Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang

Tuesday, June 16, 2020

Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang

Kompleks Perguruan Muhammadiyah

Terima kasih tak terhingga atas semua kenangan manis, masa-masa pembentukan jati diri, juga kesempatan belajar menjadi guru kepada bapak Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 3, Bilad Nau Razak.

Beliau yang terus memberi dukungan dan kepercayaan, bahwa saya bisa menjadi guru yang baik walau usia masih muda dan pengalaman belum ada.

Bagi beliau, seorang anak muda tak akan mungkin memiliki pengalaman jika tak diberi kesempatan membuat pengalamannya sendiri. Awesome!

Apa yang beliau berikan kepada saya dan beberapa teman guru muda lainnya saat itu, melebihi pemberian emas maupun berlian. Pengalaman.  


Sekilas Tentang  Organisasi Muhammadiyah

 

Muhammadiyah adalah organisasi yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Organisasi yang didirikan oleh Muhammad Darwis yang lebih dikenal dengan nama KH. Ahmad Dahlan ini didirikan pada  tanggal 18 Nopember 1912 M bertepatan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H.

 

Mengapa Dinamakan Muhammadiyah?

 

Secara bahasa, Muhammadiyah berarti pengikut Nabi Muhammad SAW, dinisbahkan dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW.  Menurut H. Djarmawi Hadikusuma, penisbahan tersebut mengandung pengertian bahwa, pendukung atau anggota organisasi Muhammadiyah ialah umat Muhammad SAW, selain karena berasaskan agama Islam yang berarti pengikut ajaran Nabi Muhammad SAW, juga pendukungnya diharapkan  dapat mencontoh, mengikuti, dan  meneladani Nabi Muhammad SAW.

Awalnya, KH Ahmad Dahlan memberikan pelajaran agama Islam dan pengetahuan umum kepada masyarakat sekitar di halaman rumahnya. Dari sanalah KH Ahmad Dahlan mendirikan “Sekolah Muhammadiyah” sekolah agama Islam pertama yang dilaksanakan di dalam sebuah gedung milik ayahnya pada tahun 1911.

Dikatakan sebagai sekolah agama Islam pertama yang diselenggarakan di dalam gedung, menggunakan meja dan kursi, karena pada masa itu, pelajaran agama Islam diselenggarakan di dalam surau-surau.

Selain itu, sekolah Muhammadiyah ini adalah sekolah Islam pertama yang menggabungkan pelajaran agama Islam dengan pelajaran umum, sesuatu yang baru saat itu. 

Muhammadiyah sudah berusia lebih dari satu abad.  Pada miladnya yang ke 107 tahun 2019, Muhammadiyah telah mendirikan 7651 sekolah dan madrasah dan 174 universitas, sekolah tinggi, akademi, dan institut.

 

Struktur Organisasi  Muhammadiyah

 

Struktur organisasi Muhammadiyah terdiri atas jaringan kelembagaan Muhammadiyah, pembantu pimpinan persyarikatan, lembaga-lembaga, dan organisasi otonom

Jenjang struktur Muhammadiyah tertinggi adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berfungsi mengkoordinir seluruh Pimpinan Muhammadiyah yang ada di Indonesia serta gerakan dakwah Islamiyah melalui berbagai bentuk aktivitas.

Susunannya adalah sebagai berikut.

  1. Pimpinan Pusat
  2. Pimpinan Daerah
  3. Pimpinan Cabang
  4. Pimpinan Ranting
  5. Jama’ah Muhammadiyah

Sedangkan lembaga-lembaga yang ada di organisasi Muhammadiyah terdiri atas delapan lembaga. Lembaga dibentuk demi melakukan penguatan ranting di mana ranting menjadi basis gerakan Muhammadiyah. Lembaga-lembaga tersebut terdiri atas:

  1. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
  2. Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan
  3. Lembaga Penelitian dan Pengembangan
  4. Lembaga Penanganan Bencana
  5. Lembaga Zakat Infaq dan Shodaqqoh
  6. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
  7. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
  8. Lembaga Hubungan dan Kerjasama International

 

Organisasi otonom Muhammadiyah yang selanjutnya disebut ortom Muhammadiyah dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang memiliki hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri, tentu saja dalam bimbingan dan pengawasan Persyarikatan Muhammadiyah.

