Dampak Tulisan Bagi Pembaca
Baru saja saya mampir di saluran WA nya Tendi Murti. Beliau menulis begini, 
“Kalian pernah nulis sesuatu terus berdoa dalam hati, semoga tulisan ini ngasih manfaat buat pembacanya. Aamiin.” Pernah?
Lalu saya berpikir dan mengingat-ingat. Pernah tidak yah?
Ah, sepertinya saya tak pernah berdoa khusus seperti itu. Palingan berharap, semoga yang membaca curhatan saya ini terutama untuk orang yang secara tersamar saya tujukan kepadanya, mengerti dan setidaknya tahu diri, eh, wakwauuu. 
Namun, saya tersadar dengan pendapat beliau selanjutnya, bahwa:
“Tulisan yang kita tulis bukan hanya tentang cerita atau ilmu, tapi harapan yang kita utarakan dalam diam. Bukan Cuma kata, tapi doa yang kita sisipkan di dalamnya.” (Tendi Murti).
Kalau yang ini saya sependapat, karena setiap tulisan yang berhasil kita selesaikan lalu diabadikan di berbagai media, misalnya di berbagai platform atau bahkan yang tercetak sebagai buku fisik adalah himpunan dari pikiran-pikiran kita, manifestasi dari bacaan-bacaan kita, isi hati dan harapan yang muncul secara tersamar ataupun terang-terangan.
Seperti pada tulisan saya yang bertajuk “Rekomendasi Kegiatan Bagi Pensiunan.” Jika dibaca judul dan isinya jelas terlihat kalau itu adalah ajakan bagi para pensiunan untuk melakukan kegiatan yang baik dan berguna, padahal yang sebenarnya, itu adalah harapan untuk mengisi hari-hari dalam menjalani masa pensiun.
Lawak benar saya, hahaha.
Sama juga dengan tulisan ini, “Berjuang Melupakan Amarah” di situ ada doa dan harapan agar semua hal buruk yang berkaitan dengan marah terlupakan dan terhapus dari ingatan. 
Karena sesungguhnya, kemarahan, baik pada orang lain apalagi pada diri sendiri hanya merugikan diri sendiri sedangkan memaafkan lalu melupakan segala hal buruk merupakan cara merawat kesehatan jiwa. 
Jadi ketika kita menuliskannya sekalipun terkesan menuangkan curahan hati, pada dasarnya kita berdoa dan jika pembacanya merasakan manfaat lalu ikut mengamini maka doa-doa pun mengalir dari segala arah.
Maka benarlah apa kata Kang Tendi Murti, bahwa nulis itu cara paling sunyi namun paling tulus untuk mendoakan setiap orang.
Namun, tidak semua tulisan bisa memberi pengaruh baik bagi seseorang bisa saja memberi pengaruh buruk, tergantung pada isinya, konteksnya, dan bagaimana pembaca menafsirkannya. 
Berikut ini adalah contoh pengaruh buruk suatu tulisan:
Terjadi Diskriminasi atau Menyebarkan Kebencian
Tulisan yang mengandung ujaran kebencian, rasisme, atau seksisme dapat memicu konflik, memperkuat stereotip, dan merugikan kelompok tertentu.
Menyebabkan Stres atau Gangguan Mental
Tulisan yang manipulatif, negatif dan merendahkan bisa memicu perasaan rendah diri, kecemasan, bahkan depresi, terutama pada individu yang sedang rentan pada gangguan mental.
Terjadinya Disinformasi atau Penyebaran Hoaks
Tulisan yang menyesatkan atau berisi informasi palsu bisa membuat orang mengambil keputusan tidak baik, mempercayai hal yang salah, dan overthinkin.
Memicu Tindakan Ekstrem
Tulisan propaganda dalam kasus ekstrem bisa mendorong seseorang melakukan kekerasan atau tindakan merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Namun demikian, dampak yang ditimbulkan dari suatu tulisan bergantung pada kondisi psikologis, pengalaman hidup, dan tingkat literasi pembaca. Sebab tulisan yang sama bisa dianggap biasa oleh satu orang, tetapi menyakitkan bagi yang lain.
