Literasi Digital Melawan Hoaks

Tuesday, August 1, 2023



Literasi Digital Melawan Hoaks/mardanurdin.com


 Melawan Taburan Hoaks Bersama ICT Watch


Hoaks ibarat taburan pasir yang berserakan kemana-mana. Kadang keberadaannya tak disadari, seakan tak ada, nyatanya ada dan menempel di mana-mana sehingga menyelusup ke dasar otak hingga ke relung hati yang terdalam.

Jika tak pandai menelisik maka hoaks seakan kebenaran yang absolut.

Maka haruskah kita menyatu dalam pusarannya? Atau kita memang sulit membedakan antara fakta, mitos dan kebohongan? 

Tentu saja, tidak. Kita harus melawan hal itu, meski kita terpaksa seakan melawan arus. Setidaknya mampu membedakan informasi itu hoaks atau bukan.


Melawan Hoaks yang Berserak


Melawan hoaks yang berserak adalah salah satu materi yang diberikan pada kegiatan Training of Communicator (ToC) Literasi Digital dengan pendekatan Komunikasi Antar Pribadi (KAP). Acara ini diselenggarakan oleh ICT Watch bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar (STIK) Prodi S1 Kebidanan pada akhir Mei lalu. 

Kegiatan yang seru dengan materi yang padat dan trainer yang asyik. Saya sangat antusias mengikuti acara itu. Di samping materinya memang bagus dan kekinian, ada pula berbagai ice breaking yang mengedukasi sekaligus menghibur. 

Salah satu materi dalam ToC dijelaskan bahwa, media sosial bisa berfungsi ganda. Bisa sebagai sumber informasi sekaligus menjadi sumber hoaks.

Betapa banyak informasi hoaks yang kita terima melalui media sosial, seperti di grup-grup whatsapp, kanal-kanal youtube dengan video yang dipotong kemudian digabung-gabungkan sehingga nampak nyata. 

Kalau tidak teliti, kita bisa saja langsung percaya, alih-alih mencari sumber aslinya banyak yang langsung membagikan linknya sehingga berita yang tidak benar itu semakin menyebar kemana-mana. Oleh karena itu sangat penting mengenali dengan baik ciri-ciri atau tanda-tanda berita hoaks.


Perhatikan Ciri-Ciri Hoaks


Ada beberapa ciri-ciri hoaks yang mesti kita ketahui agar tidak termakan hoaks dan tidak ikutan menyebar hoaks. Mari kita lihat ciri-cirinya berikut ini.


Mengaduk-aduk Perasaan


Hoaks atau berita palsu  sebenarnya tujuannya memang untuk mengaduk-aduk perasaan sehingga kita menjadi emosi dengan berbagai jenisnya, misalnya: marah, sedih, cemas, takut, deg-degan, bahkan gembira. 

Sasarannya adalah perasaan yang tidak stabil, alih-alih menggunakan akal sehat, maka berhati-hatilah dengan berita atau informasi yang tiba-tiba membuat kamu emosi, takut, khawatir atau deg-degan.

Berita hoaks bisa bikin orang gembira dan bahagia?

Mungkin ada yang penasaran, mengapa bergembira padahal berita yang didapatkan adalah hoaks.

Gembira dan bahagia yang dimaksud dalam hali ini, adalah yang bersifat semu. Hanya sesaat, setelah terbukti kalau itu hoaks maka emosi gembira berubah jadi emosi sedih, marah, menyesal, dan sebagainya. 

Siapa yang tidak gembira kalau tiba-tiba mendapatkan pesan, “nomor ponsel Anda berhasil memenangkan hadiah uang senilai Rp. 2000.000 atas keberhasilan Anda mengisi ulang pulsa hari ini.” 

Sementara Anda baru saja mengisi pulsa. Nah, pas kan? Walaupun setelah ditelusuri, ternyata itu hoaks bahkan modus penipuan bertajuk hadiah. 


Tidak Logis


Informasinya tidak dapat diterima oleh akal sehat. Terkadang berlebihan dan sangat provokatif. Seperti:

Dana APBN 800 Trilyun digarong rezim Syetan!!!

Sangat provokatif bukan?

Atau baru-baru ini terdengar berita kalau salah seorang artis Indonesia, Agnez Monika meninggal dunia karena diserang oleh orang tidak dikenal di Amerika. Padahal faktanya, artis tersebut baru saja tampil live di salah satu saluran televisi. 


Minta Diviralkan


Pernah mendapatkan pesan berantai, jika di aplikasi whatsapp terlihat  pesan diteruskan berkali-kali? Sering sekali muncul di grup-grup whatsapp bukan?