Organisasi otonom tersebut terdiri atas 7 ortom yaitu Asyiyah, Nasiyatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Hizbul Wathan,Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Tapak Suci.

Ortom-Ortom Muhammadiyah

Saat ini Muhammadiyah telah memiliki banyak amal usaha, di mana amal-amal usaha itu dibawahi oleh majelis-majelis.  Setiap majelis memiliki tugas, fungsi, dan kerjanya masing-masing. Majelis-majelis itu adalah:

  1. Majelis Tarjih dan Tajdid
  2. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
  3. Majelis Tabligh
  4. Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan
  5. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
  6. Majelis Pendidikan Kader
  7. Majelis Pembina Kesehatan Umum
  8. Majelis Pelayanan Sosial
  9. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
  10. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
  11. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
  12. Majelis Lingkungan Hidup
  13. Majelis Pustaka dan Informasi

Majelis-majelis tersebut tergolong sebagai pembantu pimpinan persyarikatan.

 

 Kembali Ke Kompleks Kapoposang

 

Saya mengajar di salah satu amal usaha Muhammadiyah yang dibawahi oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah Cabang Bontoala di daerah Kota Makassar.

Sekolah itu berada di dalam Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang. Disebut Kapoposang karena kompleks perguruan itu berada di Jl. Kapoposang Makassar.

Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma III dan  berbekal pengalaman mengajar di desa ditambah gelar baru, Ahli Madya IPA, sayapun datang ke Kompleks Perguruan Muhammadiyah  Kapoposang, melamar jadi guru honorer lagi. Alhamdulillah saya diterima.

 

Guruku Rekan Kerjaku

 

Mengajar di sekolah tempat kita tamat dalam selang waku tak lama,  kadang dipertemukan dengan mantan guru. Walau sudah menjadi rekan kerja, tetapi tetaplah kita akan menjadi muridnya. Apakah ini merugikan saya?

Sebenarnya tidak. Namun, terkadang merasa sungkan, sering pula menelan keinginan berinovasi pada saat apa yang akan dilakukan itu bertentangan dengan kebiasaan para senior yang nota bene guru saya juga.

Suatu hari saya ingin melakukan pengamatan tentang populasi dan ekosistem  di lapangan, berhubung lapangan di sekolah itu berfungsi ganda, yaitu lapangan upacara, lapangan olah raga sekaligus sebagai  tempat murid bermain saat istirahat. maka rencana itu saya alihkan ke suatu tempat di luar sekolah.

Pulang dari sana, saya dinasihati  oleh guru-guru saya, perasaan saat itu bukan nasihat deh, lebih tepatnya ditegur dan dimarahi.

“Tidak boleh guru membawa muridnya rekreasi saat belajar, belum libur.”

Ya Allah, guruku tersayang, itu bukan kegiatan rekreasi.”

Saya malas mendebat mereka, jalan paling ringkas adalah saya minta maaf.

Bagaimana rasanya minta maaf atas perbuatan yang bukan merupakan kesalahan.

yah begitulah demi penghormatan kepada guru.


Bagaimana kisahku sebelum bergabung dengan guru-guruku? Baca kisahnya di sini 

 

Namun, saya patut bersyukur mendapatkan rekan kerja sekaligus mantan guru. Saya banyak belajar pengalaman hidup dari mereka. Saya banyak mendapatkan nasihat berharga yang bukan melulu soal belajar mengajar.

Bagaimana menjadi istri yang baik, mendidik anak yang baik, juga bagaimana mengelola keuangan yang baik.

Dari ibu Murniati, saya belajar kesabaran dan perjuangannya mengantarkan anak-anaknya menjadi anak yang berhasil, anak-anak yang saleh dan salihah dan sukses pula dalam pendidikan.

Dari ibu Sa’diah, saya belajar pengabdian tanpa pamrih kepada suami, juga belajar kesetiaan dan cinta sejati yang hanya dipisahkan oleh maut. Bagaimana seorang suami yang sangat menghargai dan menyayangi istrinya dan memperlakukan istrinya bagai ratu.

Dari ibu Sa’diyah pula saya belajar memanjakan suami dengan makanan, walaupun sampai saat ini saya belum menjadi tukang masak yang handal.

