Covid-19 Melanda, Efektifkah Belajar Daring?

Monday, April 27, 2020



Covid-19 Melanda, Efektifkah Belajar Daring? 

Covid-19, Efektifkah Mengajar Daring?
Sumber Pribadi


Merebaknya COVID-19 memaksa semua guru dan pelajar bahkan mahasiswa melakukan BELAJAR DARING. Hal ini disebabkan karena pemerintah mengeluarkan kebijakan Work From Home (WFH), yaitu bekerja dan beraktivitas di rumah, termasuk belajar dan mengajar di rumah.
Tentu saja kegiatan belajar mengajar dari rumah ini harus menggunakan media internet atau belajar online yang  diistilahkan pula sebagai belajar dalam jaringan (daring).

Belajar Daring, Kabar Baik atau Kabar Buruk?


Tak pernah saya lupakan peristiwa itu pada tanggal 17 Maret 2020, saat saya mengajar di kelas, tiba-tiba ketua kelas berteriak girang, “Hore, kita libur dua pekan!”

Sejurus kemudian, kelas menjadi riuh. Anak-anak itu sangat gembira karena selama dua pekan mereka akan belajar di rumah, anggapan mereka tidak ke sekolah dan  belajar di rumah berarti libur sekolah.

Rupanya informasi tentang pemberlakukan WFH telah mereka baca di media sosial, wah, gurunya kalah cepat dapat informasi.
Sejenak saya tercenung, hati saya nelangsa. Perlahan saya maju ke depan meja siswa lalu berkata perlahan.

“Anak-anakku, mengapa kalian begitu riang? Bukankah ini kabar buruk buat kita semua? Ini pertanda musuh tak terlihat itu sudah masuk ke negara kita, mungkin juga sudah berada di antara kita tanpa kita sadari.”

Perlahan suara riuh mereka mereda.

“Kalian tahu apa yang akan terjadi nanti? Cobalah renungkan, berapa banyak nanti saudara-saudara kita, dan mungkin juga orang tua kalian yang akan merasakan dampaknya. Penjual bakso langganan kalian, ibu kantin, penjual alat tulis emperan di depan sekolah kita, mereka itu otomatis tidak berjualan lagi.”

Saya katakan itu dengan suara serak, bukan bermaksud mendramatis suasana tetapi ini murni suara hati saya. Anak-anak terdiam. saya tidak tahu, apakah mereka terdiam membayangkan keadaan nanti atau hanya sekedar ikut prihatin melihat wajah nelangsa saya.

Esoknya, ramailah grup-grup whatsApp (WAG),  baik WAG siswa dan guru maupun WAG kantor. Notifikasi tiada henti, berisi instruksi-instruksi dari guru ke siswa di WAG siswa  juga laporan kegiatan guru di WAG sekolah.

Selama sepekan itu, guru-guru disibukkan dengan mengajar secara daring. Sedangkan siswa disibukkan dengan belajar daring. Di media sosial tak kalah ramainya. Ada keluhan-keluhan orang tua yang tiba-tiba merasa sangat repot manakala mendampingi anaknya belajar dan mengerjakan tugas.

Ada pula guru yang mengeluh karena merasa lebih repot mengajar daring daripada mengajar langsung atau bertatap muka dengan siswanya

Pekan Kedua Belajar Daring


Belum memasuki pekan kedua pemberlakuan belajar dari rumah di Makassar, tepatnya tanggal 19 Maret, liputan 6.com memberitakan tentang adanya 51 aduan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), para orang tua mengeluhkan beratnya tugas dari guru untuk anak mereka.

Sebagai guru sekaligus ibu dari anak yang masih sekolah, saya memaklumi keluhan itu. Karena pada dasarnya, bukan hanya anak, orang tua yang repot, sesungguhnya gurupun merasa keadaan ini cukup merepotkan.

