Ketika
musibah menghampirimu maka kamu akan tahu siapa saudara dan sahabatmu sesungguhnya, karena tidak semuanya akan
perduli kepadamu.
Saya
tidak percaya kalimat tersebut. Namanya teman apalagi yang mengaku sahabat mana
mungkin tidak perduli dengan derita atau kesusahan yang dialami teman apalagi sahabatnya.
Tetapi itu dulu. Sebelum suatu
musibah menimpa keluarga saya.
Saat kita tertimpa musibah maka akan kelihatanlah orang-orang yang
bersimpati, orang-orang yang ringan tangan membantu tanpa perlu diminta,
saudara dan teman-teman yang datang menolong tanpa pamrih.
Sebaliknya
akan kelihatan pula orang-orang yang tersenyum samar tetapi puas melihat
penderitaan kita. Datang mengucap kata turut prihatin tetapi disertai senyum
kemenangan, seakan ini adalah pertarungan yang dia menangkan.
Bahkan ada yang
datang sekedar menonton sambil berfoto-foto ria. Memotret duka sambil tertawa
suka.
Sadis!
Saat
musibah itu menimpa keluarga saya di Makassar,
saya sedang mengikuti studi
banding ke beberapa sekolah di Surabaya dan di Yogyakarta. Kejadian itu terjadi saat saya sudah berada di
salah satu hotel di Yogyakarta.
Setelah
mendengar kabar itu, saya melapor kepada ketua rombongan untuk kembali ke
Makassar. Tujuan saya hanya satu adalah pulang
secepatnya.
Berita
tentang musibah yang menimpah saya dengan cepat menyebar ke anggota rombongan. Apalagi waktu itu, ketua rombangan
meminta sumbangan kepada semua anggota rombongan. Padahal saya tidak minta.
Beragam
sikap dan celotehan yang saya dapatkan. Ada yang datang memeluk sambil berbisik,
“Sabar ya Bu. Insya Allah semua akan diganti oleh Allah dengan rezeki yang
lebih baik.”
Ada
yang datang menyalami sambil bertanya. “Bagaimana keadaan keluarga-ta Apakah mereka baik-baik saja?”
Ada
pula yang berkata. “Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, sabar Bu. Jaga
kesehatan, jangan stress.”
Itu
komentar yang positif dan cukup menghibur.
Beberapa
di antara rombongan ada teman yang kenal dekat dengan mama dan keluarga saya.
Beliau menanyakan kabar mama, anak-anak, dan adik-adik saya. Mengajak berbincang sambil menunggu bis yang akan mengantarkan saya ke Bandara. Di
tengah perbincangan itu, Beliau bertanya tentang apakah ada barang berharga yang
saya sembunyikan tetapi keluarga lainnya tidak tahu?
Saya
langsung ingat. Sedikit emas batangan yang saya sembunyikan di balik buku-buku
dalam lemari. Spontan saya menelepon putra sulung saya, memberitakan keberadaan
emas tersebut. Melalui telepon saya memberi petunjuk tentang letaknya hingga
akhirnya emas yang tidak seberapa itu ditemukan.
Mungkin
karena menelepon dengan suara sedikit nyaring karena panik atau apalah,
saya lupa gambaran perasaan saya waktu itu, sehingga beberapa orang yang duduk
di sekitar kami mendengarnya.
Maka
mulailah suara-suara sumbang itu datang.
“Bagus
ya Bu, ibu punya emas batangan.” Seorang ibu berkata dengan senyum yang terlalu
manis untuk dikenang.
“Tawwa ada emas batangannya.” Nyeletuk
ibu lain dengan muka kecut sekecut cuka level 99%.
“Alhamdulillah
kalau emasnya bisa ditemukan, jadi ada dong modal lagi untuk bangun rumah.” Ini
menghibur apa menghinakah?
“Berarti
tidak terlalu parah-ji rumah-ta, buktinya emas-ta bisa-ji diselamatkan.”
