Muswil IGABA, Jalan Panjang, dan Rindu yang Menyelinap Diam-Diam

Sunday, December 21, 2025

 

 


www.mardanurdin.com

Muswil IGABA, Jalan Panjang, dan Rindu yang Menyelinap Diam-Diam


 

Satu-satunya yang kusesali saat mengikuti acara Muswil VII kemarin di Bone, adalah tidak membawa laptop. Sebab ternyata ada waktu luang yang bisa saya isi dengan menulis atau setidaknya menyelesaikan KSP sekolah. 


Sebenarnya saya sudah mau memasukkan laptop ke dalam tas, tapi saya pikir, acara musyawarah akan padat sekali sehingga tidak ada waktu untuk buka laptop apalagi menulis. Ternyata tidak demikian. 

 

Baiklah, mari lupakan sejenak cerita penyesalan ringan itu. Kita lanjut yaaah.

 

Tidak Jadi Batal

 

Sebelum saya fix ikut acara Musyawarah Wilayah (Muswil) IGABA Sulawesi Selatan, saya sempat mengundurkan diri karena ada sedikit keraguan, apalagi melihat informasi di grup IGABA Kota Makassar kalau jumlah peserta yang akan ikut sudah melebihi kapasitas penumpang bus. 

 

Mobil bus yang dipesan panitia berkapasitas 30 orang sedangkan jumlah pendaftar sudah 31 orang bahkan makin mendekati hari keberangkatan, peserta yang mendaftar makin bertambah hingga 35 orang.

Katanya, kita bisa bergantian duduk. Lah, langsung kebayang berdiri di atas bus yang sedang berjalan jauh dan berkelok-kelok. 


H-2 saya bertukar pesan dengan ibu ketua IGABA Makassar, ibu Habasiah. Beliau menginformasikan kalau sebagian peserta naik mobil pribadi maka tersisa 29 orang yang naik bus lalu menjadi 30 orang kalau saya jadi ikut. Akhirnya saya memutuskan tidak jadi batal alias ikut. 

Saya pikir, sebagai pendatang baru di IGABA, inilah kesempatan saya mengenal lebih jauh tentang IGABA.


 

Berfoto di Atas Jembatan Pattunuang 



Musyawarah Wilayah VII Ikatan Guru ‘Aisyiyah Bustanul Atfhal Sulawesi Selatan (Muswil IGABA) pada tanggal 27-28 September 2025 ini berlangsung di Hotel Helios, jalan Langsat Watampone Kabupaten Bone.

 

Bone merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 131 km dari kota Makassar dan perkiraan waktu tempuh sekitar 3 jam 10 menit. 

Ada tiga pilihan jalur yang bisa dilalui, yaitu:


  • Jalur utama atau paling umum digunakan adalah Makasaar – Maros melalui daerah Camba Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros – Bone.

 

  • Makassar – Maros – Pangkep – Barru Pekkae lalu ke arah kanan masuk ke jalan Bulu Dua – Soppeng – Bone.

 

  • Makassar – Gowa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng – Bulukumba – Sinjai – Bone.

 

Rombongan kami mengambil jalur utama, yaitu Makassar-Maros-Bone melalui wilayah Camba Kecamatan Mallawa, karena jalur alternatif 2 dan 3 lebih panjang dan waktu tempuh lebih lama daripada jalur utama.

 

Saya pertama kali melewati jalur ini sekitar tahun 1987, waktu itu jalanannya sangat sempit, berkelok-kelok, banyak tikungan tajam, dan tanjakan curam, dan itu adalah perjalanan pertama dan terakhir saya sebelum ada perbaikan, pelebaran jalan dan pembangunan jembatan layang Pattunuang.

 

Pada tahun 2015 mulailah dibangun jembatan layang Pattunuang yang berlokasi di Desa Samangki, Simbang, Maros dan umumnya disebut jalan layang Camba diperkirakan selesai pada tahun 2018. 


Lalu sekitar 8 pekan lalu, akun Instagram Direktorat Jenderal Bina menginformasikan kalau pembangunan jalan layang di ruas poros Maros – Bone di Tompo Ladang, Desa Padaelo, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros telah rampung pembangunannya.


Itu artinya jalan yang dahulu sempit, berkelok-kelok, banyak tikungan tajam, tanjakannya curam, dan rawan kecelakaan sudah teratasi.  Alhamdulillah, kekhawatiran saya sebelumnya sudah tidak beralasan lagi.

 

Saat memasuki daerah Camba Maros, dari kejauhan terlihat jembatan sepanjang 314 meter nampak kokoh dan estetik . 

 

Makanya saat pak sopir, Habibi, menawarkan singgah untuk berfoto di atas jembatan, saya sangat antusias sekalipun tidak semua peserta rombongan setuju. Terutama yang sudah sering melewati jalur ini. 

 

Biasa saja, menurut mereka, tapi bagi saya dan sebagian lainnya, ini kesempatan langka. Kapan lagi mengabadikan diri berdiri di atas jembatan layang yang indah ini, bukan?




Jembatan Pattunuang Maros/www.mardanurdin.com
Sumber Foto: Dokumen Dawiah




www.mardanurdin.com
Sumber foto: dokumentasi Dawiah


 

Akhirnya Nginap Dua Malam di Hotel Helios


 

Rombongan kami tiba di Watangsoppeng, ibukota kabupaten Bone sekitar pukul 20.00. Oleh panitia penyelenggara Muswil, kami diarahkan ke rumah salah seorang orang tua siswa TK Aisyiyah yang ada di Bone, tetapi karena sesuatu dan lain hal, beberapa anggota rombongan termasuk saya lebih memilih menginap di Hotel Helio.

