Semalam ketika saya menyetorkan tulisan di form setoran harian KLIP, saya melihat satu kalimat penyemangat pada akhir form, yaitu:
“Kamu hebat sudah menaklukkan tantangan menulis hari ini.”
Hm, manis sekali dan sangat menghargai usaha penulis dan penyetor tulisan. Seakan mengisyaratkan, bahwa memang menulis konsisten itu adalah tantangan yang sulit ditaklukkan, makanya kalau sudah berhasil menulis hari itu, artinya penulis telah menaklukkan diri sendiri, menaklukkan kemalasan dan kebuntuan pada dirinya.
Freewriting yang saya setorkan semalam itu, saya tulis usai menghadiri rapat daerah ‘Aisyiyah Kota Makassar, lalu tulisan pun berlanjut pada dua paragraph di atas. Niatnya, saya mau menyelesaikan tulisan itu esok pagi, kenyataannya menjelang malam barulah ada kesempatan membuka laptop dan menulis.
Serupa dengan konsisten menulis, mengikuti kegiatan di Aisyiyah juga membutuhkan komitmen dan istiqamah sesuai dengan amanah yang telah diterima pada awal menyetujui hasil Keputusan musyawarah.
Serba-Serbi Ber‘Aisyiyah
Aktif di Muhammadiyah adalah pilihan hati saya sejak SMP, sejak saya mengenal ortom Muhammadiyah, yaitu Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) pada tahun 1979.
Keaktifan saya sempat terhenti selama kurang lebih 7 tahun, saat saya terangkat menjadi guru ASN di daerah yang cukup terpencil saat itu.
Tujuh tahun kemudian, saya dan keluarga kecil saya saat itu berhasil pindah di kota pada tahun 1993. Saya bukan hanya pindah melainkan pulang dan kembali ke rumah orang tua saya yang otomatis jiwa ke Muhammadiyahan saya pun kembali menggelora.
Berhubung saya bukan lagi pelajar, maka tidak mungkin aktif lagi di IPM dan jalan terbaik adalah bergabung di ‘Aisyiyah yang dahulu kami sebut sebagai ibunda.
Yah, tahun itu saya resmi menjadi “ibunda-nya” anak-anak IPM, Pemuda Muhammadiyah dan Nasiyatul Aisyiyah.
Entah Musycab keberapa saat itu, saya dipilih menjadi salah seorang pengurus ‘Aisyiyah Cabang Ujung Tanah, Makassar dan sejak hari itu, saya tidak pernah “kemana-mana” lagi.
Walaupun pada waktu itu, saya belum bisa aktif sepenuhnya karena masih memiliki tanggung jawab sebagai ibu, istri dan ASN, tetapi saya tidak pernah meninggalkannya.
Semakin tak punya alasan mengabaikan amanah itu ketika masa pensiun saya tiba. Dimulai pada Januari tahun ini, saya merasa lebih terpanggil dan semakin fokus menjalankan amanah tersebut.
![]() |
Sumber foto: dokumen Dawiah |
Salah satu kegiatan rutin yang wajib dihadiri oleh pengurus cabang adalah rapat daerah yang dilaksanakan sekali sebulan.
Di mana setiap rapat selalu ada program kerja daerah yang dibicarakan, direncanakan atau laporan pertanggungjawaban atas kegiatan yang telah terlaksana sebelumnya.
Demikian pula rapat bulanan, Sabtu kemarin. Ada empat hal yang dibahas, yaitu:
Pertama
Pelaksanaan Musyawarah Pimpinan Cabang (Musypimcab) harus dilaksanakan oleh setiap cabang paling lambat pada bulan Agustus 2025 diikuti dengan penjelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan Musypimcab tersebut.
Kedua
Kegiatan Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah (SWA).
Ketiga
Tindak lanjut Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik yang telah dilaksanakan bulan Juni 2025.
Keempat
Rencana pelaksanaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ‘Aisyiyah (PKBM).
Saya fokus pada Keputusan rapat tentang tindak lanjut kegiatan Pelatihan Pengelolaan Sampah organik yang telah dilaksanakan pada 18 Juni 2025 lalu, karena kebetulan, saya ikut pelatihan mewakili cabang Ujung Tanah.
Bahwa, ada beberapa poin yang mesti dilaksanakan secara berkesinambungan dan konsisten, yaitu:
Setiap cabang membuat bank sampah. Untuk hal ini, saya masih belum mengerti bagaimana prosedurnya.
Lalu ada pula himbauan yang bersifat keharusan, bahwa setiap sekolah di lingkungan sekolah ‘Aisyiyah menyediakan tempat sampah organik dan non organik.
Dan yang terakhir adalah himbauan untuk meminimalis sampah setiap ada kegiatan yang dilaksanakan oleh ‘Aisyiyah cabang, sebagai bentuk peduli pada lingkungan yang bersih dan sehat.
Misalnya, pengadaan konsumsi pada acara pengajian cabang atau kegiatan lain, mengupayakan untuk tidak menggunakan bahan plastik dan styrofoam.
"Tentang EPS ini, umumnya masyarakat menyebutnya Styrofoam, padahal itu keliru.
Tentang hal ini, pun akan saya tulis nanti, tetapi harus meriset lebih dalam terlebih dahulu.
Setiap anggota dan pengurus ‘Aisyiyah membawa tempat air minum manakala menghadiri acara-acara Aisyiyah dengan harapan meminimasli penggunaan air mineral berwadah plastik.
Apa saja yang dipelajari pada kegiatan Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik itu? Insya Allah akan saya tulis nanti pada postingan berikutnya.
Makassar, 13 Juli 2025
Dawiah