![]() |
Salah satu program kerja dari Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) ‘Aisyiyah adalah melaksanakan pelatihan yang berhubungan dengan lingkungan hidup.
Alhamdulillah program kerja tsb terlaksana pada hari Rabu, 18 Juni 2025 di Pusat Dakwah ‘Aisyiyah Makassar.
Pelatihan Pengelolaan Sampah mengusung tema ‘Aisyiyah Peduli Lingkungan, Transformasi Sampah Menjadi Manfaat untuk Mewujudkan Lingkungan Sehat dan Berkemajuan.
Saya, Ibu Nur Aminah dan Ibu Sulistianingsih (digantikan oleh Kiki) hadir mewakili Pengurus Cabang Aisyiyah Ujung Tanah.
Nah, sesuai janji saya pada tulisan kemarin untuk membagikan “oleh-oleh” pelatihan tersebut, maka berikut inilah informasinya.
Tentang Pengelolaan Sampah
Definisi pengelolaan sampah adalah usaha sistematis dan berkelanjutan untuk mengurangi, menangani, dan mengolah sampah agar meminimalisir dampak sampah terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Secara garis besar, pengelolaan sampah bertujuan
Melindungi Kesehatan
Jika sampah tidak dikelola dengan baik makan dapat menyebabkan penyebaran penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Melindungi Lingkungan
Sampah yang tidak terkelola dengan baik berakibat mencemari tanah, air, dan udara, serta merusak ekosistem.
Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
Pengelolaan sampah yang efektif dapat membantu dalam pelestarian sumber daya alam dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Dalam pengelolaan sampah, kita bisa menggunakan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Reduce (Mengurangi)
Mengurangi produksi sampah dengan cara mengurangi konsumsi barang yang berpotensi menjadi sampah, memilih produk yang kemasannya minimal, dan menggunakan barang-barang yang tahan lama.
Reuse (Menggunakan Kembali)
Memanfaatkan kembali barang-barang bekas untuk fungsi yang sama atau berbeda, contohnya menggunakan kembali botol plastik sebagai pot tanaman.
Recycle (Mendaur Ulang)
Mengolah sampah menjadi bahan baku baru untuk produk lain, seperti mendaur ulang kertas menjadi karton baru.
Ada empat tahap pengelolaan sampah, yaitu:
- Pemilahan
- Pengumpulan dan Pengangkutan
- Pengolahan
- Pemrosesan akhir
Pemilahan Sampah
Memisahkan sampah organik (sisa makanan, daun kering) dan anorganik (plastik, kertas, kaca) di sumbernya.
Pengumpulan dan Pengangkutan
Mengumpulkan sampah yang sudah dipilah dan mengangkutnya ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan.
Pengolahan Sampah
Mengolah sampah menjadi bentuk yang lebih stabil dan tidak mencemari lingkungan, misalnya dengan membuat kompos dari sampah organik atau mendaur ulang sampah anorganik.
Pemrosesan Akhir
Mengembalikan residu hasil pengolahan sampah ke media lingkungan secara aman, misalnya dengan menimbun sampah yang sudah tidak bisa diolah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem yang terkontrol.
Tentang Daur Ulang Sampah
Sebelum memasuki kegiatan inti, yaitu latihan pengelolaan sampah atau daur ulang sampah, sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu jenis-jenis sampah.
Sampah bisa dikategorikan menjadi tiga jenis, yakni:
1. Sampah organik
2. Sampah anorganik
3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup, baik hewan, tanaman, maupun manusia, yang dapat terurai secara alami.
Contoh: sisa makanan, daun-daunan, ranting pohon, sisa sayuran, buah-buahan yang busuk, sisa kopi atau teh, dan kotoran hewan.
"Sampah organik dapat diolah menjadi kompos atau pupuk."
Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat terurai secara alami atau membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai.
Contoh: plastik, kaca, logam, kaleng, dan styrofoam.
"Beberapa jenis sampah anorganik dapat didaur ulang."
Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Sampah B3 adalah sampah yang mengandung zat kimia berbahaya dan beracun, yang dapat membahayakan manusia, hewan, dan lingkungan.
Contoh sampah B3: baterai bekas, lampu neon, sisa obat-obatan, bahan pembersih, dan pestisida.
"Sampah B3 memerlukan penanganan khusus dan tidak boleh dibuang sembarangan."
Selain kategori di atas, sampah juga dapat dikategorikan berdasarkan sumbernya:
Sampah rumah tangga adalah sampah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari di rumah, seperti sisa makanan, kemasan, dan lain-lain.