Pertanda tidak puas dengan musibah saya karena masih ada yang tersisa.
Beuh…
Bahkan
ada sekumpulan ibu-ibu yang bercanda.
“Eh
minggir dong yang punya emas batangan mau lewat.” Kata seorang ibu yang memakai
jilbab paling lebar.
“Silahkan
orang kaya!” Timpal lainnya sambil tertawa cekikikan.
SADIS!
Tahukah
kalian? Sejak mendengar berita musibah itu tak setetespun air mata yang keluar,
tetapi mendengar suara-suara itu hati saya
tersayat perih.
Saya
pikir jika saya sudah berkumpul dengan keluarga maka celotehan yang “manis” tak
terdengar lagi. Nyatanya makin gencar bahkan dengan mudahnya menghakimi dan
menuduh seluruh korban musibah.
“Kamu
tahu kenapa daerahmu kena musibah? Karena Allah marah!”
“Pantas
daerahmu kena musibah, banyak uang haram sih yang beredar.”
Ya Allah!
Untunglah sekarang saya sudah melupakannya. Tetapi tidak benar-benar hilang dari ingatan. Karena
setiap ada kejadian serupa muka orang-orang itu seakan muncul lagi. Suara-suara
sumbangpun kembali terngiang. Padahal harusnya dilupakan.
Tetapi
itulah kenyataannya. Pikiran tidak bekerjasama dengan hati.
STOP SHARE!
Musibah
yang saya alami tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan musibah gempa bumi yang
dialami saudara-saudara kita saat ini. Kehilangan harta belum seberapa
dibandingkan kehilangan nyawa.
Gempa
dan tsunami yang melanda Sigi, Donggala, dan Palu tahun ini sungguh telah
menyisakan luka yang tak terperi. Betapa banyak yang kehilangan keluarganya dan
orang-orang yang dicintanya. Ada jazad telah ditemukan tetapi tidak sedikit yang hilang
tanpa kabar.
Sungguh telah mengharubiru banyak hati.
Apakah mereka aman dari celoteh dan nyinyiran?
Mungkin
saja mereka tidak mendengar langsung celoteh dari orang-orang di sekitarnya,
tidak melihat senyum-senyum sinis yang seakan menghakimi mereka.
Tetapi
saat ini dunia maya jauh lebih kejam daripada dunia nyata dan jemari lebih tajam
daripada mulut.
Jika
lidah bisa disebut tak bertulang lalu jari-jari yang mengetikkan kata-kata yang
menyakitkan disebut apa? Jika 2 kali 14 tulang ruas pada jari tangan tak diberi nyawa, paling tidak pemilik jari-jari
itu memiliki hati dan otak.
Hati
dan otak seharusnya saling bekerjasama dalam mengelola pengendalian diri. Agar tidak
gampang menuliskan kalimat-kalimat yang menyakitkan. Agar tidak mudah mengklik
berita, video dan apapun lalu mengirimkan ke media sosialnya.
Cukuplah
dibagikan ke kalangan terbatas untuk saling mengingatkan, untuk saling menjaga serta
saling menghibur hati yang gulana.
Berhentilah
saling menyalahkan dan mencari sebab musababnya!
Karena sejatinya semua yang
terjadi diluar kuasa manusia. Apapun yang terjadi dalam kehidupan ini adalah
skenario yang telah tertulis di Lauhul Mahfudz.
Berhentilah
saling nyinyir antara yang membantu dengan yang tidak membantu!
Karena bisa
jadi yang kelihatan diam, tidak share
di media sosialnya, atau yang tidak berkomentar apa-apa justru lebih banyak membantu
dan berdoa untuk keselamatan saudara-saudara kita yang terkena musibah.
Ketahuilah, bukan hanya musibah yang menyisakan kepedihan karena itu bisa saja hilang seiring dengan
keikhlasan menerimanya, melainkan
kepedihan yang membekas karena hujatan dari orang-orang yang sok suci.