Pesan berantai (kadang dengan ancaman), maka hati-hati dengan ajakan seperti:

Ayo viralkan! Ayo beri tahu orang lain! Kalau tidak meneruskan, banyak yang akan mati!

Kalau anda meneruskan ke orang lain maka pahalanya akan berlipat ganda.”


Tidak Jelas Sumbernya


Tidak ada link sumber atau sumbernya tidak kredibel, terkadang sambil mengklaim orang/lembaga terkenal. Menyatut (menipu, mengakali) untuk menyesatkan orang, mereka mencatut nama lembaga ini itu (biasanya dari luar negeri) atau nama ahli, professor, doktor yang tidak jelas tapi dari nyatut universitas terkenal.


Tata Bahasa buruk


Nah ini yang paling banyak saya temukan. Terdapat typo di mana-mana, susunan kata berantakan dan sering pula menggunakan huruf capital atau huruf  besar semua. 

lawan hoak dengan literasi digital


Bagaimana Mengatasi Hoaks?


Lakukan Langkah ABC


Amati isinya

Amati isinya, jika membuat emosi, apakah sedih, marah deg2an maka waspada. Terutama judulnya, jika bersifat provokatif  maka itu adalah hoaks.


Baca Sampai Habis

Baca baik-baik sampai selesai, jangan langsung berkesimpulan. Jangan mudah percaya dengan judul yang bombastis atau judul clik bait.


Cek Sumber Beritanya


Jika itu adalah artikel/berita, cek sumbernya.

Jika Anda mendapatkan dan membaca sebuah berita viral di media sosial,  sebaiknya cek berita tsb di google lalu telusuri berita yang sama, maka biasanya akan  menampilkan berita-berita yang serupa sehingga kita bisa tahu berita tersebut “hoax” ataupun asli.

Jika ada gambar maka periksa gambar/foto melalui google lens. 

Menangkal hoaks dan mengedukasi orang untuk tidak gampang termakan hoaks, bisa dilakukan dengan metode komunikasi antar pribadi atau KAP.


Gunakan Metode KAP


Metode Komunikasi Antar Pribadi (KAP) merupakan metode yang digunakan dalam menangkal hoaks pada kegiatan Training of Communicator (ToC) dengan pertimbangan bahwa, alat komunikasi utama adalah orang bukan benda. Benda hanya membantu bukan menggantikan.


Metode KAP/mardanurdin.com


Ada tiga prinsip komunikasi antar pribadi, yaitu:

  1. Membangun keakraban
  2. Saling mendengarkan dan berbicara
  3. Mengunci komitmen


Membangun Keakraban


Dalam membangun keakraban, ada dua pertanyaan yang harus dijawab, yakni:

Apa saja yang bisa dilakukan untuk menciptakan keakraban?

Jika Anda bertemu dengan seseorang untuk pertama kalinya, atau sudah sering bertemu, tetapi belum akrab, maka yang bisa dilakukan agar tercipta keakraban adalah tersenyum, mengajaknya berkenalan, mengajaknya bicara, mengobrol, dan saling bertanya kabar. 

Maka lambat laun akan tercipta keakraban.

Apa yang pertama kali harus diketahui?

Jika yang ditemui adalah orang yang belum dikenal sebelumnya, maka yang pertama kali harus diketahui adalah namanya. Sebutkan terlebih dahulu nama Anda sebelum bertanya siapa nama lawan bicara Anda. 

Ingatlah, bahwa nama itu sangat penting, bukan sekadar identitas seseorang, tetapi ada harapan, doa, cita-cita, mimpi, pengalaman, dan hal lainnya.

Cobalah rasakan perbedaan jika berbicara dengan orang yang menyebutkan nama Anda dibanding berbicara yang tidak menyebutkan nama atau bahkan tidak tahu siapa nama lawan bicaranya.


Saling Mendengarkan dan Berbicara


Mendengarkan dan berbicara adalah kemampuan dasar manusia, tetapi banyak yang kurang terampil menggunakannya.

Ada yang bisa berbicara, tetapi kurang sabar mendengarkan. Ada pula yang hanya nyaman mendengarkan lawan bicaranya dibanding ikut berbicara.

Jika Anda mau mendengarkan lalu berbicara secara terbuka maka pikiran juga akan terbuka, tidak menimbulkan prasangka. Saat terjadi perbincangan maka tunjukkan kalau Anda sedang mendengarkan dengan bahasa non verbal, seperti: melakukan kontak mata, mengangguk, tersenyum dan sebagainya.


