MONOLOG; Teruslah Menulis Walaupun Rasa Malas Melanda

Saturday, May 20, 2023

 



Kapan terakhir kali menulis dan mengeposkannya di blog?

Pertanyaan itu sering sekali datang diam-diam seakan mengingatkan untuk kembali ke jalan pilihan yang telah saya canangkan sebelumnya. 

Sebagaimana yang telah saya cita-citakan sepuluh tahun terakhir ini bahwa saya akan menjadi penulis  dengan cara apapun. 

Penulis di blog sebagai bloger, penulis konten di media sosial atau apa saja dan di mana saja, yang pasti tetap di area kepenulisan, karena bagi saya menulis di mana pun itu tetap bisa disebut sebagai penulis.

Nyatanya sudah 20 hari saya tidak mengepos tulisan apapun di blog atau di akun pribadi saya. 

Terakhir saya menulis tentang Sambut Masa Pensiun Bersama IndiHome pada 30 April, selebihnya saya hanya merapikan draf-draf yang berceceran hingga mencukupi jumlah 400 kata untuk saya setorkan pada KLIP dalam bentuk google drive. 

Saya cukup berhati-hati dengan setoran di KLIP ini karena di sanalah konsistensi menulis saya terjaga. Semacam ada utang yang mesti dibayar. 

Jangan sampai lengah seperti bulan lalu di mana saya gagal mendapatkan budget padahal saya berhasil mengepos 9 tulisan di blog ditambah beberapa tulisan draf di google drive, tetapi keasyikan dengan kerjaan lain akhirnya lupa menyetorkannya di klip.

Belajar dari kegagalan bulan lalu, maka begitu memasuki bulan Mei ini saya sudah meniatkan untuk menulis minimal 400 kata sehari. 

Alhamdulillah saya berhasil sampai hari keenam, tetapi postingnya di google drive. Belum bisa mengepos di blog, karena mengepos di blog itu tidak bisa asal-asalan, minimal ada foto, ada aturan-aturan yang mesti diikuti. 

Saya berharap pada hari ke-20 bulan Mei ini saya bisa menuntaskan satu tulisan dan mengeposnya di blog. 

Oh yah, saat saya menulis ini konsentrasi saya sempat terputus beberapa saat karena “gangguan” dari Ayangbeb yang rada-radanya tidak suka kalau saya di depan laptop terus. 

Tepuk jidat deh.

Setelah tertunda sekian jam, saya memutuskan untuk melanjutkan tulisan curhat ini. Mencoba merenungi, kira-kira apa penyebab dari “kekacauan perasaan ini.”

Hm, baru juga tidak menulis selama 20 hari, dunia saya sudah serasa sunyi, pikiran tak tentu yang berdampak pada kesehatan fisik.

Yap, pikiran itu bisa mengakibatkan tubuh menjadi tidak sehat sekalipun fisik yang sakit lebih sering mengacaukan pikiran dan hati.

Namun, percayalah keduanya saling memberi efek dan saling memberi kontribusinya satu sama lain. 

Pikiran kacau dan hati tidak tenang akan menimbulkan sakit pada badan dan badan yang sakit 90% akan menimbulkan hati nelangsa dan pikiran menjadi tidak tenang. 

Sialnya, saya merasakan keduanya akhir-akhir ini. Bayangkan kalau keduanya bekerjasama dan muncul secara bersamaan, makin kacaulah hidup ini.


Ini Penyebabnya


Dua pekan terakhir saya tidak bisa berkonsentrasi menulis akibat pekerjaan domestik yang menumpuk.

Seperti, melipat pakaian (ini pekerjaan yg paling menyita waktu dan tidak kusukai sebenarnya) ditambah suami yang kurang sehat sehingga pekerjaan ringan yang biasanya beliau lakukan untuk sekadar bantu-bantu otomatis harus saya ambil alih. 

Semisal cuci piring sepulang salat subuh atau menyapu jalanan depan rumah yang kami anggap sebagai halaman rumah, hahaha.

Setelah suami mulai sehat dan bisa lagi melakukan aktivitas ringan, giliran saya yang kena. 

Mulanya hanya sakit gigi, nyeri-nyeri sedap sedikit, lama-lama berdampak pada pencernaan dan nyeri lambung datang karena makan tidak teratur maka otomatis hampir semua kegiatan tulis menulis terhenti. 

Sesekali ngepos status WA saja sebagai pertanda kalau saya masih hidup, wkwkwk. 