Mereka
bisa bangkit lagi dengan sisa-sisa tenaga dan sedikit bantuan dari orang-orang
tetapi pedihnya hati akibat dikecam dan dituding tanpa ampun akan terus
membekas.
Semoga
kita semakin cerdas bermedia.
Bunda...saya kok enggak habis pikir ya sama yang menghujat dan berkata tak semestinya saat ada bencana. Apa mereka tak berpikir bagaimana jika hal yang sama menimpa diri atau keluarganya?
ReplyDeleteApakah hujatan akan menyelesaikan masalah? Bisakah semua pulih jika saling mencaci dan bukan bekerja sama mengangggulangi?
Bukankah bencana bisa menimpa siapa saja tanpa memandang siapa itu..
Ah, semoga semua saudara yang sedang dicoba diberi kekuatan oleh Allah SWT. Dan segera pulih keadaan di sana dan semangat lagi menghadapi hari depan nanti...Aamiin
Aamiin.
DeleteKayaknya yang suka komen julid gitu menandakan kalau dirinya tidak cerdas de.
Mau komen langsung kok susah ya Bunda
DeleteHarus banyak bermuhasabah dan bermunajat pada Allah mba..
ReplyDeleteIngat Allah berfirman pada surat Al-Baqarah ayat 155-156
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al-Baqarah: 155-156)
Bukan tentang siapa yang salah tapi ini sedikit ujian bagi kita..
Mudah2an hati dan iman kita tetap kuat yah mba
Betul sekali, kembalikan saja semuanya kepada Allah SWT.
DeleteAamiin
Ya Allah bun, julid-julid banget sih mereka kaya netijen aja. Ih saya gemes punya temen2 julid gitu. Yang sabar ya bun, Alhamdulillah sekarang itu semua sudah berlalu, semoga Allah mudahkan bunda untuk bertemu orang2 baik dan tulus. Mereka yg pernah menghina bunda diberikan hidayah. Aamiin 🤲🏻
ReplyDeleteGemes juga saat itu, tetapi sekarang sudah biasa saja. Apalagi setelah melihat akibatnya bagi mereka yang julid dulu.
DeleteJadi penasaran. Akibatnya apa Bun? Beneran, saya sampe nganga pas baca yang baguan itu. Sampe istighfar berkali-kali. Kok bisa gitu lo?
DeleteSedih banget melihat saudara2 kita. Lombok belum usai, menyusul Palu, Donggala, dan Sigi. Tapi itulah ketetapan Allah Swt yg pasti ada hikmah setelahnya. Berhikmah, jika kita semua mau fokus tolong menolong sbg sesama anak bangsa. Tapi hikmah itu bisa hilang jika di saat seperti ini malah mengeluarkan ujaran2 tak pantas :( Rabbanaa, ampuni kami.
ReplyDeleteTulisan yg menggugah nih, Bunda 👍
Harusnya seperti ya Mbak. Tetapi tidak semua bisa seperti itu sih.
DeleteDuh, memang lidah tak bertulang ya. Mudah sekali menghakimi orang lain. Jaman now, lidah saingannya jempol. Sama tajamnya, entah untuk memuji ataupun untuk menghina. Semoga kita semua dijauhkan dari kekejian seperti ini ya Bun. Sehat dan semangat selalu!
ReplyDeleteTerima kasih sayang. Semoga Mbak Bety juga sehat sekeluarga ya..
Deletecucok bunda. kalau kita kesusahan kita bakal tau siapa yang sunggu sahabat sejati dan hanya sekedar sahabat
ReplyDeleteKelihatanmi sifat aslinya to?
DeleteGak pernah ngerti sama orang yang suka menghemat. Semoga Allah membuka hati dan pikiran mereka
ReplyDeleteAh, so sadis komennya. kalau saya yang kena pasti udah ... ah sudahlah.males juga ngeladeni orang kayak gini. Termasuk untuk urusan bencana yang akhir2 ini terjadi, saya lebih banyak diam.