Sampah industri adalah sampah yang dihasilkan dari kegiatan industri.
Sampah konstruksi adalah sampah yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan atau renovasi bangunan.
Sampah elektronik adalah sampah yang berasal dari barang-barang elektronik yang sudah tidak terpakai.
Sampah medis adalah sampah yang dihasilkan dari fasilitas kesehatan, seperti jarum suntik bekas dan lain-lain.
Cara Mendaur Ulang Sampah di Rumah
Sampah Organik dapat diolah menjadi kompos untuk menyuburkan tanaman.
Sampah Plastik dapat diolah atau didaur ulang menjadi produk baru dan dimanfaatkan kembali untuk keperluan lain seperti pot tanaman.
Sampah Kertas dapat diolah dan dimanfaat kembali menjadi kerajinan tangan atau di serahkan ke bank sampah.
Sampah Kaca sebaiknya dikumpulkan lalu diserahkan ke bank sampah untuk didaur ulang menjadi produk baru demikian juga sampah logam.
Pelatihan Pengelolaan Sampah
Pelatihan pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Makassar kemarin, menghadirkan tiga orang pemateri sekaligus pelatih, di mana masing-masing pelatih akan melatih peserta cara pembuatan Ecobrick, Ecoenzym, dan Pupuk Kompos.
Peserta pun dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pembuatan Ecobrick, pembuatan Ecoenzym, dan pembuatan Pupuk Kompos.
ECOBRICK
Ecobrick terbuat dari botol plastik yang diisi dengan sampah plastik yang telah dipotong kecil-kecil dan dipadatkan hingga botol terasa keras.
Ecobrick berasal dari kata “ecology” yang dalam Bahasa Indonesia disebut “ekologi”. Sementara kata “brick” merupakan Bahasa Inggris dari “bata”. Jika disimpulkan, ecobrick merupakan bata ramah lingkungan.
Ecobrick dianggap sebagai salah satu cara pemanfaatan limbah plastik yang mudah dan efisien.
![]() |
Sumber foto: Pinterest |
Siapakah Sosok di Balik Hadirnya Ecobrick?
Adalah Susana Heisse yang cemas melihat tingginya jumlah sampah plastik yang berada di sekitar Danau Atitlan di Guatemala. Kecemasan itu menginspirasi Susanna untuk mulai mengelola sampah dengan membuat ecobrick pada tahun 2003, lalu mendirikan bangunan dari kumpulan ecobricknya.
Dilansir dari The Guardian, di Guatemala sudah ada 38 sekolah yang dibangun dengan menggunakan ecobrick. Bangunan sekolah ini dibangun oleh organisasi Vida Atitlán yang didirikan oleh Susanna Heisse dan organisasi Hug It Forward.
Dari sumber yang sama, kota Greyton di Afrika Selatan terinspirasi pula untuk merancang sekolah, taman komunitas, dan desa ramah lingkungan menggunakan ecobrick.
Demikian pula di Filipina Utara terdapat Aliansi Ecobrick Global dengan laman ecobrick.org yang berjuang untuk menjaga sungai dari pencemaran plastik dan mikroplastik dengan pendekatan ecobrick.
Manfaat Ecobrick
Pengelolaan sampah palstik metode ecobrick sudah banyak yang melakukannya karena berbagai manfaat yang dihasilkan dari ecobrick. Berikut manfaatnya.
Mudah dan Murah
Ecobrick tidak membutuhkan dana yang besar dan teknologi yang canggih cukup menggunakan alat yang sederhana sehingga dapat dikatakan bahwa ecobrick adalah solusi yang mudah dan hemat bagi semua orang.
Tahan Lama
Plastik memiliki sifat yang tahan lama sehingga membuat ecobrick juga bersifat serupa. Ecobrick atau bata ramah lingkungan akan berumur panjang seperti plastik yang tidak akan hilang hingga 1000 tahun lamanya.
Tahan Air
Sifat palstik pada umumnya adalah tahan air sehingga ecobrick aman dari air.
Mengurangi Pencemaran Lingkungan
Membuat ecobrick dapat mengurangi risiko berbahaya akibat pencemaran dari penguraian plastik. Plastik yang dibuang secara sembarangan akan terurai dalam waktu yang lama menjadi mikroplastik yang mencemari lingkungan.
Mencegah Pemanasan Global
Masih banyak masyarakat yang mengelola sampah dengan mencampur dan membakar sampah yang dapat mempercepat pemanasan global. Dengan pembuatan ecobrick dapat menjadi solusi mengurangi pemanasan global.