Bayangkanlah, kami sebagai   guru yang biasanya masuk ke kelas dengan membawa persiapan perangkat pembelajaran mengajar secara bertatap muka, tiba-tiba diwajibkan mengajar dengan sistem daring, tanpa persiapan sama sekali.
Untuk mengantisipasi hal itu, maka guru mengambil jalan  pintas adalah pemberian tugas.

Barulah setelah memasuki pekan kedua, guru-guru sudah bisa beradaptasi dan mulai menggunakan aplikasi-aplikasi ringan dalam menjalankan tugasnya. Ada yang menggunakan aplikasi zoom, classroom, edomodo, dan sebagainya.

Saya masih bertahan dengan aplikasi whatsApp, karena siswa saya semuanya menggunakan aplikasi itu.  Membuat video pembelajaran, menulis materi ajar di blog lalu linknya saya bagikan lewat grup whatsApp adalah pekerjaan yang cukup menyita waktu.
Efektifkah? 

Lumayanlah buat sebagian siswa, selebihnya ada saja kendalanya. Namun, ini adalah keadaan yang luar biasa di mana kita semua harus tetap survive hingga keadaan membaik kembali. 

Baca juga:




Bincang Online Bersama PDIPM Makassar

 
Covid-19, Efektifkah Mengajar Daring?
Sumber: PD IPM Makassar


Efektifkah belajar daring adalah judul yang diajukan oleh  para pelajar yang tergabung di dalam organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Daerah Kota Makassar kepada saya. Mereka mengundang saya dalam Bincang Online melalui siaran langsung  di instagram (IG).

Saya menyambut baik undangan itu, karena  ini adalah kesempatan saya menyampaikan beberapa hal yang tentunya  mewakili suara guru dan orang tua dalam hal pembelajaran daring.  Sekaligus kesempatan mendengarkan suara hati anak-anak, pelajar dan mahasiswa.

Bincang on line ini dipandu oleh Muh. Akbar Supriadi, Kabid Advokasi PD IPM Makassar. Saya berbincang dengan anak muda yang penuh semangat ini. Beberapa teori diungkapkannya yang intinya adalah kami akan berbincang  soal pembelajaran daring, apakah efektif dan bagaimana supaya pembelajaran itu efektif.

Sebagai kata pembuka, saya menguraikan pendapat berdasarkan apa yang saya alami sekaligus amati, bahwa ada empat unsur yang harus terlibat langsung dengan sepenuh hati demi mencapai efektivitas pembelajaran daring, yaitu: siswa yang akan belajar daring, orang tua, guru, dan sarananya.

Siswa Harus Disiplin, Serius, dan Jujur


Setiap akan mengikuti pembelajaran daring, maka siswa sudah harus berniat dengan sungguh-sungguh untuk mengikuti pelajaran itu. Ia harus menyiapkan mentalnya, agar disiplin, serius, dan jujur.

Disiplin untuk mengikuti pembelajaran daring, mengikuti semua petunjuk yang diberikan oleh gurunya. Disiplin menyelesaikan tugas, dan sebagainya.  Karena jika tidak disiplin, maka ia akan dengan mudah meninggalkan pembelajaran yang sedang berlangsung atau tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya.

Jujur mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Siswa itu sendiri yang berusaha mengerjakan tugasnya, tidak nyontek, dan tidak bermasa bodoh.
Karena belajar daring jauh dari pantauan guru. Jika tak jujur, maka si anak sendiri yang tidak mendapatkan manfaatnya.

Pentingnya Pendampingan Orang Tua


Pendampingan orang tua sangat penting dalam proses pembelajaran, baik luar jaringan (luring) maupun dalam jaringan (daring). Peranan orang tua semakin penting saat pembelajaran daring, karena kehadirannya sebagai kontrol atas apa yang dilakukan anaknya.

Jangan sampai orang tua melihat anaknya sibuk di depan gawainya dan menyangka anaknya belajar padahal tidak. Orang tua harus aktif memantau, apakah tugas anaknya sudah dikerjakan atau belum, aplikasi apa saja yang digunakan anaknya, dan sebagainya.