ReplyDeleteDiam kan bukan berarti kita tidak perduli. Tetapi menjaga jari dan lisan daripada ujaran kebencian. Setuju de sama Mbak Damar
DeleteSaya suka ulasannya. Sampai skrg sy gak habis pikir dengan mereka yg nyinyir. Sering ketemu. Ada musibah di satu tempat, eh ada yg komen pantas aja dikasih musibah krn sering maksiat. Ya Alloh. Mudahan gak lama lagi musibahnya berbalik sama yg komen sinis.
ReplyDeleteYa Allah, saya jadi membayangkan bagaimana perasaan mba Dawiah saat mendengar suara-suara sumbang tersebut, akalu saya pasi udah nangis kejer dengarnya, ya Allah ada saja ya orang yang tega berkata sadis di tengah orang mendapat musibah
ReplyDeleteYa Allah Mbak, sabar ya, insyaallah semua musibah menjadi penggugur dosa. Tiap orang pasti punya dosa kan ya, yang coment nyinyir juga punya dosa, jadi ga bisa sok suci. Semoga segera berlalu ya ujiannya
ReplyDeleteYa Alloh, hanya bisa meminta perlindungan agar terhindar dari kejelekan baik dari diri sendiri maupun oraang lain.
ReplyDeleteAamiin
Ya Allah..kejam sekali komen2nya..bahkan bila itu dimaksudkan untuk bercanda yang sangat tak pantas juga dilakukan. Trims mba, diingatkan untuk selalu menjaga tingkah laku kita, terlebih dalam bersosialisasi..
ReplyDeleteAku juga gak habis pikir sama orang yg main2 dan komentar bodoh padahal mereka sedang susah. Semoga kita akan bijak bersosial media
ReplyDeleteMusibah itu kekuasaan Alloh ada apa dibalik itu hanya hak Alloh yang tahu. Yang harus kita lakukan banyak istighfar, mungkin Alloh ingin mengingatkan begitu mudah Alloh membuat sesuatu itu musnah.
ReplyDeleteMengetuk hati agar banyak hati terketuk untuk menolong sesama tanpa melihat suku ras agama atau perbedaan lainnya. Sungguh saya berhari-hari menangis melihat gempa di Sulawesi. Bahkan sempat ingat bunda di dekat sana. Semoga Alloh melindungi kita semua aamiin.
Inna Lillahi wa inna ilaihi rojiun itulah yang pertama kali kita ucapkan ketika ada musibah, ketika kita mendengar musibah. Dan tentu saja harus bijak lah mensikapi musibah. Berkomentar macam-macam atau malah membuat sedih itu baiknya dihindari. Musibah berarti Allah sedang menegur manusia. Dan kita banyak bermuhasabah kemudian mengambil hikmah dari setiap kejadian.
ReplyDeleteTerima kasih sharingnya Mbak
benar mba. setuju banget ama kata - kata kalau musibah membuat kita tau siapa orang yang benar peduli dengan kita. Bahkan kadang orang yang paling dekat kita malah yang paling sadis. Keep strong mba
ReplyDeleteYa Allah, perih bgt pasti rasanya ya. Been there. Peluukkk..
ReplyDeleteAamiin.. ucapan di media sering lebih pedas daripada didengar langsung ya. Semoga bisa kembali pulih dari kehilangan.
ReplyDeleteInnalillahi.. mulut mu harimau mu. Walau bikin spanning dan kuping panas, yang kita bisa hanya bersabar aja mba. Karma does exist
ReplyDeleteya Allah, sedihnya :(
ReplyDeleteSemoga saudara-saudara kita yang tertimpa musibah diberi kekuatan untuk menghadapinya, amiin
Setuju bunda. Kadang kita benar2 harus memilih mana yg tepat utk dibagikan dan mana yg dikonsumsi sendiri. Kadang tanpa sadar kita sudah berbagi kekhawatiran dengan apa yg kita bagikan. Semoga kita semua selalu dlm lindungan Alloh SWT ya bunda. Aamiinn
ReplyDeleteDuh gemes banget deh sama yang komen, kalau saya dikomenin gitu pastu udah ngamuk-ngamuk, mba Dawiah sabar banget, semoga kita lebih bisa menjaga lisan dan jari kita ya dari menghujat orang lain
ReplyDeletesemoga Allah kuatkan selalu ya mba. Musibah bukan hanya ujian bagi yang terkena dampaknya langsung tapi juga bagi sahabat dan saudara di sekitar daerah bencana. keep sabar dan tawwakal yang selalu dipegang.
