalam masa
sekitar sembilan tahun.
Era Demokrasi Terpimpin
Memasuki
masa tahun 1959-1966, era demokrasi parlementer berakhir dengan terbitnya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, menjadi era demokrasi terpimpin. Ini adalah era
ujian berat yang menimpa bangsa Indonesia. Dimulai dengan konfrontasi dengan
Belanda dalam masalah Irian Barat hingga peristiwa G30S/PKI.
Pendidikan
di Indonesia masih sebatas mencari cara agar seluruh rakyat Indonesia bisa
mengenyam pendidikan secara merata.
Era Orde Baru
Memasuki
era Orde Baru (1966-1998), kebijakan di bidang pendidikan cukup banyak dan
beragam, mengingat di era ini pemerintah yang berkuasa lumayan lama, 32 tahun.
Di era
ini pulalah terjadinya pergeseran tahun ajaran baru, dari awal tahun ke bulan
Juni. Tepatnya pada tahun 1978.
Yang
bersekolah pada masa itu mengalami pertambahan masa belajar, yaitu enam bulan, karena proses penerimaan murid
baru dilaksanakan enam bulan kemudian.
Selain
itu, di era orde baru terjadi pertumbuhan industri yang sangat pesat, akibatnya
dibutuhkan tenaga kerja terampil dan siap pakai. Maka dimunculkanlah sistem
pendidikan baru, yaitu program diploma. Masa belajar cepat, ilmu seadanya dan
langsung kerja.
Termasuk
dalam dunia pendidikan. Ada yang hanya membutuhkan waktu setahun belajar di
perguruan tinggi atau disebut Diploma
1, bisa langsung mengajar di sekolah
setingkat menengah pertama atau SMP. Lulusan
Diploma 3, bisa mengajar di sekolah menengah atas (SMA).
Maka
tidak heran jika keberadaan guru waktu
itu hingga saat ini sering dipandang sebelah mata dan diragukan kemampuannya, terutama guru produk
lama seperti saya hehehe….
Lalu
haruskah hal itu diterima begitu saja?
Tentu
saja tidak.
Karena
kenyataannya, banyak guru yang mencoba melepaskan belenggu kekurangan ilmu itu
dengan cara belajar kembali. Terus menerus meningkatkan pengetahuannya melalui
berbagai macam cara.
Ada
yang melanjutkan pendidikannya ke S1 bahkan hingga S3. Ada pula yang mengikuti
pelatihan-pelatihan, workshop, dan seminar.
Berjuang
mengangkat harkat dan martabatnya sebagai
guru yang berkualitas sehingga keberadaannya dapat dihargai sebagaimana
layaknya.
Terlepas
dari usaha guru meraih nilai akademis dan level pendidikan, toh pengalaman guru
yang mengabdi sekian tahun di sekolah, melakukan tugasnya dengan ikhlas di
tengah minimnya fasilitas dan penghargaan, sepatutnya bisa menjadi indikator keberhasilan.
Tak
mengapa hari pendidikan nasional tidak
termasuk hari libur nasional seperti hari buruh, setidaknya pemerintah sudah
menetapkan satu peringatan yang dikenal
sebagai hari pendidikan nasional.
Anggaplah
itu sebagai penghormatan kepada siapa
saja yang telah berkecimpung dalam dunia pendidikan.
"Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa anda gunakan untuk mengubah dunia"
ReplyDeleteSepakat dengan Nelson Mandela..
Karena ilmu bisa membuat satu kaum jadi maju!
Selamat hari pendidikan Nasional bunda Dawiah. Semoga sukses dan selalu menginspirasi di dunia pendidikan bunda��
ReplyDeleteAaaaah campur aduk bacanya. Sebagai buruh, aku jadi malu.
ReplyDeleteGuru yang mendidik buruh, tapi penghargaan lebih diberikan pada buruh ... Hikz
Selamat hari guru, bunda, kalian benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa
Setuju dengan semangatnya Mr. Nelson. Aku baru tahu nih sejarah latar belakang pendidikan skrg.
ReplyDeleteSemoga tidak sekedar peringatan tiap tahun tapi benar2 mendarah daging dan semua warga negara indonesia jadi manusia Pembelajar supaya negri ini maju
ReplyDeleteSeharusnya ada libur jg yes, ngarep wkwkw. Wah baru tau sejarahnya kaya gmn, makasih ya.
ReplyDeleteSelamat hari pendidikan nasional ya untuk para guru dan semua kalangan pendidik. Terima kasih untuk semua jasamu. ��
ReplyDeleteBegitu panjang sejarah pendidikan di Indonesia ya, Bun. Mengetahui hal ini, sudah sepatutnya kita semakin menghormati dan menghargai jasa para pendidik dan memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya bagi anak-anak usia sekolah. Semoga ke depannya kesejahteraan guru semakin meningkat dan anak-anak Indonesia memperoleh pendidikan yang layak secara merata.
ReplyDelete