Guru Harus Belajar dan Kreatif


Sekalipun pembelajaran daring merupakan kegiatan baru bagi sebagian guru, tetapi itu tak bisa dijadikan alasan untuk menjadi gagap. Keadaan ini memaksa para guru secepatnya belajar dan berbenah.

Tidak boleh  lagi ada guru yang gagap teknologi. Selain itu, para guru harus bijaksana dalam menyikapi situasi ini. Bahwa tidak semua siswanya memiliki sarana yang sesuai.
Jika guru melek teknologi, maka tentunya tidak mengambil jalan pintas dengan hanya memberikan tugas semata tanpa ada kreativitas lainnya, misalnya melakukan pembelajaran dengan aplikasi di mana guru dan siswa bisa bertemu secara virtual.

Sarana


Terakhir, salah satu yang menentukan pembelajaran daring bisa efektif adalah ketersediaan sarana.

Walau ketiga unsur, siswa, orang tua, dan guru telah siap tetapi  tidak ditunjang oleh sarana memadai maka hasilnya ambyar. Jika anak-anak tak memiliki gawe atau  laptop atau komputer ,dan tidak punya kuota, maka pembelajaran daring tak mungkin berlangsung.

Bincang online berlanjut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan oleh para pelajar itu. Terdapat lima pertanyaan yang mewakili, yaitu:

Apa yang harus dilakukan guru-guru untuk membuat pembelajaran efektif? Karena guru tidak pernah dibekali untuk melakukan pembelajaran dalam situasi masa pandemi ini.
Jawabannya singkat saja, guru harus belajar dan secepatnya beradaptasi. Bisa bertanya ke rekan guru lain yang sudah melek teknologi

Efektifkah jika guru yang hampir tiap hari memberikan tugas kepada siswa?
Sangat tidak efektif.

Bagaimana cara kita menanggapi belajar daring yang tidak efektif dikarenakan buta atau gagap teknologi?
Kembali lagi, harus belajar

Belajar daring merupakan satu-satunya media yang harus digunakan sebagai pusat KBM. Lalu,  bagaimana jika pelajar menjadikan kelemahan-kelemahan dari sistem daring untuk menghindari kegiatan belajar mengajar?
Nah, inilah pentingnya pendampingan orang tua, mereka harus terus menerus mengontrol anaknya sejauhmana pelajarannya, tugasnya sudah dikerja atau belum, saat di depan gawai atau laptopnya, anaknya melihat apa saja, dan seterusnya.

Bagaimana cara mengatasi masalah pelajar yang belum memiliki dan menguasai perangkat TIK yang memadai?
Kalau soal ini, guru harus lebih bijaksana menanggapinya. Tidak semua siswa memiliki sarana yang memadai, bahkan ada yang tidak punya sama sekali. Yakinlah, guru pasti mengerti dan tidak memaksakan agar siswanya  maupun orang tuanya untuk ujug-ujug menyuruh membeli gawai.

Berikut video cuplikan bincang online dengan PD IPM Makassar melalui live IG


                                     

Sebelum bincang online berakhir saya diminta untuk memberikan statement terakhir. Berikut pernyataan saya.

  1. Bahwa sehebat apapun teknologi itu, jika kita tidak bijaksana menggunakannya hasilnya akan ambyar.
  2. Selalu ada hikmah untuk setiap peristiwa. Bahwa dengan adanya pembelajaran daring, hubungan antara anak dengan orang tua bisa semakin dekat. Kalau mungkin dulu, orang tua hanya mendampingi anaknya belajar sambil lalu, maka sekarang ia harus batul-betul ekstra serius  mendampingi anaknya. Apalagi kan kita tidak kemana-mana, di rumah saja.
  3. Hikmah buat guru-guru, adalah guru harus belajar, belajar, dan belajar. Jangan mengajar sebelum belajar. Mau tidak mau, suka tidak suka, guru harus melek teknologi. Dan kenyataannya sekarang, hampir semua guru  sudah bisa menggunakan aplikasi sebagai media pembelajaran. Dari aplikasi yang sederhana seperti whatsApp  hingga aplikasi yang agak rumit seperti classroom, quipper, dan yang lainnya.
  4. Hikmah yang terakhir, adalah guru, orang tua, dan siswa akhirnya saling merindukan.


