Anak Trouble Maker? Inilah Penyebab dan Tips Mencegahnya

Friday, November 19, 2021

 




 

Anak Trouble Maker? Inilah Penyebab dan Tips Mencegahnya

Pernahkah Anda mendapati anak yang selalu buat onar? Disenggol sedikit saja langsung ngamuk, perilakunya kasar, dan agresif. Anak yang perilakunya seperti ini biasanya disebut mengalami trouble maker, si pembuat huru-hara.

Tentu saja orang tua yang memiliki anak berperilaku trouble maker akan menjadi sedih dan gusar, bahkan tidak sedikit yang bertindak keras, menghukum dengan fisik dan sebagainya.

Namun, tahukah Anda jika hal itu dilakukan maka yang terjadi adalah anak akan semakin menjadi-jadi. Bukannya jadi anak penurut, yang ada malah jadi pembangkang sebab merasa dihalangi aktivitasnya.

Yap, sembari mengurut dada kitapun sebagai orang tua dituntut untuk bersikap bijaksana dalam menghadapi anak yang cenderung trouble maker.

Sebelum kita membahas tips agar anak tidak membuat masalah, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa saja yang bisa memicu anak menjadi pembangkang dan pembuat huru hara. Sebab penyebab anak berperilaku buruk umumnya disebabkan oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga dekat maupun lingkungan sekitar rumahnya.


Perlakuan yang Memicu Anak Menjadi Trouble Maker


Berikut ini empat jenis perlakuan  yang bisa menjadi pemicu anak bersifat pembangkang dan pembuat masalah atau menjadi  trouble maker.

 

Memukul


Pernahkah melakukannya?

Bisa jadi ada yang menjawab, “ya iyalah, bagaimana tidak memukul, anaknya nakal begitu.” Waduh, jangan sampai terjadi yah. Penting kita ketahui, bahwa kekerasan fisik merupakan bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini bisa mengakibatkan anak menjadi dendam lalu bercita-cita suatu hari ia akan lebih berkuasa daripada orang tuanya atau oleh orang dewasa yang memukulnya.

Bayangkanlah jika hal itu terjadi. Anak akan apabila anak bertindak sewenang-wenang. Bisa jadi anak akan memukul siapa saja yang menghalangi perbuatannya.

 

Mempermalukan

 

Sebahagian orang tua ada yang sengaja mempermalukan anaknya, dengan alasan supaya anaknya jera. Padahal perbuatan itu hanya akan membuat anak menjadi rendah diri dan kurang percaya diri.

Jika anak kurang percaya diri, biasanya menimbulkan sikap melawan atau menantang siapa saja yang dianggapnya merendahkan dia sebagai bentuk perlawanan atau untuk menutupi rasa rendah dirinya.

 

Mendidik Anak Saat Sedang marah

 

Jika kita mendidik atau mendisiplinkan anak pada saat emosi sedang memuncak biasanya kita lupa diri dan bisa kita melakukan sesuatu yang berlebihan. Marah berlebihan, mengeluarkan suara yang sangat keras dan kasar.

Tindakan seperti itu akan menimbulkan kemarahan tersendiri di hati anak. Bukannya anak akan berperilaku baik malah akan berperilaku sebaliknya.

 

Mengancam


Tindakan orang tua yang selalu mengancam anak akan menimbulkan hilangnya kredibiltas orang tua  di mata anak. Jika terlalu sering diancam anak akan menjadi kebal sehingga tidak lagi mengindahkan kata-kata orang tuanya. 


Baca juga Doa Ibu Sepanjang Jalan
Insiden Selama PJJ


Tips Mencegah Anak Menjadi Trouble Maker


Setelah kita mengetahui empat hal yang bisa saja menjadi penyebab anak menjadi pembangkang, nakal dsb, maka saat kita mengetahui tips-tips yang bisa menjadi alternatif dalam menghadapi anak yang trouble maker.

 

Jauhkan dari Sumber Pertengkaran

 

Anak yang sedang tidak stabil biasanya mudah marah, akibatnya siapa saja yang ada di sekitarnya akan dilawan dan ditantang untuk bertengkar bahkan berkelahi dengan menggunakan fisik. Supaya hal itu tidak terjadi maka jauhkanlah dia dari sumber pertengkaran tersebut.

Orang tua atau orang yang lebih dewasa yang ada di sekitarnya secepat mungkin melakukan pendekatan, misalnya mengajaknya pergi ke suatu tempat yang nyaman, seperti ke taman, berenang, nonton atau apa saja yang akan menyenangkan baginya.

Ciptakan waktu kebersamaan di mana anak dan orang tua dapat bicara dengan akrab hingga tercipta perasaan kedekatan. Jangan mengungkit kelakuan buruknya. Anggap saja kita sudah melupakannya. Tujuannya adalah agar anak tidak merasa dihakimi. Karena anak yang merasa dihakim, cenderung mengulangi lagi kelakuannya.

