Wahai Diri, Waktumu Tak Banyak Lagi

Wednesday, June 1, 2022



 

Hari ini rapor KLIP sudah keluar dan hasil yang saya peroleh cukup memuaskan. Setidaknya saya bisa mempertahankan badge excellent dengan jumlah setoran tulisan sebanyak 20, total jumlah kata 15517 dan rata-rata kata persetoran 776 kata. 


Alhamdulillah. Saya bersyukur sudah berhasil hingga sejauh ini, sekalipun belum memenuhi target yang saya canangkan dan belum juga menulis tema yang sama untuk setiap setoran tulisan.

 

Namun, di balik rasa senang itu saya mendapatkan kabar yang bikin hati saya  campur aduk. Yah, sedih, terharu, bangga dan bikin  jleb juga. 

Soal kenapa hati serasa jleb, teruskan baca tulisan ini, nanti juga tahu alasannya.

 

Adalah Mbak Rijo Tobing salah seorang penulis paling produktif di KLIP mengundurkan diri dari KLIP. Melalui postingannya, beliau menganalogikan bahwa selama di KLIP ia ibarat seorang pelajar yang masih duduk di bangku sekolah dan masih dalam pengawasan orangtuanya.


Makan, minum dan belajarnya masih diatur dan diawasi oleh orang tua.  Lalu, saat beliau memutuskan keluar dari KLIP, ia merasa sudah siap mandiri. Ibarat mahasiswa yang pergi merantau demi pendidikan sehingga harus mengatur sendiri jadwalnya.

 

Sampai di sini, hati saya mulai merasa gimanaaaa gitu …

Saya yang sok mengaku sebagai penulis, mesti diingatkan dan diawasi oleh KLIP baru mau memaksakan diri menulis.


Kalau bukan karena diingatkan oleh teman-teman di KLIP melalui setorannya, terutama Mbak Rijo yang tak pernah absen menyetorkan tulisannya setiap hari, barangkali saya tidak terpicu menulis juga.


Penulis yang tidak menulis layak disebut sebagai apa? Itu kata Mbak Rijo. Beliau berkata lagi, 


“saya harus menulis tak peduli ekosistem dan sistemnnya ada atau tidak ada dan tanpa iming-iming badge.”

 

Hello! 

Apa kabar diriku?

Masih mengejar badge, masih menunggu feeling good karena lebih banyak bad mood nya. 


Masih suka keasyikan scroll-scroll media sosial apalagi kalau lagi tak ada ide. Menulis hanya karena tak ingin terlempar dari grup, menulis hanya karena melihat teman-teman komunitas yang ramai-ramai ngelist, dan sebagainya. 

Nah inilah yang bikin hati saya JLEB.

 

Padahal sesungguhnya, saat ini saya sedang kejar-kejaran dengan waktu. Sebelum masa pensiun tiba, saya sudah harus memiliki habits menulis tanpa iming-iming apapun, seperti yang dilakukan Mbak Rijo sekarang.

 

Sebelum masa lansia menyapa, itupun kalau umur saya panjang, saya sudah harus memiliki karya sebagai prestasi yang akan dikenang oleh anak cucu saya.

 

Lah, bagaimana bisa tercipta suatu karya jika masih santai kayak di pantai. 

Masih sering mengulur-ulur waktu sekalipun ide sudah berdesakan di kepala, lebih sering terabaikan karena malah asyik ngobrol baik ngobrol di dunia maya maupun di dunia nyata.

 

Wahai diri!

Kamu sudah berada di lingkungan orang-orang dengan frekuensi yang sama, sudah bergabung di berbagai komunitas menulis dan lingkaran pertemananmu 80% adalah penulis, maka belajarlah dari mereka.

 

Tak perlulah jauh-jauh belajar kepada Tere Liye yang sangat produktif dengan novel yang selalu  best seller atau meneladani Dee Lestari dengan karya fenomenalnya. 

Itu terlalu tinggi impianmu.

 

Cukuplah mempelajari dan mencontoh  konsistensi menulisnya Mbak Rijo Tobing yang menulis tak pernah kurang dari 1000 kata perhari. 

Ada pula Lendyagassi, peserta KLIP juga yang bulan ini menulis dengan jumlah kata 1500-an perhari.


Atau lihatlah Mugniar, bloger Makassar yang hampir setiap hari menulis di blog seakan tak pernah kehabisan ide. 