Menurut teman-teman, apa lagikah yang harus dilakukan agar pembelajaran daring bisa efektif? Jawab di kolom kementar ya.





60 comments

  1. Saya termasuk yg merasa kesulitan awalnya menemani anak2 belajar daring. Bagaimana tidak. Enak kalau orangtua di rumah, kena WFH. Enak kalau di rumah setidaknya ada yg mengerti penggunaan dawai. Bagaimana dg saya yg tetap harus kerja krn kerja di RS? Bagaimana dg saya, yg anaknya hanya sama nenek yg sama sekali gak mengerti gadget, beda dg nenek2 di pasukan blogger yg jangankan gawai bahkan punya blog. Tapi alhamdulillah, sejauh ini anak sy slalu bisa kumpul tugas ontime..bagaimana bisa? Semua harus dijalankan dg baik, kan.

    ReplyDelete
  2. Kalau murid suami ada yang ga ngerti caranya. Ada yang rajin. Ada yang menghilang entah kemana. Menurutku tidak efektif kecuali orang yang rajin dan mau belajar...

    ReplyDelete
  3. Anak saya sudah kuliah mbak..biasanya saya pengen liat dia belajar online gitu, namun malah disuruh keluar dari kamarnya..katanya Abang bukan anak SD lagi umi..yang harus didampingi ibunya ngerjain tugas...hedeeh ya udah saya cuma memperhatikan nya sesekali aja dari jauh..liat dia berkomunikasi dengan dosen nya secara live

    ReplyDelete
  4. saya mengalami persis ini Bu. ya mengajar dari rumah ya juga punya anak-anak yang masih sekolah di Sekolah Dasar. sekolah online jika sekali-kali menjadi alternatif memang baik. namun jika terlalu lama Guru dan murid pun dilanda kejenuhan. betul hikmah untuk guru yang gaptek benar-benar harus terus belajar dan di uji kegigihannya. jika tidak, maka entahlah apa yang akan terjadi. ahhhh jadi mau curhaattttt

    ReplyDelete
  5. Karna anak-anak saya HS mungkin gak begitu terasa ya mba, tapi saya pikir kalau ke 4 pihak guru,siswa, orang tua dan sarana yg memadai semua disiplin dan saling bekerjasama saya yakin pasti efektif. Bukankah selama ini ke-empat pihak itu sdh melakukannya hanya saja sekarang pindah dari offline ke online.

    ReplyDelete
  6. Sejauh ini alhamdulillah terbantu banget dengan Zoom. Karena anak-anak di rumah jadi lebih semangat belajarnya dan menuntaskan rindu sama guru dan teman di sekolah. Sejauh ini ngga ada halangan yang dirasakan. Malah jadi tau sejauh mana kemampuan pemahaman anak dalam mengikuti pelajaran. Kalau kurang, biasanya ada jawabannya di youtube atau google. Kami biasa browsing bareng

    ReplyDelete
  7. Berhubung io masih TK jadi belajarnya cuma pake video dari bundanya, ditelepon atau video call aja udah seneng nih. Tugasnya juga yang menyenangkan nih lebih ke eksperimen. Tapi sisi baiknya jadi melibatkan komunikasi guru, ortu, anak dan para orang tua lainnya juga jadi lebih akrab nih bund, pada sharing belajar apa gitu tiap hari. Dan bener banget, semuanya jadi saling merindukan

    ReplyDelete
  8. Kalau saya pribadi ya Love Hate gitu sama SFH ini, Bund. Terus terang aja karena kan semua tugas menjelaskan materi berindah jadi tugas saya dan guru anak saya tinggal kasih soal. JAdi emang berat bagi ortu. Nah, dari sisi love-nya itu karena anak di rumah bisa melakukan hal-hal yang disenangi. Lebih banyak waktu untuk melakukan hobinya dia. Biasanya pulang sekolah sduah capek ini bisa santai. TApi apapaun itu saya penginnya SFH segera berakhir deh, hehe.