ReplyDeleteSemoga disadarkan dan dituntun menjadi lebih baik ah.
ReplyDeleteBeberapa memang ada yang begitu Mba, tetap berpikir positif dan melapangkan hati dengan bijak. Kadangdiam memang lebih baik, daripada bersuara tapi memperparah.
Duh miris banget ya, saat ada musibah, para penonton tersenyum sinis bahkan mengambil foto untuk dishare, keknya bangga berada di objek tersebut ya. Semoga kita semua diberikan keselamatan ya, mbak, aamiin
ReplyDeleteAduuuh, aku suka sedih meski hanya melihat beritanya di sosmed atau TV. Sebisa mungkin juga nggak share, milih mendoakan aja kalo bisa sih bantuin dalam bentuk materi meski tak seberapa
ReplyDeleteIkut sedih ya mba.. semoga orang2 seperti itu cepat tercerahkan :)
ReplyDeleteBunda sy baca komentar teman2 kogh sebel ya huhu. Siapa sih yg mau kena musibah, emas batanganmu jadi bahan lelucon, hiks. Semoga dengan musibah banyak merenung, banyak ibadah, karena ternyata dari cerita musibah di Palu, meninggal tak harus menunggu tua.
ReplyDeleteKalau aku pribadi biasanya gitu mba.
ReplyDeleteJika ditimpa musibah aku lebih banyak bermuhasabah (evaluasi diri).
Jika hartaku diambil, mungkin aku kurang sedekah.
Jika aku sakit, aku harus lebih menjaga kesehatan, memperhatikan makanan, waktu istirahat dan lain-lain.
Naudzubillahi mindzallik.. Semoga kita dijauhkan dari sifat seperti itu dari dari orang-orang yang bersifat seperti itu. Aamiiin...
ReplyDeleteMemang benar Bunda, lebih baik diam daripada ngeshare berita yang menyakiti keluarga yg sedang tertimpa bencana. Kalau tidak bisa membantu banyak, setidaknya tdk menambah dukanya.
ReplyDeleteya Allah segitunya. Aku sekarang belajar banget agar bisa ngerem komentar.
ReplyDeleteYa Allah.. enggak di dunia nyata enggak di dunia maya, ada saja ya orang-orang yang sadis berucap. Gemas sekali dengan orang-orang seperti itu, bikin hati panas, menyakiti orang lain.
ReplyDeleteYa Allah... Sabar ya, Mbak. Semoga saudara-saudara kita yang terkena musibah dimudahkan Allah dalam menghadapinya. Aamiin.
Aku ga habis pikir deh bun dengan orang2 yang tega berkata yang tidak-tidak saat terjadi musibah. Paling sebel dengan komentar2 sok suci trus mencari kambing hitam. Seakan2 dirinya kebal dari musibah. Padahal segala sesuatu yg terjadi di dunia ini adalah hak dari Yang Maha Kuasa. Makanya kalo di sosmed aku pasti unfriend bun, org2 yg tipikal kayak gitu.
ReplyDeleteSemoga kepada saudara yang tertimpa musibah diberi kekuatan dalam kesabaran. Hadapi dengan rasa ikhlas kalau ada orang julid. Walau sulittttt dan aku pernah mengalami
ReplyDeleteBener banget. Masih banyak dari kita yang kurang empati saat musibah. Ada yang becanda, ada yang share hoax yang nakut-nakutin, dan ada juga yang cari kesempatan. Semoga kita semua bisa menyikapi musibah dengan cara yang bijak.