 

Sebenarnya panitia  Muswil sudah menyiapkan kamar untuk semua peserta Muswil, tetapi hanya untuk satu malam, dan bisa masuk kamar pada hari Sabtu, tanggal 27 September, sedangkan rombongan kami tiba di Bone pada hari Jum’at, tanggal 26 September. 

Sebelum kami jalan, sudah ada koordinasi dengan panitia kalau yang datang sebelum hari pelaksanaan Muswil akan disiapkan tempat menginap di rumah penduduk sekitar atau di rumah orang tua siswa PAUD naungan ‘Aisyiyah.

Namun, seperti yang saya ceritakan di atas, sebagian rombongan memilih mencari tempat nginap yang lain.

Maka jadilah kami menginap di hotel Helios.


 

Kesan Mengikuti Muswil IGABA Sulawesi Selatan


 

Sebagai pendatang baru di IGABA, saya sangat antusias mengikuti musyawarah, karena ini adalah kesempatan saya bertemu dan silaturahim dengan guru-guru TK Bustanul Atfhal se-Sulawesi Selatan.

Musyawarah berjalan lancar, tenang tanpa ada gerakan-gerakan mencari dukungan untuk memilih pengurus wilayah, setidaknya itu yang nampak di mata saya.

 

Kalaupun ada, caranya pasti sangat elegan, halus dan tanpa intrik. Seperti pemilihan pimpinan di persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah pada umumnya yang mulai dari tingkat pusat hingga ranting, selalu adem, sejuk dan bersahaja lalu menghasilkan pimpinan dan pengurus yang insya Allah amanah. 




Muswil IGABA
Sumber: dokumen Dawiah



Baca juga informasi terkait Aisyiyah di sini 


 

Peserta Tertua


 

Sekalipun saya guru baru di jajaran sekolah TK ‘Aisyiyah (Bustanul Atfhal), tetapi dari segi usia, saya merasa sayalah yang tertua karena baru gabung setelah memasuki masa pensiun.


Ternyata tidak demikian. Ada beberapa guru TK dalam lingkup ‘Aisyiyah yang kurang lebih sama dengan keadaan saya. Sudah pensiun sebagai ASN, tapi masih dikaryakan, baik sebagai kepala sekolah maupun sebagai tenaga pengajar.

 

Adalah ibu Hajja Andi Sunarsi yang selalu aktif mengikuti hampir semua kegiatan-kegiatan di persyarikatan, terutama di ‘Aisyiyah. Beliau juga mengikuti acara musyda datang sebagai penggembira musyda. Usianya mendekati 73  tahun. 


Beliau adalah salah seorang pengurus di Majlis Ekonomi di jajaran Pimpinan Daerah 'Aisyiyah (PDA) Kota Makassar sekaligus menjadi Ketua Majlis Kesejahteraan Sosial (Kesos) di Aisyiyah Cabang Karunrung dan juga sebagai wakil kepala sekolah di Ar-Raudah. Salim atas semangat dan daya juangnya yang tak pernah surut.


 

Rindu itu Datang Lagi


 

Ahad pagi, 28 September 2025, grup WA peserta muswil ramai membahas soal undangan makan siang di rumah salah seorang peserta muswil di Kecamatan Mare, Bone.  Alhamdulillah, semua senang semua bersiap jalan ramai-ramai.


Sekitar pukul 10.00, rombongan kami meninggalkan hotel menuju Mare.  

Belakangan saya baru tahu kalau yang mengundang adalah ibu Andi Suriati, guru TK ‘Aisyiyah V Toddopuli. 


Terima kasih, ibu. Makanannya enak semua apalagi dilengkapi dengan kue-kue khas Bugis.

 

Usai makan siang, kami meninggalkan rumah ibu Andi Suriati dan perjalanan pulang pun dilanjutkan. Singgah beberapa waktu di pasar dan toko oleh-oleh buat yang mau membeli oleh-oleh. Kebanyakan membeli gula merah Bone yang terkenal dengan kualitasnya yang terbaik. 

 

Pelan tapi pasti, bus melaju meninggalkan Kabupaten Bone. Sebelum memasuki Kabupaten Soppeng, ibu Besse dari TK ‘Aisyiyah NHP meminta izin kepada semua penumpang untuk singgah di rumah ibunya. 

 

Ada haru yang menyesakkan dada saat rombongan singgah di rumahnya ibu  Besse Arubaya, rasa itu diam-diam menyelisip ruang hati saya tatkala berjumpa dengan mamanya bu Besse. Postur tubuhnya yang mungil, tapi lincah menerima kami dengan senyum mengingatkan saya dengan mama rahimahullah. 


Diam-diam saya mengusap sudut mata saya yang basah.

Rindu itu datang lagi menyeruak tak terbendung. 

Alfatihah untukmu, mama. 


 

Sebagai penutup, saya mau bilang, bahwa draf tulisan ini sudah lama saya tulis, tapi baru selesai hari ini. Semoga bisa diposting sebelum acara Musyawarah Daerah IGABA Kota Makassar berlangsung. LOL


 

Makassar, 21 Desember 2025

 

Dawiah

Post a Comment