 

Baiklah, dengan mengucapkan bismillah dan dengan restu mama papa, eh.


Malam ini saya sambut bulan Juni dengan niat yang tulus dan sungguh-sungguh untuk terus menulis dan meng- upgrade ilmu menulis  juga memanajemen waktu agar lebih produktif.

 

Ingat, waktumu tak banyak lagi, maka gunakanlah waktu itu dengan sebaik-baiknya. Korbankan waktu santaimu, kurangi waktu tidur-tiduranmu, hilangkan rasa malasmu demi keberhasilan yang dicita-citakan.

 

“Barang siapa yang mengejar keberhasilan tanpa mau berkorban, maka ia telah menghabiskan umurnya untuk mengejar kemustahilan.” (Ustaz Muhammad Nuzul Dzikri).


Makassar, 1 Juni 2022

Dawiah 

12 comments

  1. IKIP itu apa kak maaf aku awam , makasih sharing motivasi nya keren

    ReplyDelete
  2. Masya Allah ... namaku ada juga di sini ....
    Terima kasih, Kak ...
    Saya mencoba konsisten saja. Saya punya target. Tadinya sekira 15 tulisan per bulan lalu saya turunkan 10-15 .... tapi diusahakan 15 meski terbagi2 dalam beberapa blog.
    Pandangan Mbak Rijo itu bagus ya ... memang tidak perlu ada yang mengiming-imingi kalau serius melakukan sesuatu ... tinggal bagaimana memelihara semangatnya. ;)

    ReplyDelete
  3. Menarik banget nih KLIP ya Mba, jadi ada yang nyemangatin untuk selalu menulis setiap hari, keren banget yang bisa nulis ribuan kata setiap hari, sekarang juga agak kendor rajin nulisnya :)

    ReplyDelete
  4. Makasih Mbak buat pengingatnya. Aku sendiri lagi berusaha konsisten juga buat nulis tanpa iming-iming. Memang belum bikin karya besar. Yang penting buat catatan diri sendiri dulu

    ReplyDelete
  5. Bundaaa... inspiratif banget tulisannya. Aku pun sering masih bolong-bolong nulisnya. Kadang niat segunung himalaya, tapi tenaga sedalam lautan hindia hahaha.. alesyaaan! Pokoknya aku usahain nulis meski cuma sehalaman sehari, atau minimal nulis status medsos untuk ninggalin jejak. Sehat selalu ya bun...

    ReplyDelete
  6. Konsisten itu susah. Jadi ingat niat pasti semangat lagi menulis

    ReplyDelete
  7. Menulis dengan konsisten tanpa iming2 memang sulit yaa.. butuh niat yg bener2. Btw aku sendiri malah penasaran sama KLIP, karena baru tahu ada komunitas seperti ini. Jd pengen cari tahu lebih lanjut

    ReplyDelete
  8. Ditinggalkan seseorang yang inspiratif seperti kak Rijo memang terasa berat yaa, Bunda.
    Tapi yakin, insightnya masih bisa kita nikmati melalui karya-karyanya yang ada di blog dan buku-buku beliau.

    Semoga bisa terus konsisten dalam menulis.
    Seneng banget ada namaku.. huhuu ((terharu))

    Sesungguhnya, jumlah rata-rata setoran itu jadi habit buatku Bunda. Serasa belum pengen berenti nulis kalo belum 1.000.
    Agak greedy yaa.. Huhu~

    ReplyDelete
  9. Pastinya susah banget untuk bisa menulis tiap hari, alesan untuk tidak menulis emang selalu ada aja yaah huhu

    Semoga kita semua bisa semangat menulis tanpa iming2 apa pun yaah!

    ReplyDelete
  10. Wah mbak Rijo Tobing, aku pernah ulas salah satu bukunya.
    Kyknya membernya KLIP keren2 nih. Adanya komunitas penulis bisa buat saling support sekaligus balapan utk selalu produktif ya mbak :D
    Hehe semangat mbak, pdhl dirimu ya keren lho mbak, di sela2 kesibukan tetep bisa nulis :D

    ReplyDelete
  11. terima kasih banyaaak ya mba untuk mengingatan sekaligus beri semangat dan pastinya insipirasi lewat berbagai tulisan

    ReplyDelete
  12. halo, bunda. semoga selalu sehat, ya :)

    ReplyDelete