10 Masalah Pembelajaran IPA Hasil Identifikasi Guru Peserta PPG Dalam Jabatan Tahun 2022

Saturday, October 1, 2022





Insyaallah hari ini adalah pertemuan terakhir untuk jadwal kuliah pendalaman materi bagi kelas 011 IPA PPG dalam jabatan kategori 2 Tahun 2022, di mana saya diberi amanah sebagai guru pamong mendampingi dosen dari Universitas Negeri Makassar (UNM). 


Sejak memasuki kelas dengan materi Kegiatan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Langkah ke - 4 Explorasi Alternatif Solusi pada kelas 011 IPA kemudian langkah ke – 5 Menentukan Solusi hingga tiba pada  langkah ke – 6 Membuat Rencana Aksi, setidaknya ada sepuluh permasalahan yang ditemukan oleh bapak dan ibu guru  peserta PPG tahun ini. 


Kesepuluh permasalahan itu adalah hasil identifikasi mereka di kelas-kelas yang mereka ajar. Demi mengabadikan hasil identifikasi tersebut, saya menuliskannya di sini.

Apa sajakah kesepuluh masalah tersebut? Berikut pemaparannya.



Peserta Didik Kurang Aktif Mengikuti Proses Pembelajaran


Pada umumnya guru-guru yang mengalami keadaan peserta didik (selanjutnya saya menggunakan kata siswa) yang kurang aktif, cenderung merasa siswanya yang memang tidak mau aktif dilihat dari keadaan siswa yang  hanya datang, duduk, mendengar dan pulang. 

Sekalipun begitu, guru tidak bisa serta merta menyalahkan siswa, karena pasti ada sesuatu yang salah dalam proses pembelajaran. 

Bisa jadi materi yang disajikan kurang menarik atau gurunya yang tidak mampu mengelola kelas dengan baik sehingga tak bisa memancing keaktifan siswa.


Untuk permasalah ini, umumnya peserta PPG mencoba mengatasinya dengan menggunakan berbagai jenis model pembelajaran atau penggunaan media, metode dan sebagainya.



Peserta Didik Kurang Berminat Belajar IPA



Sebenarnya untuk mengukur siswa berminat atau tidak berminat diperlukan satu alat ukur yang valid dan reliabel. Namun, berdasarkan diskusi yang kami lakukan melalui zoom, umumnya para guru peserta PPG menyimpulkan, bahwa siswa yang kurang berminat belajar IPA dilihat dari sikap siswa yang nampak bermalas-malasan selama proses pembelajaran berlangsung. 


Yap, bisa jadi demikian, sebab jika dilihat dari pengertian minat itu sendiri, bahwa seseorang yang berminat melakukan sesuatu ditunjukkan dengan sikapnya yang penuh perhatian dan selalu berusaha terlibat dalam setiap proses pembelajaran. Dia juga memperlihatkan perhatian yang lebih serta memperlihatkan respon yang tinggi.



Peserta Didik Tidak Termotivasi Belajar IPA



Motivasi dan minat nampaknya serupa, tetapi tidak sama. Jika minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu atau bergairah melakukan sesuatu, maka motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu. 


Terdapat dua jenis motivasi terkait dengan pembelajaran siswa, yaitu: motivasi belajar intrinsik dan motivasi belajar ekstrinsik. Perbedaan dari kedua jenis motivasi belajar siswa ini terletak pada asal munculnya motivasi itu sendiri.


Motivasi belajar intrinsik dipengaruhi oleh keinginan siswa itu sendiri karena ingin mencapai tujuan tertentu, misalnya mau mendapatkan nilai baik agar bisa lanjut ke sekolah yang diinginkan, atau masuk ke perguruan tinffi tertentu, mau membanggakan orang tua, dan sebagainya.


Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena faktor dari luar, seperti lingkungan, misalnya karena berada di lingkungan teman-temannya yang mau berprestasi sehingga merasa harus belajar juga, atau karena janji akan diberikan hadiah oleh orang tua jika mendapatkan prestasi atau meraih nilai tinggi.


Permasalahan yang kerap didapatkan guru IPA adalah siswa tidak termotivasi mengikuti pelajaran IPA dan ini tentu memengaruhi keaktifan belajar siswa maupun pencapaian pengetahuan IPA. Untuk masalah seperti ini, biasanya guru memikirkan akar permasalahannya lalu mencari solusi pemecahannya agar siswa yang diajar termotivasi belajar IPA.