    ReplyDelete
  9. tergantung anak dan ortu ya, tp banyak guru yg mengeluh karena banyak tuags gak disetor dan guru juga tak tahu apakah dikejakan sendiri atau dibantu ortu shg penilaian jadi sulit

    ReplyDelete
  10. Tanpa mengabaikan peran guru, saya juga sangat gagap di awal, Bun. Waktu berbenturan dengan jadwal bekerja, perangkat berebutan dengan saya, kakak adik butuh semua, dan cara saya menyampaikan materi kepada anak-anak. Tentu saya maunya bisa mengajari, bukan sebatas meminta anak membaca lalu mengerjakan sendiri tugasnya.

    InsyaAllah, saya dan anak-anak mau bekerjasama agar kebutuhan saya dalam bekerja dan mereka dalam belajar tetap terpenuhi.

    Semangat terus, Bunda!

    ReplyDelete
  11. Sayangnya tidak semua orang bisa mengikuti pembelajaran daring ya bun, terutama warga yang tidak terbiasa membeli kuota internet. Memang banyak manfaatnya apalagi seiring dengan perkembangan teknologi tapi ya gitu enggak semua anak bisa mengaksesnya.
    Namun begitu banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari pandemi ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener bun kadang kasian juga ya sama yang tidak punya akses internet atau smartphone atau laptop. kan belajarnya pakai itu semua. semoga aja segera berakhir dan anak-anak bisa sekolah seperti biasanya.

      Delete
  12. Kalau yang di ajar mahasiswa, masih mending tapi kalau yang di ajar bocah ingusan, disitulah mental guru harus kuat. Karena selain guru harus menyiapkan materi, mengajar secara menarik meski daring, dan tetap mengontrol mmengontrol mereka agar tetap aktv belajar.

    ReplyDelete
  13. Soal efektif tidaknya tergantung sikap stake holder dan keenjoyan semua pihak ya Bun yang aku tahu. Kalau kita streng malah nggak dapet feelnya tuh Bun

    ReplyDelete
  14. Bener banget ya bun, pasti ada kelebihan dan kekurangannya belajar daring. meski begitu anak-anak pasti pahamnya ya di rumah berarti enak bisa malas-malasan, padahal tetap belajar. semoga pandemi ini segera berakhir dan anak-anak bisa sekolah lagi. Aamiin

    ReplyDelete
  15. Dari awal memang kita terasa kaku atau belum beradaptasi, tapi lama kelamaan juga terbiasa. Saat ini malah komunitas dari saya buat kajian online.

    ReplyDelete
  16. Kalau dibilang efektif atau tidak ya relatif, sih. Namun, menurut saya, cara ini yang paling efektif di masa seperti ini. Bukankah saat ini kita gak bisa keluar untuk berkumpul, meski dengan tujuan belajar mengajar sekalipun. Tinggal kita saja, bagaimana memaksimalkan dan memanfaatkan teknologi yang ada.

    ReplyDelete
  17. Belajar di rumah dan di sekolah jelas berbeda. Apalagi anak-anak kalo di rumah kan biasa bermain, bercanda sama mama papanya. Ini suruh belajar terus dan ortunya harus mendampingi. Kadang nggak sesuai ekspektasi ya

    ReplyDelete
  18. Kalau menurut saya kurang efektif, sebab anak punya anggapan bahwa kalau dirumah sekolah itu libur. Nah, disinilah peran orang tua untuk memberikan pengertian dan juga pendampingan bahwa saat ini bukan libur sekolah tetapi belajar dari rumah. Dengan cara demikian maka belajar daring baru akan efektif. Dalam hal ini memang orang tua harus ektra sabar supaya anaknya disiplin belajar😊

    ReplyDelete
  19. Betul, saya setuju. Bagaimanapun, tidak ada yang bisa mengalahkan besarnya manfaat belajar langsung datang ke sekolah, bukan daring.