Setiap kata yang ditulis, bahasa yang digunakan dan pemilihan diksi akan menggambarkan intelektualitas penulisnya juga karakternya, karena tulisan adalah ucapan yang tertoreh.
Makassar, 8 Mei 2025
Dawiah

ya saya berpikir begitu juga ketika tahun ini anak masuk Pondok dan memilih Darussalam Gontor sebagai pilihan teratasnya. pas saya cari info terkait Gontor, minim banget kecuali website (karena Gontor memang berdiri sendiri jadi tidak ada interfvensi dari pihk manapun baik pemerintah maupun partai politik dll)
ReplyDeleteakhirnya saya banyak nanya ke alumni, ustad dan IKPM per wilayah
sejak itu yang sekiranya bukan permasalahan intern saya coba cerita di blog saya, berharap kelak ada wali santri atau calon santri yang membutuhkan infonya terkait Gontor bisa jadi gambaran... walaupun yang saya share soal receh, hehehe
Itulah mengapa ketika menulis di blog, saya cukup berhati-hati dalam memilih kata dan cerita yang ingin saya angkat, karena bagi sebagian orang tulisan yang mereka baca bisa seberdampak itu ke kehidupannya. Apalagi ini rekam jejak digital, kita nggak tau siapa yang akan membaca tulisan kita dan apa efeknya? Sehingga mending menulis yang baik-baik aja untuk membawa kebaikan juga ya, Bu..
ReplyDeleteMasha Allah sebuah pengingat yang makjleb banget. Bener ya, menulis pun jangan sembarangan. Apalagi sampe menyebar hal-hal yang sifatnya kurang bagus, seperti menebar kebencian dan lainnya.
ReplyDeleteKu jadi introspeksi diri dan bertanya, pernah nggak ku berdoa sebelum menulis 🥹
Makasih mba, sudah berbagi tulisan yang mengingatkan. Barakallah, semoga semakin semangat berkarya.
Bener Bu Dawiah, tidak semua tulisan punya dampak bagus buat kita.
ReplyDeleteJadinya memang diri kitanya yang akan menulis untuk membuat tulisan yang berdampak positif buat pembaca/orang lain. Sehingga kalau bisa jangan yang ngasal apalagi memberikan pengaruh buruk.
Makasih remindernya Bu. Sehat-sehat selalu ya
Aku jadi berhenti sejenak ketika ditanya soal pernahkah berdoa ketika menulis. Walau tidak semua tapi "PERNAH" karena betul sekali, ada harapan pada setiap tulisan untuk bisa dibaca, kemudian membawa hal baik.
ReplyDeleteDi mana tulisanku juga cenderung hal-hal kepengembangan diri. Mengajak pembaca untuk lebih hidup dalam setiap laku dan membawa energi baik.
Terima kasih untuk tulisan ini mba, jadi pengingat banget untuk lebih hati-hati dalam menulis dan mengingat bahwa setiap kata dan kalimat adalah cerminan penulisnya.
Bener banget Bun. Kalau mau nulis kudu hati-hati karena berdampak bagi pembaca. Tulisan yang bagus dan bermanfaat jadi amal jariyah. Janganlah sampai tulisan malah mengundang dosa jariyah, astaghfirullah.
ReplyDeleteSaat awal mulai menulis cerita anak, saat pertama mengetik, saya berdoa semoga cerita yang saya tulis, disukai dan bermanfaat bagi anak-anak. Lalu saat menulis di blog saya berharap tulisan saya ada manfaatnya. Dan agar tulisan saya aman, Maka saya selalu menulisnya dari sudut pandang saya, Mbak. Misalnya, menurut saya... Sesuai pengalaman saya... Sesuai pengamatan saya.. Karena saya sadar, setiap pembaca itu berbeda-beda cara menanggapi apa yang kita tulis.
ReplyDeleteBener Bu. Tulisan itu bisa membawa manfaat sekaligus membawa keburukan tergantung siapa yang menulis dan membaca. Tentu saja tujuan saya menulis karena ingin berbagi informasi dan kebaikan, siapa tahu bisa membantu orang lain, dan sebisa mungkin tidak merugikan siapa pun. Karena itu saya juga cukup hati-hati memilih bagian mana yang akan saya bahas dan tidak. Karena selain tujuan memberi manfaat, saya menulis juga sebagai kenang-kenangan. Saya usahakan hanya hal-hal baik yang terus saya kenang.