 

Jangan Pelit Memuji
 

Setiap kali melihat atau mendengar anak melakukan sesuatu yang baik atau berperilaku baik maka segeralah memujinya. Katakan dengan tulus tetapi ingat yah, jangan lagi menyinggung perilakunya yang buruk. Misalnya, “Wah, anakku hebat!

Jangan disambung dengan kalimat, “jangan seperti kemarin yah, sukanya marah-marah …”

Ini tuh kayak sudah diangkat terus dibikin jatuh lagi.

 

Tetapkan Batasan yang Tegas

 

Batasan tegas yang dimaksudkan adalah aturan-aturan yang disepakati bersama anak. Kemudian perlahan-lahan batas-batas tersebut dinaikkan. Konsistenlah dalam menerapkan hukuman apabila anak melanggar batasan yang telah disepakati.

Tujuan dari penetapan batasan adalah agar anak secara perlahan dapat mengendalikan dirinya dan tidak serta merta marah atau mengamuk.

Demikian, semoga bermanfaat.

Semangat mendampingi dan membimbing anak, semoga mereka menjadi anak yang lebih baik. 


13 comments

  1. Iya, Kak benar semua ... saya masih berjuang terus ini untuk menjadi orang tua yang lebih baik lagi. Terima kasih pengingatnya.

    ReplyDelete
  2. Kadang emosi masih menguasai hati jika menemukan anak menjadi sumber trouble maker. Tapi benar seperti yang Bunda tulis di atas, emosi tidak akan menyelesaikan masalah, justru semakin memperparah. Saya masih terus belajar juga untuk bisa mengelola emosi dengan baik, agar anak juga bisa mengambil contoh yang baik dari sikap orangtua.

    ReplyDelete
  3. makin keras kita sebagai orang tua memang bisa disikapi makin keras juga sikap anak ke orang tua

    ReplyDelete
  4. Konon katanya anak berbuat onar itu untuk menarik perhatian orang tuanya. Jadi untuk mengatasinya pun harus dengan kasih sayang, ya, Bun

    ReplyDelete
  5. Anak-anak yang trouble maker tidak terjadi dengan sendirinya ya Bunda. Pasti ada penyebabnya dan biasanya penyebabnya adalah orang dewasa. Jadi sebelum kita aman cat anak-anak sebagai trouble maker sebaiknya kita berkaca pada diri sendiri dulu ya Bunda. Nah kalau sudah diketahui kira-kira penyebabnya bisa dicarikan solusi. Seperti yang telah dituliskan di atas

    ReplyDelete
  6. Pengingat buat saya Bunda..apalagi menghadapi dua anak remaja di rumah..mesti pintar-pintar tarik ulurnya agar enggak emosi jiwa. Dan setuju jika sebaiknya ada aturan yang disepakati bersama sehingga saat anak melanggar dia bisa kita ingatkan akan aturan

    ReplyDelete
  7. Anak-anak yg dicap sebagai trouble maker emang biasanya ortu ada andil juga sih. Karena itu sebelum nyalahi anak dan melakukan labelling, ada baiknya orang tua melakukan instrospeksi diri dulu. Karena fitrah anak kan pada dasarnya suci dan polos. Mereka hanya meniru lingkungan.

    ReplyDelete
  8. Astaghfirulloh. Iya nih saya kadang masih suka menegur saat sedang marah. Hasilnya zero aja gak bermanfaat, yang ada anak melawan. PR banget untuk terus introspeksi diri sebagai orang tua.

    ReplyDelete
  9. Wah informatif sekali mbak, ada sih sepupuku yg kayak gitu sampai orang tuanya bingung gimana cara mengatasinya, tapi itu juga karena dari kecil orang tuanya selalu memanjakan sih. Dan lingkungannya juga kurang mendukung.

    ReplyDelete
  10. Kalau anak sudah mulai menggunakan kekerasan, ini kudu tega dan tegas gitu ya, Bunda..
    Anak-anak sedari kecil harus paham rules do and dont.

    ReplyDelete
  11. Mungkin lebih enak disebut anak hiperaktif ya, kasian jga seorang anak di cap sbg troublemaker

    ReplyDelete
  12. Benar Bun, sejatinya anak adalah peniru yang ulung. Jika terjadi masalah pada anak, harusnya kita memang perlu mawas diri, kira-kira perilaku apa ya yang pernah kita contohkan pada mereka?
    Makasih tipsnya, Bun Dawiah.
    Sangat bermanfaat.

    ReplyDelete
  13. Tantangan besar sekali ketika marah dan itu jangan sampai kita salah bersikap kepada anak.
    Saya sampai sekarang masih harus melatih diri.

    ReplyDelete