    ReplyDelete
  20. Dalam suasana tanggap darurat spt ini, tentu tdk mudah bagi semua orang. Termasuk anak2 dan ortu. Belajar daring tak seasik bljr langsung. Tapi ya mau gimana lagi. Demi kebaikan bersama harus kita lakukan. Yg penting sehat

    ReplyDelete
  21. Terlepas dari banyaknya keluhan yang dialami oleh orang tua, siswa dan guru, ternyata kegiatan belajar daring juga banyak manfaatnya ya, Bun. Hubungan di keluarga jadi semakin erat dan semua pihak jadi lebih melek teknologi

    ReplyDelete
  22. Bener mba yg penting siswa kudu disiplin, jujur dan smngat saat belajar daring. Smg covid sgra rampung ya biar bs aktif lgi sklh. aamiin...

    ReplyDelete
  23. MasyAllah aku suka kalau gurunya kayak Bunda. Mengajarnya dengan hati. Aku suka sekali yang bunda lakukan pada murid-muridnya waktu anak-anak itu bersorak girang karena libur, tapi disaat itu bunda masukan untuk menyampaikan pesan kebaikan dan moral di dalamnya. Allhamdulillah. Terima kasih Bu Guru. Teruslah mengajar dengan hati. Karena menjadi guru itu bukan profesi tapi pekerjaan hati 😘

    ReplyDelete
  24. Awal pembelajaran daring banyak sekali kesulitan yang saya hadapi. Saya yang masih gagap teknologi menggunakan aplikasi google class room dan zoom. Anak- anak juga kebingungan dan kita harus menjelaskan berulang- ulang. Rasanya saat itu, matapun lelah di depan laptop atau hp. Alhamdulillah sekarang sebagian anak sudah bisa dan mau belajar meskipun kurang efektif.

    ReplyDelete
  25. Belajar via daring akhirnya juga bikin bosen. Karena belajar emang harus ada variasinya. Kasian banget anak2 yang terpaksa belajar via daring ini. Udah ngga bisa interaksi bareng teman yang seumuran, juga masih harus nahan bosen ini lagi ini lagi. Hahaha. YA Allah mudah2an pandemi segera berakhir.

    ReplyDelete
  26. Jujur aja, kalau aku pribadi ga nyaman dengan sistem belajar daring dari sekolah anakku. Anak hanya dikasih tugas di LKS, kemudian dikumpul dengan foto via WA. Aku ga yakin aja hasil pemeriksaan oleh guru bisa maksimal.

    ReplyDelete
  27. Ketika pada akhirnya pandemi berlalu dan tingkat dunia digital dan teknologi semakin tinggi, ada kemungkinan memang belajar daring jadi suatu kewajiban. Memang esensinya beda ya dengan belajar langsung secara offline, tapi sudah banyak negara maju yang menerapkannya lho

    ReplyDelete
  28. MasyaaAllah terbayang betapa kaget dengan situasi yang tiba-tiba berubah ini. Kebetulan suami saya guru dan masih masuk kerja namun dibatasi. Beruntung masuk kerja karena fasilitas wifi wifi sangat mendukung untuk belajar daring. Berbeda dengan jika di rumah internet sangat tidak mencukupi hehe

    ReplyDelete
  29. Untuk menjawab efektif atau tidaknya banyak indikatornya ya Mbak Dawiyah. Btw saya suka sekali statement nya di akhir tulisan, guru dan siswa harus saling merindukan. Benar, media apapun tak kan bs mengalahkan silaturahmi scr langsung ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belajar daring insyaallah efektif kl semua pihak support ya Mbak Dawiyah. Trus setuju banget kl kita gak boleh gaptek lg, musti mau belajar

      Delete
  30. Sebagai mahasiswa yang sekarang kuliah daring, hanya satu yang menjadi kendala yaitu jaringan provider, kadang ada gangguan signal disaat tidak tepat, yaitu saat kuis atau UTS, sehingga telat menjawab, dan nilai pun di anggap gak ada huhuhuhu sekaramg IPK berdasarkan signal

    ReplyDelete
  31. Segala sesuatu ada hikmahnya yah Mba . Orang tua jadi tahu betapa beratnya jadi guru. sehebat-hebatnya teknologi, interaksi secara langsung itu memang tidak bisa tergantikan yah

    ReplyDelete
  32. Siapa yang menyangka ya, Mbak dalam waktu singkat proses belajar mengajar jadi daring. Butuh kerjasama semua pihak agar lancar. Ya guru, murid atau orang tua.