Mengunci Komitmen


Prinsip ketiga dalam komunikasi antar pribadi dalam menangkal hoaks adalah mengunci komitmen.  Bagaimana caranya? 

  1. Saat mendapatkan pesan atau informasi jangan memaksa pemberi pesan untuk berkomitmen secara eksplisit.
  2. Secara halus lakukan tiga  hal ini, yaitu: 1) ulangi pesan kunci; 2) Tanyakan kembali pesan tersebut untuk lebih meyakinkan; 3) Merinci pesan (kapan kejadiannya, di mana) untuk memastikan. 
  3. Tanyakan, "kalau terima berita, apa yang akan Anda lakukan?"
  4. Lanjutkan dengan pertanyaan tantangan, "benarkah Anda mau diam saja? Atau mau menamai dahulu emosi? Atau mau cek dahulu kebenarannya?" Hal ini dilakukan jika penerima informasi masih teguh pendiriannya untuk meneruskan informasi.
  5. Kalau bisa dibayangkan bagaimana kejadiannya nanti, maka lebih dekat ke perubahan perilaku. Misalnya diprojeksikan, "cek kemana nih? Tanya ke siapa?"


PENUTUP

Literasi Digital/mardanurdin.com

Hoaks adalah berita yang tidak benar dan cenderung bersifat fitnah. Dampaknya bagi masyarakat adalah menimbulkan kecemasan, kesedihan, dan kemarahan.

Maka setiap mendapatkan berita, informasi, maupun pesan, jangan langsung ditelan mentah-mentah apalagi langsung dibagikan.

Selalu saring dahulu, periksa baik-baik dahulu sebelum dibagikan.




Demikian, semoga bermanfaat

Makassar, 1 Agustus 2023


Dawiah

29 comments

  1. Keren Bu, sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  2. wah boleh juga tagline kakak, saring sebelum sharing :D

    ReplyDelete
  3. Sering banget ini hoax mengincar para lansia. Mamah aku nih pernah nyebar hoax. Makasih ya mba udah dikasih tau cirinya. Bisa aku forward ke mamah aku nih

    ReplyDelete
  4. Walaupun banyak juga yang udah tau hoax ini cirinya mengaduk perasaan, ya tetep aja banyak yang suka kena dan meneruskan berita hoax tersebut, huhu.

    Andaikan tagline "Saring sebelum sharing" ini bisa dilakukan semua netizen, kayanya akan tercipta lingkungan yang bebas hoax yaa.

    ReplyDelete
  5. Sejak komunikasi WA jadi bagian dari hidup kita terus forwardnya begitu mudah, tex, gambar dan video hoax sudah jadi bagian dari keseharian banyak orang ya Mak. Tiap buka WA di pagi hari, ada aja terima kabar yang belum tentu kebenarannya dari group-group yang saya ikuti. Memang literasi digital melawan hoax ini, mestinya juga diviralkan ya, biar semakin banyak yang sadar bahwa berita yang kita terima tidak selalu berupa fakta

    ReplyDelete
  6. hoaks ini beneran dahhh

    susah ditangkal dan disangkal.
    apalagi klo dah di wa grup kluarga besar.

    sungguh hadeehhhh

    ReplyDelete
  7. Apalagi menjelang pemilihan ini sudah semakin banyak hoax yang beredar, memang harus dilawan apalagi beredarnya di grup WA sering banget. Biasanya yang mudah terpancing mereka-mereka yang minim literasi digitalnya.

    ReplyDelete
  8. Komunikasi Antar Pribadi (KAP) ini metode yang bagus sekali untuk melawan hoaks yang makin ramai beredar di masyarakat. Oh iya tuh suka membuat perasaan kita diaduk-aduk. Walau sepertinya tak masuk akal, kok bisa-bisanya masih tertipu dan percaya saja dengan berita tersebut ya?

    ReplyDelete
  9. Hoax memang bikin resah. Tugas kita bersama menjelaskan sanak saudara agar tidak mudah percaya hoax

    ReplyDelete
  10. Betul mbaa..di masa sekarang, kita harus extra hati - hati yaa denga segala berita hoaks, misinformasi dan juga disinformasi. Ayo kita bisa lawaaan

    ReplyDelete
  11. Berita di medsos khususnya bikin kepala jadi puyeng mba. Saking banyaknya dan hak tau itu bener apa enga. Jadi aku biasa langsung close dan logout kalau kebutuhan yang aku cari di medsos sudah ketemu.