ReplyDeleteSaya juga suka ngga habis pikir dengan mereka yang komentarny tidak menyenangkan or kadang ngga penting saat ada yg tertimpa musibah. Biarkanlah mba orang2 itu.. yg penging kita selalu minta perlindungan-Nya
ReplyDeleteSubhanallah...
ReplyDeleteSmoga Allah menyembuhkan trauma pasca terkena musibah ya, mba...
Sama halnya seperti saudara-saudara kita di Lombok dan Palu.
Semoga Allah melindungi keluarga mba Dawiah selalu.
Sedih emang org zaman skrng mudah berkomentar kejam. Kurang empati.
ReplyDeleteKyknya survei di Indonesia emang bilang mbak semenjak ada medsos kyknya kita bukan lg org Indoensia yg terkenal ramah gtu :(
Makanya kalau ada musibah, saya gak paham apapun, saya gk akan komentar....
Di sekitar kita memang akan selalu ada yang seperti ini mba. Bahkan saat terjadi musibah yg menimpa saudara2 kita, entah di Lombok ataupun Palu. Bukannya bersimpati atau gimana, malah bilang bencana ini karena ulah manusia juga. Duuuhh...sungguh miris. Sudah tertutupkah itu rasa empati dan kemanusiaannya. Jadi sedih aku mba klo bahas soal ini. Semoga kita tidak menjadi orang2 yg demikian ya.
ReplyDeleteJadi pelajaran juga buat kita ya mbak supaya bisa lebih empati dengan musibah yang dialami orang lain. Aku gak pernah share info apa2 mbak kalau di wa
ReplyDeleteSetuju Kak. Sepertinya perlu ada "workshop menahan bibir dan jempol".
ReplyDeleteMaaf mbaa.
ReplyDeleteAku merasa tertampar baca artikel ini.
Untuk terus jaga mulut dan jempol.
Smoga siapapun yg terkena musibah saat ini segera bangkit dan di bahagiakan Tuhan. Aamiin
Baca tulisan kak Dawiah, saya jadi teringat bbrp thn yg lalu saat saya kehilangan semua harta benda yang sekuat tenaga kukumpulkan. Perampokan disiang hari bolong itu, membuatku harus mengikhlaskan semuanya dan kembali lagi ke NOL. Tapi percayalah, dibalik semua kejadian, ada rwncana Allah yang indah untuk kita. Aamiin...
ReplyDeleteBersyukur Kak Dawiah menulis ttg ini. Saya juga menulis topik ini
ReplyDeleteSedih banget ya mba klo ada musibah orang malah nyinyir dan bersikap bikin sakit hati.
ReplyDeleteMakanya kalo quote Ali bin Abi Thalib, hitung jumlah kawan itu ketika kita ditimpa musibah.
Semangat mba.
Duh aku ikutan emosi jadinya..masih ada aja orang kek gitu, mulutnya nggak bisa diredam nggak mikir dan nggak punya hati kalau orang lagi tertimpa musibah. Sabar selalu ya mbak.
ReplyDeleteJukidnya semuaa bibir jd kayak lambe turah cin. Tp ya itu hanya yg pernah mengalami atau yg memiliki empati yang masih menyejukan.
ReplyDeleteKetika musibah menghampirimu maka kamu akan tahu siapa saudara dan sahabatmu sesungguhnya, karena tidak semuanya akan perduli kepadamu. Aku noted bgt kata2 itu mba.
Duh gemes ku sama teman studi banding ta... org kalau kena musibah harus ki bersimpati. Ini malah julid. Tapi karena semua itu bisa meki tau yang mana sebenarnya hatinya kurang baik toh kk...
ReplyDeleteYang bisanya komen nyinyir itu belum pernah merasakan ada di posisi korban, jadi bisa seenaknya bicara. Semoga kita selalu dihindarkan dari sifat yang demikian.