Yaah, itulah sebab utamanya dan sebab lainnya adalah kemalasan yang mulai mengunggis bagai tupai yang menggerumit buah kelapa.


Menulislah Walaupun Lagi Malas


Saya bersyukur dan merasa beruntung karena berada di berbagai komunitas kepenulisan, baik itu komunitas bloger maupun yang bukan bloger, tetapi masih di area dan bersama para penulis, seperti Kumpulan Emak Bloger (KEB), Pasukan Bloger JA, BPN (Blogger Perempuan Network), KLIP, 1M1C (1 Minggu 1 Cerita), IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) dan yang lainnya, sebab dari sana saya menemukan “obat” penyemangat untuk terus menulis.

Saya menyadari bahwa masa “keemasan” saya sebagai guru di sekolah tidak lama lagi akan berakhir.

Berbagai kegiatan dan program di sekolah secara alami telah “menolak” kehadiran guru-guru seusia saya. Walaupun kadang dihadirkan, tetapi kehadirannya hanya sebagai pelengkap semata.

Mungkin itu hanya perasaan saya saja, tetapi dari berbagai jenis program yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam lingkup pendidikan selalu ada batasan usia yang memungkinkan guru seusia saya secara otomatis ditolak oleh sistem.

Kesadaran akan situasi itu sudah lama saya rasakan dan saya sudah mempersiapkannya dengan mengalihkan “pikiran” saya ke hal lain, yaitu menulis. 

Masa iya setelah sejauh ini melangkah saya harus dihentikan oleh rasa malas? Jangan dong yah.

Maka untuk kesekian kalinya saya mencanangkan kepada dunia bahwa saya akan tetap menulis sekalipun kemalasan datang melanda. 

Sebagaimana yang dinasihatkan oleh Imam Ghazali, bahwa:

"Jika kau bukan anak raja dan anak ulama, maka menulislah."


Makassar, 20 Mei 2023


Dawiah

8 comments

  1. Bener banget ketika suka mendeklarasikan sebagai Blogger berarti harus berkutat dengan menulis. Jadi reminder banget Mbak untuk terus menulis. Semangat banget sekarang buat memaksakan dan membiasakan posting di blog.

    ReplyDelete
  2. Setuju. Sebagai penulis khususnya blogger mesti pintar manajemen waktu dan energi. Jadi, selain mempersiapkan waktu buat nulis blog, kita juga mesti bisa persiapkan energi yang matang biar tidak lemas.

    ReplyDelete
  3. Semoga semangat terus ya Kak. Semoga ayangbebnya nanti mengerti bahwa menulis itu kebutuhan psikis ta'. 😊

    ReplyDelete
  4. Membangun semangat itu yang paling susah, walaupun punya ide yang cemerlang tapi niatnya ngga ada, ngga bakalan deh jalan. Aku punya tulisan, rencana mau buat buku. Sudah mandek bertahun tahun tanpa ada jalan keluar hehehe

    ReplyDelete
  5. Aku mbak seneng nulis walau bukan penulis min. sekedar status wa ben masih ada tanda kehidupan bener wkwk . Aku sii jaman kuliah dulu terinspirasi mbak Helvy Tiana Rosa "Menulislah Sebab Masih Banyak Yang Belum Kamu Tulis" jadi ya udah kudu menyemngati diri yaa minimal.

    ReplyDelete
  6. Ini pengingat juga buatku mba. Padahal dr awal tahun udah niat hrs bisa ngabisin draft yg numpuk jadi postingan blog. Tetep aja nulisnya masih ga konsisten.

    Akhirnya memang aku pilih utk beberapa draft yg mungkin ga bisa panjang diceritain, aku tulis di IG aja, tapi yg bisa ditulis panjang baru di blog. Harus bisa nih ngabisin semua draft dan foto. Jadi setidaknya THN depan memory hp ku bisa kosong lagi Krn semua udh ditulis 😁

    ReplyDelete
  7. Eh betul, rasa malas menulis sering melanda. Butuh perjuangan melawannya. Mesti semangat dan cari jalan terbaik melawan rasa malas yang merajalela

    ReplyDelete
  8. Terima kasih sekali, BUnda..
    Aku mulai banyak merenung mengenai produktifitas menulis ini. Karena sekarang menghidupi 2 blog, jadi terasa kudu banyak konten yang dituangkan dalam bentuk literasi. Semoga dengan menejemen waktu yang baik, bisa kembali mengisi blog-blog yang terbengkalai.

    ReplyDelete