Kemampuan Peserta Didik Dalan Memahami Konsep IPA Rendah


Permasalahan berikutnya yang diperoleh dari hasil identifikasi guru-guru adalah siswa kurang memahami konsep IPA.  Jika dikaji lebih mendalam, pemahaman konsep IPA di SMP bisa jadi dipicu oleh ketidakmampuan guru IPA dalam mengajarkan konsep IPA itu sendiri, hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan guru IPA yang beragam.


Pelajaran IPA di SMP itu mencakup pelajaran Biologi, Fisika dan Kimia. Sedangkan guru-guru yang mengajar IPA biasanya berlatarbelakang pendidikan  yang berbeda. Kalau bukan berlatar pendidikan Biologi biasanya berlatar pendidikan Fisika atau pendidikan Kimia. 


Beberapa kali saya berbincang-bincang dengan guru-guru yang mengajar IPA, ada yang mengaku cukup kesulitan mengajar materi Biologi  karena ia berlatar belakang pendidikan Fisika atau sebaliknya.


Walau demikian, tanggung jawab guru untuk mengajar di kelas tak bisa diabaikan begitu saja. Oleh karena itu, guru-guru IPA harus terus mengupgrade ilmu pengetahuannya terutama untuk materi IPA yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.



Sering Terjadi Minskonsepsi IPA Pada Peserta Didik



Terjadinya miskonsepsi IPA pada siswa ini biasanya disebabkan oleh latar belakang pendidikan gurunya. Seperti yang dikemukakan sebelumnya. Terjadinya miskonsepsi IPA jauh lebih berbahaya daripada kekurang mampuan siswa dalam memahami konsep-konsep IPA, dan ini tidak bisa dianggap hal yang biasa. 

Guru-guru IPA harus lebih berhati-hati dalam menjelaskan konsep-konsep IPA apa pun latar belakang pendidikannya. 




Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Rendah



Masalah lain yang banyak ditemukan di kelas adalah rendahnya pengetahuan anak dalam literasi sains. Dari berbagai kajian literatur dijelaskan, bahwa ruang lingkup sains dilihat dari tiga komponen utama, yaitu  sains dilihat dari  aspek produk (pengetahuan), aspek keterampilan proses (psikomotorik), dan aspek sikap ilmiah (afektif).  


Aspek produk dalam sains meliputi beragam produk dan hasil temuan dalam sains diantaranya fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori.  Yang paling penting dipahami, bahwa literasi sains bersifat multidimensional bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih dari itu.

 

Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh para guru peserta PPG yang mengidentifikasi masalah rendahnya literasi sains ini di kelasnya, umumnya disebabkan oleh model dan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak cukup memadai dalam menerapkan literasi sains. 



Hasil Penilaian Kognitif IPA Peserta Didik Rendah



Hasil penilaian kognitif IPA atau penilaian pengetahuan IPA siswa juga banyak diangkat oleh guru peserta PPG dan akar masalahnya disebabkan oleh berbagai macam, mulai dari model pembelajaran yang diterapkan hingga penggunaan media pembelajaran.



Hasil Penilaian HOTS IPA Peserta Didik rendah



Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi  bagi peserta didik menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan terutama saat hasil PISA dirilis pada tahun 2015 yang diikuti oleh 72 negara. 


Indonesia berada pada peringkat ketiga dari bawah untuk sains, peringkat terakhir untuk membaca, peringkat kedua dari bawah untuk matematika. Tentu ini sangat memprihatinkan buat kita semua. 

Berdasarkan kajian-kajian oleh para ahli, siswa Indonesia dinilai tidak mampu menyaingi negara-negara lain karena masih lemah dalam hal berpikir tingkat tinggi.

Hal ini seiring dengan hasil identifikasi masalah yang ditemukan oleh guru peserta PPG.



Tidak Bisa Menggunakan Media Pembelajaran IPA 



Masalah lain yang ditemukan adalah siswa belum terbiasa menggunakan media pembelajaran IPA. Barangkali yang dimaksud adalah siswa kurang terampil menggunakan alat atau media saat melakukan eksperimen, atau praktik-ptaktik IPA baik di dalam laboratorium maupun di luar laboratorium. 


Menurut saya, hal ini bukan masalah siswa saja melainkan masalah guru itu sendiri. Karena pada dasarnya, siswa itu hanya mengikuti apa yang diarahkan atau diperintahkan oleh gurunya. 

Jika guru menggunakan media pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran maka lambat laun media pembelajaran IPA  menjadi sesuatu yang tidak asing lagi bagi siswa. Misalnya, penggunaan mikroskop, pengukuran arus dengan amperemeter, dan sebagainya.



Pencapaian Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kurang 



Masalah terakhir yang ditemukan oleh guru peserta PPG adalah hasil belajar IPA siswa kurang. Umumnya peserta PPG mendapatkan akar masalahnya karena berbagai sebab, misalnya penggunaan media pembelajaran IPA yang kurang maksimal, kurang menerapkan model pembelajaran, metode dan strategi yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan bahan ajar.