    ReplyDelete
  33. Tergantung keadaan orangtua murid. Kalau yang enggak mampu dan gak punya alat untuk belajar on line tentu saja tidak effektik. Dan lagi, bagi yang tinggal di pelosok juga terkendala dengan jangkauan sinyal. Ini menurutku sih karena melihat disekeliling begitu. Beberapa orangtua mengeluh anaknya ketinggalan tugas, mau setor tugas juga susah mesti cari pinjaman. Selalu pinjam mereka sungkan.

    ReplyDelete
  34. Bagi saya tidak efektif. Hiks. SUSah banget mengajak anak belajar. Harus dengan super tlaten agar tujuan belajar tercapai. PENGEn mereka cepat sekolah kembali.

    ReplyDelete
  35. Kalau menurutku sii lebih enak belajar langsung disekolah. Selain langsung dipantau dari guru yang membimbing, anak juga lebih cepat menyerap ilmunya karena lebih fokus kepada ilmu yang diajarkan.

    ReplyDelete
  36. Tapi ada satu hal yang harus disadari, bahwa pemerintah melalui kemendikbidkan sudah mengatakan agar pembelajaran daring tidak berfokus pada capaian kurikulum. Bisa diganti dengan pengetahuan kecakapan hidup. Biar lebih menyenangkan

    ReplyDelete
  37. Meskipun lewat daring bisa bertatap muka, tapi tetap beda dengan bertemu langsung.
    Lebih terasa bila bertemu langsung. Akan ada hikmah dari semua kejadian ini.

    ReplyDelete
  38. perlu adaptasi yang tidak sebentar, hingga menemukan formula yg pas untuk pembelajran daring. semua komponen melakukan adaptasi.

    ReplyDelete
  39. Bukan cuma orang tua yang kerjaannya jadi dobel. Guru juga, sebab banyak guru yang juga merangkap menjadi orang tua, bukan? Semoga pandemi ini segera berakhir dan anak-anak, termasuk anak saya yang usia PAUD bisa sekolah lagi.

    ReplyDelete
  40. Menurut saya, memang tetap lebih bagus belajar di kelas ya, Mbak. Selain bersosialisasi dengan teman lain juga, guru bisa langsung membimbing, dan pastinya murid tidak bosan karena di rumah terus.. Tapi sikon belum memungkinkan, jadi harus belajar di rumah. Tapi Insya Allah, akan menemukan cara belajar yang nyaman.
    Semoga pandemi ini segera berakhir. Aamin.

    ReplyDelete
  41. betul sekali kak mendampingi anak belajar online itu penting sekali. namanya anak2 blm tau tanggung jawab maunya main melulu jadi ortunya yg hrs dampingi dan arahkan si anak ya..

    ReplyDelete
  42. Benar juga ya mbak. Saya malah tidak kepikiran sampai kesana. Bagaimana nasib para penjual makanan di kantin sekolah, pasti mereka bingung mau mengalihkan usahanya ke mana. Semoga badai pandemi ini segera berlalu. Aamiin

    ReplyDelete
  43. Belajar Daring Tidak Efektif kalau menurut saya karena masih banyak peserta didik yang kurang memahami tekhnologi dan bahkan fasiltas untuk belajar daring ga ada

    ReplyDelete
  44. Belajar Daring memang hal baru ya, baik bagi murid maupun guru jadi wajar bila.harus ada penyesuaian dulu di sana-sini. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kondisi ini.. TFS mba, kita jadi tahu dari sisi pandang guru yg sama2 kerepotan seperti halnya orang tua. Hehe...