ReplyDeleteartikel membuka wawasan saya terhadap kejadian di sekitar kita.
ReplyDeleteTurut berduka terhadap semua orang yang terkena musibah.
Thank you for sharing.
Kadang yang nyinyir itu merasa gak pernah rasakan bahagia kak..
ReplyDeletenoted banget ini, kadang kitapun yang paham ilmunya kadang bisa terselip rasa nyinyir..Yaa Allah, semoga kita dijauhkan dari sikap yang bikin sakit hati saudarata :(
Dan makin sedih ketika yg begitu orang yg kita kenal baik
ReplyDeleteNyesek
Tp jd tau
Ya Allah....betapa bahayanya lisan. Apalagi di depan orang yang tertimpa musibah. Semoga kita dijauhkan dari hal demikian
ReplyDeleteInnalillahi wainna ilaihi roojiun
ReplyDeleteitu saja setiap musibah datang dan menjaga keikhlasan hati kita
Semoga kita bisa mengambil hikmah dr semua kejadian ya. Aamiin...
ReplyDeleteSejatinya Musibah adalah pengingat bagi diri.
ReplyDeleteManusia itu memang makhluk yang paling dimengerti, ada yang terkena musibah masih saja bisa nyinyir.
ReplyDeleteTapi aku percaya, lebih banyak lagi orang yang peduli dan menghargai.
Semua akan selalu ada hikmahnya ya, Mba.
Manis di depan belum tentu manis dibelakang, memang benar Bu, walaupun punya banyak teman, disaat kita senang, semua mau berkumpul, namun belum tentu semua mau diajak kerjasama disaat kita susah
ReplyDeletesaya kadang juga heran lho, ada orang2 yang merasa iba orang lain kena musibah, tapi beberapa menit kemudian mereka cekikikan sambil foto2 nggak jelas. Cekikikannya di depan orang yang kena musibah lagi. Semoga orang2 terdekat kita selalu dijauhkan dengan sikap seperti itu ya, Mbak.
ReplyDeleteMantap.jiwa. tulisan dan blog, bagus banget mbak
ReplyDeletesemoga kita terhindar dari sifat saling menyakiti dan berusaha menebar kebaikan di manapun berada...
ReplyDeleteWalaupun sangat menyebalkan, kenyataannya orang-orang seperti itu selalu ada, bergembira jika orang lain dapat musibah. Cara terbaik memang berusaha bersikap tenang dan tidak peduli. Jika tidak ada tanggapan, komentar-komentar seperti itu akan hilang sendiri, malah bisa timbul rasa malu karena sudah bersikap tidak pantas. Btw, saya suka blognya Mbak Dawiyah, tulisannya besar-besar, gampang dan cepat dibacanya.
ReplyDeleteYa Allah, Subhanalloh
ReplyDeleteSubhanalloh diingatkan dengan tulisan ini. Ikhfadz lisaanaka... Begitulah islam menganjurkan untuk menjaga lidah, karena nyatanya kata-kata nyinyir dari lidah memang bisa melukai perasaan, semoga kita tidak termasuk orang yang nyinyir
ReplyDeleteSemoga Bunda Dawiah diberi kesabaran, kalau Kita sabar mengasah nyinyiran dapat pahala, biar Allah yang Bala's, Allah ga tidur, Bun.
ReplyDeletesaya juga heran mbk, dengan orang yang begitu mudahnya nyinyir atau asal jeplak, padahal hanya melihat *sekelebat* aja.
ReplyDeletekeep setrong yaaa mba!
musibah adalah pelajaran bagi kita agar lebih dekat pada Allah. Nice phost mba.
ReplyDeletesemoga kita bisa saling memaafkan jika ada yang menghujat seperti itu
ReplyDeleteSetuju banget kalau medsos itu kejam sampai ada yg bilang Maha Benar Netizen. Duh... Sereem ya mbak. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari setiap musibah ya mbak
ReplyDelete