Demikianlah sepuluh masalah-masalah yang umum ditemukan oleh guru-guru peserta PPG Dalam Jabatan Tahun 2022. Dan, berdasarkan pengalaman saya sebagai guru yang mengajar mata pelajaran IPA, masalah-masalah tersebut sering pula saya alami dari tahun ke tahun.  


Namun, setiap masalah selalu ada jalan untuk mengatasinya. Bapak ibu guru peserta PPG telah belajar banyak tentang cara mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Mereka telah menemukan solusi lalu  merancang perangkat pembelajaran untuk dipraktikkan nanti saat PPL bahkan ketika mereka kembali ke sekolah masing-masing.


Hikmah yang saya dapatkan sebagai guru pamong di PPG ini tak ternilai harganya. Bahwa tugas  guru yang utama adalah menanamkan nilai-nilai baik agar tercipta karakter yang baik dan mencerdaskan mereka sebagai generasi penerus bangsa.

Demikian, semoga bermanfaat.



Makassar, 1 Oktober 2022


Dawiah 

23 comments

  1. Wah, terjawab sudah banyak pertanyaan yang sering menghampiri hehe. Kalau ngomongin soal IPA, rasanya susah banget ahahaha. Apalagi kl udah lihat materi fisika, kimia... Heuheu pening duluan.
    Makasih sharingnya mbak :)

    ReplyDelete
  2. bicara mengenai literasi IPA yang rendah sebenernya secara umum tingkat literasi kita tuh masih rendah, kadangk urang memaham soal yang berbentuk cerita

    ReplyDelete
  3. Kalau adek molly malah seneng ama ipa dari masih sd. Dia suka karena ipa banyak praktek sains di sekolahnya. Makanya adek milih masuk jurusan teknik kimia yg banyak praktek

    ReplyDelete
  4. Pelajaran IPA jaman now MAKIN SYUSYAAHH 😁😁😁 benar² nih Mak.
    Klo nemani anak belajar, daku auto mumetttt

    ReplyDelete
  5. Yah belajar IPA kadang jadi momok tersendiri buat siswa tertentu. Padahal IPA juga menyenangkan wkwkwk. Kalau kita bisa enjoy mempelajarinya. Mungkin bisa dengan penggunaan media pembelajaran IPA yang lebih maksimal.

    ReplyDelete
  6. Wahh memang pembelajaran IPA jadi PR banget ya bagi guru? Atau bisa jadi tergantung cara guru menyampaikan materi pada peserta didik ya mbak. Semoga untuk tahun mendatang, proses pembelajaran lancar dan hasilnya lebih baik lagi

    ReplyDelete
  7. aku belajar IPA sukaa... kalau biologi hanya SMP aja karena di skul menengahku nggak ada biologi cuma fisika dan kimia. seru ketika eksperimen gitu mbaa. Perlunya metode untuk pencapaian materi IPA yaa. Cuma lebih suka kimia dibanding fisika pas SMK. Biologi padahal seru tapi di SMK ku nggak ada hihi. Iyaa aku setuju mba tugas guru yg utama..itu nggak boleh lupa, pun sbg ortu bekerja sama dgn guruuuu.

    ReplyDelete
  8. Sewaktu kecil dulu saya sangat penasaran dengan hewan, tumbuhan, langit, awan, hujan, bulan, bulan, matahari , dan berbagai fenomena alam. Begitu ada pelajaran IPA sedikit demi sedikit rasa penasaran terjawab sudah. Jadi sepertinya anak-anak memang butuh keterhubungan dengan dunia nyata sehingga rasa penasaran akan mengubahnya menjadi rasa suka.

    ReplyDelete
  9. Jadi ingat kalau Guru mapel IPA dulu beda-beda. Kimia, Biologi, Fisika, sendiri-sendiri. Gaya ngajarnya pun beda. Jadi aku pun hanya suka salah satunya, hahaha

    ReplyDelete
  10. Di sekolah dekat tempat saya tinggal, semua siswa hampir memiliki masalah yang serupa. Malan mungkin lebih parah. Tapi anehnya nilai mereka bagus bagus lho.
    Gurunya bilang kan udah dikasih KKM

    Jadi yg salah siapa?

    ReplyDelete
  11. Setuju banget sama kalimat ini: miskonsepsi IPA jauh lebih berbahaya daripada kekurangmampuan siswa dalam memahami konsep-konsep IPA.
    Kalai udah salah konsepnya, takutnya salahnya makin melebar ke mana-mana. Tugas bersama ya Mbak untuk mendapatkan output yang diinginkan.

