Rabu, 10 September 2025 kami, kepala sekolah dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) serta satu orang perwakilan orang tua siswa diundang menghadiri seminar pengasuhan yang dilaksanakan oleh Bunda PAUD Kota Makassar.
Seminar yang berlangsung di Ballroom Alamanda lantai 1 Hotel Aryaduta Makassar itu mengusung tema “Dampak Pengasuhan dan Disiplin Positif Sejak Usia Dini pada Pengembangan Karakteristik yang Inklusif”
Tema yang menarik dan menurutku cukup berat dicerna untuk pertemuan sehari saja. Sebagaimana ilmu-ilmu parenting pada umumnya yang tidak bisa langsung diaplikasikan dalam rumah tangga. Ada banyak proses yang mesti dijalani yang tidak mudah semudah mendengar penjelasan dari narasumber.
Namun, menghadiri seminar parenting pasti tidak sia-sia selama peserta seminar menyimak dengan baik lalu pelan-pelan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena ada banyak miskonsepsi tentang pola pengasuhan yang mungkin telah kita lakukan atau yang kita pahami.
Maka belajar dari para ahli di bidangnya, seperti psikolog, pendidik maupun para pegiat parenting adalah salah satu jalan buat para orang tua untuk “kembali ke jalan yang benar”
Saya yakin, itulah tujuan Bunda PAUD Makassar melaksanakan seminar ini.
Dalam susunan acara tertulis, ada dua pemateri dalam dua sesi. Di sesi 1, dibawakan oleh ibu Ola Z. Pontoh, S.Psi.,M.Psi dengan judul “Pengasuhan dan Disiplin Positif.”
Di sesi kedua, membahas tentang “Dampak Pengasuhan dan Disiplin Positif” yang dibawakan oleh ibu DR.Asniar Khumas,S.Psi.,M.Si.
Pengasuhan dan Disiplin Positif
Di sesi pertama, narasumber, Ibu Ola Z.Pontoh ,S.Psi.,M.Psi memulai dengan dua pertanyaan.
- Bagaimana pengalaman Anda diasuh saat masih anak-anak?
- Peristiwa apa yang paling menyenangkan dan peristiwa apa yang paling menyedihkan?
Kedua pertanyaan itu dijawab oleh salah seorang peserta, bahwa yang menyenangkan adalah saat bersama orang tua, disayangi dan dipeluk sedangkan yang tidak menyenangkan adalah saat orang tua membanding-bandingkannya dengan saudara atau dengan orang lain.
Mungkin dalam benak kita semua, setuju dengan jawaban itu, bahwa dalam perjalanan hidup kita sejak kecil hingga dewasa akan ada saja peristiwa dan perlakuan yang baik dan tidak baik yang pernah kita alami.
Ada yang sangat membekas di hati dan di pikiran hingga sulit dilupakan dan ada yang biasa saja dan kita sudah tidak ingat lagi.
Apakah perlakuan buruk itu termasuk pengasuhan negatif dan sebaliknya perlakuan baik yang kita dapatkan adalah pengasuhan positif?
Mari kita coba pelajari berdasarkan penjelasan dari Ibu Ola.
Pengasuhan Positif
Ibu Ola menekankan bahwa yang dimaksud dengan pengasuhan anak adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, dan kesejahteraan yang menetap dan berkelanjutan.
Selanjutnya, beliau menjelaskan bahwa pengasuhan positif menyangkut tiga hal, yaitu:
- Pengasuhan berdasarkan kasih sayang, saling menghargai, membangun hubungan yang hangat antara anak dan orangtua serta mendukung tumbuh kembang anak.
- Pendekatan yang mengedepankan penghargaan, pemenuhan dan perlindungan hak anak, serta kepentingan terbaik anak.
- Upaya untuk memberikan lingkungan yang bersahabat dan ramah sehingga anak dapat berkembang lebih baik.
Di mana dan siapa saja yang berperan penting dalam mewujudkan pengasuhan positif tersebut?
Yang pasti, ada tiga lingkungan, yaitu:
Lingkungan Rumah
Dalam lingkungan rumah ada orang-orang dewasa yang berperan penting dalam mewujudkan pengasuhan positif, ada ayah, ibu, kakak, kakek, nenek, bisa jadi ada juga om, tante, sepupu hingga asisten rumah tangga.
Lingkungan Sekolah
Sedangkan di lingkungan sekolah ada Kepala sekolah, guru, administrator, penjaga sekolah (satpam), bujang sekolah, dan semua warga sekolah lainnya.