ReplyDeleteKadang aku suka berpikir bahwa penulis yang hebat adalah yang bisa menyamarkan curcolan menjadi sebuah artikel yang pada akhirnya mengandung hikmah buat pembaca.
ReplyDeleteTapi sejujurnya, menulis itu sebuah kebutuhan yaa, Bunda..
Kalau uda di titik ini tuh rasanya bisa ngaliirrr aja gitu.. Gak tau efeknya apa ke pembaca, tapi buat penulis sendiri, rasanya jadi plongg!
Betul mbak, sejatinya kita itu bertanggung jawab atas segala tulisan yang kita ciptakan dan sebarkan. Oleh karena itu, saya selalu berhati-hati. Entah itu memilih diksi, memberifikasi berita dan berbagai hal lainnya. Khawatirnya, tulisan saya malah berdampak buruk dan menimbulkan dosa.
ReplyDeleteKangen Bun, lama tak lihat tulisannya.. Setuju banget dengan kekuatan kata-kata Bun, barusan kemarin lihat artis Andien yang ternyata stres lama karena baca komentar di medsosnya.. jadi semoga apa yang kita tuliskan di blog bisa bermanfaat dan jadi amal jariyah ya aamiin.
ReplyDeleteMantul quote Tendi Murti dan aku setuju dengan itu.
ReplyDeleteAku pun kalau menulis apalagi harapannya tulisan itu bisa ditemukan orang lain dan membawa manfaat buatnya.
Tapi bener juga, di satu sisi, kadang maksudnya baik, eh malah bikin bete orang lain. Mungkin perlu didisclamer kalau itu berdasarkan pengalaman pribadi hehe.
Meski demikian jangan sampai menyurutkan niat untuk selalu menulis hal2 baik :D
Sebuah tulisan bisa memberi beragam manfaat meskipun sedikit tapi kalau menurut saya pasti memberi manfaat. Yaa minimal memberi informasi dan pengetahuan baru.
ReplyDeleteBetchuull bangett ini Bund
ReplyDeleteMenulis bisa menjadi jalan untuk beramal dan insyaAllah bakal jadi cahaya utk akherat kita 🫶
dgn syarat ketentuan berlaku, ya.
Di antaranya harus share yg hal baik dan membaikkan.
Ah makasih inspirasinya bu
ReplyDeleteMemang kalau mau menulis, kita harus punya niat yang baik ya
Agar tulisan kita bisa memberi manfaat bagi pembacanya
Aku jadi mikir ulang soal apa yang kutulis dan siapa yang bakal membacanya. Kadang aku nulis santai aja, tapi ternyata setiap kata bisa punya efek yang jauh lebih besar dari yang kukira. Setuju banget kalau tulisan itu bukan cuma cerita atau ilmu, tapi juga doa dan harapan yang kita tulis diam-diam. Makasih banget udah ngingetin—mulai sekarang aku bakal lebih hati-hati dan sadar kalau kata-kataku bisa nyentuh seseorang di luar sana :)
ReplyDeleteMemang benar. Harus kuakui bahwa nggak semua tulisan akan membawa dampak yang baik. Beberapa memang mengundang dampak yang ekstrem banget. Tinggal kita aja milih jenis tulisan mana yang akan ita baca
ReplyDeleteSaya ga pernah doa khusus seperti itu sih, hanya berharap apa yang saya tulis bermanfaat untuk orang lain. Next saya akan berdoa seperti yang dilakukan Tendi Murti semoga tulisanyang saya tulis bermanfaat untuk orang lain, bermanfaat menjadi tindakan yang baik bukan tindakan yang buruk, khawatir dampaknya
ReplyDeleteSaya bersyukur banget misal tulisan saya menjadi inspirasi orang lain. Baru aja nulis tentang hoarding disorder dan banyak yang kasih komentar. Rasanya senang bisa jadi pengingat bagi sebagian orang
ReplyDelete