    ReplyDelete
  45. setuju nih bun, sehabat apapun teknologinya kalau ga dipakai dengan bijak pasti ambyar ya. belajar daring tentu nano-nano banget , apalagi buat para siswa2 yang dipedaleman yg ga punya akses gawai. kebayang mereka harus bgmn beljaar daringnyaa

    ReplyDelete
  46. Menurut saya, belajar secara daring tidak efektif karena kita belum membiasakan anak akan manfaat yang satu ini. Tapi jadi efektif juga untuk sebagian orang sehingga menjadi metode belajar HS.

    ReplyDelete
  47. saya termasuk karyawan yang tidak WFH mba, masih kerja seperti biasa, karena di jasa keuangan, ya semoga keadaan cepat membaik dan jalan yang terbaik saat ini juga WFH bagi guru dan kebaikan anak anak sekolah

    ReplyDelete
  48. Semua harus belajar ya, Kak ... ya guru, ya siswa, ya orang tua. Dan semuanya harus kreatif ... dituntut kreatif dalam keadaan ini

    ReplyDelete
  49. Salut ka sama bunda, tetap berusaha update, melek teknologi, dan mengerahkan dedikasinya secara maksimal untuk mencerdaskan anak bangsa.

    Habis baca ini tiba-tiba penasaran bagaimana rasanya belajar via daring pada saat masih berada di jenjang pendidikan sekolah yah? Sepertinya jauh berbeda dari belajar langsung di kelas, tiba-tiba saya kayak mau kembali ke SMA. Hehe!

    ReplyDelete
  50. Efektif atau tidak, tetap harus dijalani untuk kebaikan semua orang dimasa pandemic ini. Hanya saja, jika dalam suasana normal, guru dan siswa masih lebih memilih berjumpa dalam kelas untuk PBM dwngan bbrp keterbatasan belajar online

    ReplyDelete
  51. Selalu ada hikmah di balok peristiwa.
    Saya sendiri merasakan dalam masa pandemi ini saya jadi lebih melek tekhnologi, bisa masak, dan hubungan dengan suami dan anak jadi lebih erat.

    ReplyDelete
  52. Sebenarnya kurang efektif, karena kadang anak pas dijelasin guru juga gak langsung ngerti. Ini langsung dikasih tugas. Cara ngisinya juga buka google aja. Jadi emang perlu pantauan orangtuanya.

    ReplyDelete
  53. Saat ini pilihan terbaik adalah belajar daring kak . . Kalau dulu belajar daring dipandang sebelah mata. . Sekarang daring sebuah keharusan...ya mau gimna lagi ya.. semoga pandemi segers berakhir... sehingga pilihan belajar pun bisa beragam

    ReplyDelete
  54. Deh enaknya jd anakw di, cuma pikir libur, main2, skolah, makan, tidur hahaa. Skrg banyakmi pikiran klo besarmi, blm lg cicilan ksiaan

    ReplyDelete
  55. Semoga pandemi ini cepat berakhir... dan bisa beraktifitas seperti biasa kembali.. Aamiin

    ReplyDelete
  56. Intinya kalau belajar daring ini dibutuhkan kesadaran masing2 utk disiplin ya mba. Secara guru nggk bisa secara langsung dampingi, jd peran org tua dan murid itu sendiri harus maksimal

    ReplyDelete
  57. Bagi sekolah konvensional, pandemi ini memang memaksa untuk cepat belajar. Awalnya memang terasa kelabakan tapi setelah beberapa minggu penyesuaian, sepertinya semuanya mulai bisa diatasi. Yang penting itu dukungan dari semua pihak sih menurutku, gimana guru dan murid juga orangtua dengan kesibukan yang ada tetap berusaha agar kegiatan belajar daring bisa dilaksanakan sesuai dengan rencana

    ReplyDelete
  58. Sarana ini yang paling crusial yakan buk, banyak juga yang belum memiliki smartphone

    ReplyDelete