PERMADANI DAFFA

Thursday, June 22, 2023



Sumber: Pixabay.com



Permadani Daffa

Di suatu desa yang teduh terdapat satu gubuk reyot  yang dihuni oleh seorang wanita tua bersama anak laki-lakinya yang masih berusia 7 tahun, namanya Daffa. Wanita itu sangat miskin. Dia hanya mengandalkan hasil dari pekerjaan anaknya Daffa sebagai tukang bersih-bersih di masjid. 

Letak masjid itu cukup jauh dari rumah mereka, untuk sampai ke sana, Daffa harus berjalan kaki sejauh puluhan kilometer. 

Setiap hari Daffa berangkat ke masjid menembus dinginnya malam. Dia selalu berjalan cepat, kadang berlari agar dia bisa tiba di masjid sebelum pengurus masjid tiba, masjid sudah harus selesai dibersihkan sebelum jamaah berdatangan. 

Setiap kali ia selesai menyapu dan mengepel lantai masjid, dia selalu mendapatkan pujian atas kerjanya. Sebagai tukang bersih masjid, ia cukup menyapu masjid 5 kali sehari, dan mengepel lantainya cukup sehari, yaitu pada dini hari. Kecuali pada hari Jum’at, barulah Daffa mengepel lantai dua kali sehari, yaitu pada dini hari dan menjelang salat Jum’at. 

Setiap hari, Daffa tinggal di masjid. Bekerja dan bermain di sekitar masjid, sejak dini hari hingga selesai salat isya. Para pengurus masjid bergantian memberinya makan. Setiap mendapatkan makanan selalu dia menyisihkan sebagian makanannya untuk ibunya. 

Hari Jum’at adalah hari yang selalu dinantikan Daffa, karena pada hari itulah ia akan mendapatkan gaji atas hasil kerjanya. 

Suatu hari, Daffa seperti biasanya menyapu masjid. Tiba-tiba dia melihat sajadah merah, tebal dan sangat indah, lebih mirip permadani. Daffa kenal betul semua sajadah milik masjid. “Ini pasti milik salah seorang jamaah.” Daffa bergumam sendiri sambil menggulung sajadah yang mirip permadani itu, kemudian disimpannya di atas mimbar masjid, lalu ia meneruskan pekerjaannya menyapu lalu mengepel lantai. 

Hingga selesai salat isya, tidak ada seorangpun yang menyentuh sajadah itu. Daffa mengambil sajadah itu, ia berniat menyerahkannya kepada pengurus masjid, ustaz Fahmi. Tiba-tiba bahunya disentuh oleh seseorang, Daffa menoleh perlahan. “Nak, itu  milik Abah.” Kata laki-laki itu.

Daffa menyodorkan sajadah itu sambil berkata, “syukurlah, akhirnya pemiliknya datang.”

 “Nak, ini adalah permadani, sengaja Abah kasih ke kamu sebagai penghargaan atas kerjamu merawat masjid.” Kata laki-laki yang menyebut dirinya sebagai Abah.

“Terima kasih Abah, ini pasti mahal sekali.” Daffa menerima permadani itu dengan senang hati, dia mengusap-usapnya dengan lembut. Tiba-tiba tubuhnya terangkat dan jatuh terduduk. 

Anehnya ia tidak merasa sakit. Dia jatuh di atas permadani. Permadani itu bergerak-gerak seakan berayun. Terdengar suara lembut entah darimana datangnya, “hamba siap mengantarkan tuan Daffa kemana saja tuan mau.” 

Daffa sangat kaget, kedua tangannya memegang pinggir permadani itu, “hei apa yang terjadi!” Serunya dengan muka pucat.

“Itulah permadani ajaib untukmu Nak, gunakanlah sebagai kendaraan kemana saja engkau akan pergi.” Seru abah sambil memamerkan tawanya.

“Tetapi bagaimana caraku memakainya?”

“Usapkan saja tanganmu di atas permadani lalu katakan tujuanmu, maka permadani akan mengangkat tubuhmu dan membawamu pergi ke tempat tujuanmu.” Abah menerangkannya sambil berjalan ke luar masjid.

“Oh permadani, hari ini pekerjaanku sudah selesai, antarkan aku pulang ke rumahku.” Bisik Daffa agak ragu. Permadani berayun sejenak lalu perlahan dia terbang keluar dari masjid, naik dan naik  terus ke atas angkasa melampaui pohon yang tinggi hingga pada ketinggian tertentu, permadani melayang lurus, terbang dengan tenang Daffa memeluk lututnya kedinginan, “Oh sungguh dingin berada di atas angkasa.” 

Tiba-tiba keluar selimut dari bawah permadani, “pakailah selimut itu, tidak lama lagi kita akan sampai.” Bisik permadani. 

“Apakah kamu lapar?” Bisik permadani.

Daffa tidak menjawabnya dia hanya mengangguk sambil memegangi perutnya. Sebenarnya Daffa memiliki makanan, tetapi dia tidak makan, dia lebih memilih membungkus makanan itu untuk ibunya. 

Kembali terjadi keajaiban, permadani mengeluarkan makanan, nasi dan lauk pauknya. “Makanlah!” Kata permadani.

“Bolehkah aku makan makanan ini bersama ibuku nanti?” Permadani berayun lembut. “Kamu memang anak yang baik, bungkuslah makanan itu.”  

Tidak berapa lama, permadani itu turun perlahan-lahan tepat di halaman rumah Daffa. Begitu turun dari permadani, permadani itu langsung menggulung. Kini Daffa mengerti, permadani itu menggulung agar dapat dibawa masuk ke dalam rumahnya. 

Pengalaman malam itu adalah awal petualangan Daffa bersama permadaninya. Setiap hari dia ke masjid menggunakan permadani ajaibnya, juga setiap malam dia membawakan makanan untuk ibunya. 

Akhirnya Daffa dapat menunaikan tugasnya membersihkan masjid tanpa perlu berjalan cepat-cepat apalagi berlari menembus malam. Dia semakin rajin bekerja, sehingga dia juga semakin disayang oleh pengurus masjid, ustaz Fahmi juga oleh jamaah lainnya.

 

Ilustrasi:

Keajaiban selalu datang menghampiri bagi hamba yang dipilih oleh Allah Subhanahu wataala. Untuk mendapatkan keajaiban membutuhkan kerja keras tanpa lelah dan mengeluh.


Kali ini saya akan menulis cerita dongeng. Saat saya mulai menulis, tiba-tiba saya teringat ponakan saya yang bernama Daffa, maka jadilah namanya saya abadikan dalam dongeng ini.

Selamat berpetualang dan mengenang masa kecil saat ayah atau ibumu sedang membacakan dongeng.


Makassar, 22 Juni 2023


Dawiah

Post a Comment