    ReplyDelete
  12. Wah iya, ini pas banget untuk belajar anak anakku di rumah
    Makasih sudah sharing mu

    ReplyDelete
  13. Mata pelajaran IPA yang bikin mabok jaman sekolah dulu apalan biologii yg wowww banyaknyaa....
    Kalau fisika sukaa seneng kalau gurunya mudah dalam menjelaskannya tp kalau dpt guru yg membingungkan siap2 nilainya jeblok.

    ReplyDelete
  14. banyak juga ya permasalahan siswa dalam pembelajaran IPA, semoga setelah itu didapatkan solusi terbaik untuk permasalahan-permasalahn tersebut ya mbak

    ReplyDelete
  15. Aku jadi inget banget waktu dulu SMA belajar IPA tuh rasanya momok banget. Dan adanya laboratorium IPA ini seharusnya bisa meningkatkan rasa penasaran anak-anak dalam membuktikan teori dengan praktek.

    Ternyata gak semua sekolah dilengkapi dengan peralatan dan bahan IPA di laboratorium yang mumpuni. Semoga sekolah bisa menciptakan suasana belajar yang membangkitkan rasa curiousity anak terhadap pelajaran, terutama IPA.

    ReplyDelete
  16. Saya dulu termasuk murid yang susaaah banget memahami pelajaran IPA, Mba. Padahal saya rajin belajar loh. Setiap selesai sekolah, tidak pernah lupa untuk mengulang pelajaran di rumah. Jujur aja ya, cara menyampaikan pelajarannya memang tidak menarik. Sudahlah pelajarannya sulit, metode yang digunakan untuk rumus2 IPAnya bikin pening. Bisa jadi masukan bagi para guru untuk menemukan metode ajar yang fun dan mudah dipahami meskipun muatan pelajarannya sulit.

    Jadi deh akhirnya saya ambil cara termudah waktu itu, saat penjurusan pilih IPS saja yang dengan baca sekilas mudah dipahami. Saya berharap bisa dapet PMDK waktu itu, walaupun akhirnya ya tetap saja gagal karena nilai matematika saya kurang. :)

    ReplyDelete
  17. Wah iya mbak bisa jadi karena mungkin pembelajarannya kurang menarik. Kalau di sekolah anakku konsep IPA dikenalkan dengan langsung praktik gitu. Misal soal membeku, menguap, mencair dll anak2 diminta bikin proyek masak lalu mereka presentasi atau bikin video.
    Tugas guru kyknya emang makin besar dan berat tentu aja ya, gmn caranya bikin materi pembelajaran yang menarik sekaligus membuat anak2 menguasai pelajaran itu.
    Emang butuh guru yang gak males belajar terus-menerus yaaa. Siswa belajar, guru juga elajar hehe.

    ReplyDelete
  18. Terima Kasih sharingnya mbak. Saya juga dulu kesusahan memahami fisika. Kalau biologi jago karena hafalan. Nilai Danem biological malah 9 koma. Tapi fisika jelek.
    Entahlah kenapa fisika susah sekali ya

    ReplyDelete
  19. Bunda Akhirnya masalah pembelajaran IPA bisa dirumuskan ya..Dan setuju jika setiap masalah ada solusinya. Bapak ibu guru peserta PPG telah menemukan solusi dan merancang perangkat pembelajaran untuk dipraktikkan nanti saat PPL bahkan ketika mereka kembali ke sekolah masing-masing. Alhamdulillah

    ReplyDelete
  20. Lagipula IPA ini ilmunya luas banget. Ada Fisika, Kimia, Biologi. Kadang gurunya yang jurusan Biologi kurang mumpuni mau ngajarin fisika atau kimia. Jadi bisa miskonsepsi deh.

    ReplyDelete
  21. Aku bukan anak IPA apalagi fisika, huhuhu waktu sekolah SMP klo ketemu fisika aku benar-benar kayak ketemu hantu. Padahal klo mau memahami keren banget ilmunya

    ReplyDelete
  22. Ipa memang termasuk pelajaran yang sulit. Jadi perlu motivasi dari guru agar anak semangat mempelajari. Selain itu pendekatan ke siswa juga penting agar siswa dan guru dekat,, sehingga siswa tidak takut bertanya. Saluut dengan semangat para guru..

    ReplyDelete
  23. ah iya, anakku kurang di ipa mak jadi kalau ngajari itu sesuatu skrg :( padahal masih kelas 3 tapi kadang2 istilah2nya dia lupa huhu. sedih liatnya. tapi dicoba agar menarik ke anak gimana ya caranya

    ReplyDelete