    ReplyDelete
  12. Terima kasih Mba atas sharingnya saya tuh kadang suka gemes di grup amu, isinya kan emang banyak yg lebih tua dari saya. Nah,mereka pada suka share hoaks. Kadang saya kasih tau baik dengan memberikan info kalo itu hoaks. Tapi sering terjadi ,jadi kadang lelah hehehe

    ReplyDelete
  13. Tosss aaah aku juga ikut acara ini di Jakarta ihh aku jadi maluu belum bikim tulisan maak.

    Bermanfaat banget ya materinya bagus, nah aku sudah action ni ke sekolah sekolah bulan depan agneda di sekolah anakku.

    ReplyDelete
  14. thank you mba atas sharingnya, ini sebagai reminder juga untuk bisa melawan hoaks

    ReplyDelete
  15. Kadang berita hoax malah menggoda yaa..Bunda, apalagi dinarasikan dengan bahasa lebai dan judul yang provoke.
    Wah, bener-bener jadi bahan ghibahan banget.

    Sebenernya aku kalo abis baca berita yang belum aku kroscek, ada perasaan "panas" juga sii.. Jadi kalau gak sempet tabayyun, semoga bisa menahan jari untuk gak asal share dan ghibahin. Minim tahan di diri sendiri dulu.

    ReplyDelete
  16. Berita hoaks ini yang sering nyebarin justru generasi yang baru kenal media sosial seperti para lansia. Pernah dialami oleh orang tua dan mertua sendiri. Gak paham kalau yang diaebarin itu berita hoaks.

    ReplyDelete
  17. Informatif Bunda, pengingat bagi saya artikelnya. Setuju untuk saring sebelum sharing. Kalau dapat berita/info/pesan, jangan langsung ditelan mentah-mentah apalagi langsung dibagikan.

    ReplyDelete
  18. Bener banget nih,di era digital seperti skrg penting untuk literasi dan numerasi. Biar bisa membedakan mana info atau berita valid dan yg hoak. Pernah sih sy juga kena berota hoak karena gak dicek dulu kebenarannya. Makasih tulisannya, bagus.

    ReplyDelete
  19. Sebentar lagi mau pemilu nih. Siap² menangkal hoax deh. Betul² harus saring dulu. Kalau ga perlu, ya engga usah sharing deh...

    ReplyDelete
  20. Dan mendekati musim pemilu, hoaks akan bertaburan sangat banyak...menjadi bijak dan penting bagi kita2 yang sudah lebih dahulu paham dan menebarkan pemahaman tersebut ke sekitaran kita...

    ReplyDelete
  21. Merode KAP untuk menangkal hoaks ini sepertinya memang lebih efektif ya, Mbak. Karena objek kita hadapi langsung, gak cuma menyuruh mereka baca atau cek-cek berita sendiri. Btw acaranya seruuu yaa :)

    ReplyDelete
  22. Harus banget ini program literasi digital melawan hoax dilakukan secara konsisten. Soalnya tetap aja ya, sampai sekarang hoax merajalela. Dari hoax kesehatan hingga hoax yang akhirnya merugikan secara finansial. Ayuk kita terus galakkan literasi ini.

    ReplyDelete
  23. Berita hoaks tuh lebih berat lagi kalau jatuh ke tangan orang - orang tua, sering kali kemakan beritanya walau udah dikasih tahu itu berita gak bener.

    ReplyDelete
  24. menjaga adab dan literasi dalam bermedia sosial perlu banget, apalagi di era sekarang mudah banget orang share berita kadang hoax tanpa mikir, hiks

    ReplyDelete
  25. hoaks ini mudah dikenali tapi kadang susah, berpasrah aja dong ya, semoga semuanya membangik. amin

    ReplyDelete
  26. Di tengah maraknya perkembangan media sosial, persebaran hoax dalam bentuk konten di media sosial juga makin masif, jadi pengguna harus lebih cerdas dalam memilih dan memilah konten, salah satu caranya dengan melakukan cek dan ricek terlebih dahulu kebenaran berita tersebut.

    ReplyDelete
  27. Sekarang tuh lagi musim penipuan lewat WA yang berupa apk itu yaa, Bunda.
    Jadi kudu ekstra hati-hati saat mengecek HP. Kadang seringkali penasaran, jadi boomerang yang merugikan.

    ReplyDelete
  28. Aku sesekali masih nemu orang yang suka share berita yang kebanyakan hoax. Biasanya ya gak kugubris. Sampai di aku, baca, buang. Literasi buat pengguna digital memang wajib banget yaaa

    ReplyDelete
  29. Hoaks menjadi dilema saat kurang cermat mensikapi sebuah informasi yang muncul di masyarakat

    ReplyDelete