Lingkungan Masyarakat
Tetangga, teman sepermainan anak dan orang-orang yang tinggal di sekitar rumah merupakan bagian dari lingkungan Masyarakat.
Ketiga lingkungan itu sangat berperan dalam menciptakan pengasuhan positif. Sebab itu orang tua wajib mengamati dan mengetahui ketiga lingkungan itu, apakah cukup sehat dan mendukung pengasuhan yang positif untuk anaknya.
Misalnya, orang tua sudah menerapkan pengasuhan positif untuk anaknya dalam lingkungan rumah, lalu anaknya bergaul di lingkungan sekolah atau di lingkungan masyarakat yang tidak mendukung atau tidak sejalan dengan pengasuhan yang telah diterapkan dalam lingkungan rumah, maka bisa saja terjadi perubahan signifikan pada anak akibat pengaruh dari kedua lingkungan tersebut.
Akibatnya orang tua mesti memulai lagi dari awal dan tentu memerlukan usaha yang lebih keras lagi.
Dari sini, kita bisa menyimpulkan, bahwa pengasuhan positif untuk anak-anak kita tidak bisa dilakukan sendiri. Harus ada dukungan dan kerja sama yang baik oleh semua pihak dari semua lingkungan.
Disiplin Positif
Jika pengasuhan positif menyangkut pengasuhan maka disiplin positif merupakan pembentukan kebiasaan dan tingkah laku anak yang positif dengan kasih sayang. Tujuannya kurang lebih sama dengan pemberian pengasuhan positif, yaitu agar anak menjadi mahkluk sosial dan tumbuh serta berkembang dengan sebaik-baiknya.
Mendisiplinkan anak ke arah yang positif memiliki tiga tujuan, yaitu:
- Agar anak bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya.
- Agar anak mendapatkan kesempatan untuk membangun tingkah laku sesuai dengan lingkungannya.
- Agar anak memahami mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk.
Bagaimana Cara Mendisiplinkan Anak?
Ibu Ola memaparkan beberapa cara dan tindakan yang harus dilakukan orang tua, guru, dan orang dewasa yang ada di lingkungan anak dalam mendisiplinkan anak, yaitu:
- Sabar dan percaya diri
- Tenang
- Memilih waktu yang tepat
- Konsisten
- Memberikan contoh dan penjelasan
- Tidak mudah menyerah
- Menghindari melakukan kekerasan
Ketujuh cara itu nampaknya mudah dituliskan, tapi sulit dilakukan apabila orang tua, guru dan orang dewasa di lingkungan masyarakat tidak Ikhlas melepaskan egonya.
Namun, alih-alih mengeluh tentang sulitnya mendisiplinkan anak maka sebaiknya, mari membayangkan jika anak kita sudah beranjak dewasa, lalu jawablah pertanyaan yang diberikan oleh ibu Ola.
“Jika anak Anda sudah beranjak dewasa, karakter seperti apa yang ingin Anda lihat dari anak? Bentuk hubungan seperti apa yang Anda inginkan?”
Pasti jawaban kita semua sama.
Kita mau anak kita memiliki karakter yang positif, tidak mudah putus asa, tidak cengeng, dan hal positif lainnya.
Kita mau memiliki hubungan yang berkualitas, hangat, dan penuh kasih sayang yang tulus.
Untuk mendapatkan semua itu, tentu memerlukan perjuangan yang konsisten, kesabaran yang ekstra, dan ilmu pengasuhan yang mumpuni.
Maka marilah belajar bersama agar bertumbuh bersama demi mendapatkan anak yang berkualitas dan generasi penerus bangsa yang berkualitas pula.
Ibu Ola menutup sesi satu dengan mengutip kalimat bijak dalam novel Guru Aini karya Andrea Hirata.
“Guru terbaik adalah guru yang tak kenal lelah mencari cara agar muridnya mengerti.”
Sebagai penutup dari tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ola Z. Pontoh ,S.Psi.,M.Psi atas pemaparannya yang sangat baik dan mengedukasi.
Semoga peserta dan terutama saya dapat mengambil ibrah dari seminar ini. Terima kasih juga kepada bunda PAUD Makassar atas pembelajaran melalui seminar parenting ini.
Insya Allah tulisan berikutnya mengenai pemaparan yang disampaikan oleh narasumber kedua di sesi 2.
![]() |
Sumber foto: dokumen Dawiah |
Makassar, 18 September 2025
Salam dari saya
Dawiah
Post a Comment