Mengurangi Volume Sampah
Ecobrick difungsikan sebagai alternatif bata konvensional untuk membangun berbagai macam struktur, seperti dinding, meja, kursi, atau furnitur lainnya. Tujuannya untuk mengurangi volume sampah plastik dan memanfaatkannya menjadi bahan bangunan atau furnitur yang ramah lingkungan.
Cara Membuat Ecobrick
Sebelum membuat ecobrick, perhatikan hal-hal berikut:
- Hindari memasukkan bahan berbahaya, seperti baterai, obat-obatan, atau bahan kimia berbahaya lainnya ke dalam ecobrick karena dapat mencemari lingkungan.
- Gunakan sampah kering dan bersih. Sampah plastik sebaiknya dicuci bersih dan dikeringkan, tujuannya mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur.
- Ecobrick yang baik memiliki kepadatan minimum tertentu, biasanya sekitar 0,33 gram per mililiter volume botol.
Langkah-Langkah Pembuatan Ecobrick
- Pilah dan Bersihkan Sampah Plastik
- Siapkan sampah palstik, seperti kemasan deterjen, kemasan minuman, kantong plastik sekali pakai (kresek), bungkus makanan, bungkus permen.
- Cuci bersih sampah palstik dengan sabun, bisa deterjen atau sabun pencuci piring. lalu jemur sampah plastik yang sudah dicuci ini di bawah sinar matahari sampai kering.
- Sediakan botol bekas air mineral atau minuman lain, di mana botol-botol ini yang akan dijadikan “bata”. Makin banyak botol yang disediakan, makin baik. Bersihkan botol dan keringkan terutama di bagian dalam.
- Gunting-gunting sampah plastik dengan ukuran yang kecil sebelum dimasukkan ke dalam botol. Makin kecil ukuran sampah palstik, makin baik dan mudah dimasukkan ke dalam botol.
- Masukkan sampah plastik ke dalam botol. Lalu padatkan dengan menggunakan tongkat yang panjangnya lebih panjang dari botol.
- Jika masih tersisa rongga udara di dalam botol, isi kembali dengan sampah plastik sampai tidak ada rongga udara yang tersisa. Dorong kembali semua sampah plastik menggunakan tongkat.
- Timbang Setiap Ecobrick
- Untuk mendapatkan ecobrick yang lebih bagus dan mudah ditata maka hasilkan ecobrick yang seragam dengan menyamakan timbangannya. Standar ecobrick adalah 200 gram per botol air mineral berukuran 600ml.
- Simpan ecobrick di tempat yang teduh
- Setelah semua ecobrick selesai, simpanlah di tempat yang teduh. Hindari paparan sinar matahari langsung agar botol-botol plastik ecobrick tidak menyusut.
Pemanfaatan Ecobrick
Jika semua ecobrick sudah selesai dibuat, saatnya menyusun ecobrick ini menjadi sebuah benda atau bangunan. Ecobrick bisa dipakai untuk membuat dinding (non-permanen), replika benda (gapura, pohon, dll), dan pagar mini.
Pemanfaatan limbah plastik sebagai ecobrick bisa menjadi salah satu langkah untuk turut memulai inisiatif bijak menggunakan plastik
![]() |
Sumber: Pinterest |
Demikian, semoga bermanfaat.
Makassar, 18 Juli 2025
Dawiah
Referensi:
1. ecobricks.org/how
2. waste4change.com
Keren nih pelatihannya sangat membawa manfaat
ReplyDeleteSampah plastik itu emang sangat meresahkan ya... Bersyukur nih kala dibuat ecobricks bisa ikut membersihkan lingkungan ya...
Manfaat banget nih pelatihan membuat ecobrick kayak gini. Suka bingung sih sama sampah-sampah plastik. Udah tahu kalau sulit terurai dan engga boleh dibuang sembarangan. Tapi kan mosok rumah makin penuh sama kemasan engga terpakai. Dengan adanya edukasi seperti ini, bisa memperpanjang usia produk yang sudah tidak terpakai.
ReplyDeleteBagus juga nib diadakan pelatihan pengelolaan sampah biar terjaga lingkungan dan mengurangi sampah , tapi suka bingung dengan pengelolaan sampah tekstil ya
ReplyDeleteKeren nih pembuatan ecobrik. Sampah yang banyak bisa dijadikan benda yg lebih estetik. Bisa pula mengurangi pemanasan global..kalau dihias jadi semakin ciamik. Hehe.. Asiyah kerenlah.
ReplyDelete