Dari ibu Hudaya Husain, saya belajar tentang semangat belajar yang tak pernah surut.

Pelajaran tentang menjalin hubungan manis dengan murid-murid saya dapatkan dari Pak Anas Kasim. Bagaimana cara mendekati murid tanpa perlu menjatuhkan harga diri dan murid merasa dekat tapi tetap hormat.

Terima kasih untuk bapak ibu guru kehidupan

 

Dipaksa Berhenti

 

Tahun 1997 saya hamil anak keempat,  bertepatan dengan berita akan adanya pergantian kepala sekolah, berhubung kepala sekolah yang sedang menjabat saat itu akan pensiun.

Rupanya proses pemilihan kepala sekolah dilaksanakan dengan pemilihan langsung oleh dewan guru dan unsur pimpinan Muhammadiyah.

Bagi warga Muhammadiyah, proses ini adalah biasa. Tapi bagi saya yang pernah  menyaksikan pergantian kepala sekolah di sekolah negeri, hal itu adalah sesuatu yang baru dan keren.

Ada dua orang guru yang sedang mengajukan diri sebagai calon kepala sekolah, keduanya adalah rekan mengajar saya tetapi salah satunya adalah guru saya. Mereka berdua adalah guru senior yang menurut pengamatan saya, mereka cukup berkompeten sebagai guru sedangkan dari segi lain, saya belum paham.

Secara samar saya melihat ada persaingan yang panas dari keduanya. Masing-masing mencoba merebut suara guru, tak terkecuali suara saya. Tapi saat itu saya sedang hamil anak keempat sehingga  jarang ke sekolah karena kelelahan mengurus tiga anak sekaligus harus tetap masuk mengajar di sekolah utama.

Entah bagaimana polanya, saya merasa, salah seorang kandidat itu berusaha menyingkirkan saya, mungkin karena melihat kedekatan emosional ke lawannya, yang nota bene beliau itu adalah guru saya.

Padahal  belum menjamin saya akan memilih guru saya dan tak memilih dia. Sayangnya, keadaan saya yang jarang masuk walaupun sudah meminta izin kepada kepala sekolah dimanfaatkan oleh beliau. Saya dipaksa berhenti, kata kasarnya saya diberhentikan.

Maka berakhirlah karier saya sebagai guru honor di sekolah kecintaan sebelum menyaksikan pemilihan kepala sekolah itu.

 

Bagaimana kisah selanjutnya?

Nantikan di postingan berikutnya ya.


Sumber Referensi: Muhammadiyah.or.id

36 comments

  1. Saya juga pengajar di almamater saya, sama posisinya dengan mbak, hanya saja saya di perguruan tinggi. Namun saat ini posisi saya sudah madya, katakanlah. Pada posisi ini baru bisa melihat jernih bagaimana kreasi pengajar muda yang out of the box tapi kurang bijaksana dan tidak mengerti birokrasi. Juga bagaimana senioritas yang patuh pakem sehingga aman bila diinspeksi tapi sangat kaku.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulah yang terjadi saat itu mbak. Senioritas yang kaku tapi aman

      Delete
  2. Seru banget ceritanya Mbak. Banyak pengalaman sebagai guru yg bisa disharing ya. Pasti akan menginspirasi semua.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insya Allah, karena saya bergelut di dunia pendidikan sebagai guru, maka hanya cerita itu yang bisa saya bagikan.

      Delete
  3. Cerita guru macam-macam banget ya. Kalau soal Muhammadiyah, dulu anak bos pernah sekolah di MI Muhammadiyah. Pengajarannya juga gak jauh beda. Guru-gurunya baik

    ReplyDelete
  4. Jadi penasaran dengan lanjutannya. Gregetan saya bacanya sampai dipaksa berhenti begitu

    ReplyDelete
  5. Aah... Endingnya bikin penasaran nih bunda! Pas lagi klimaks pula, Hahaha...

    Ternyata pengalamannya bunda Dawiah sebagai guru benar-benar luar biasa, penuh drama dan pasti gak bakal terlupakan seumur hidup.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setiap pengalaman pasti ada drama-dramanya kan ya... makanya drakor sukses menghipnotis penontonnya, ha-ha-ha

      Delete
  6. DUh mba, sampai diberhentikan begitu ya. Tapi skarang smoga makin sukses dan lancar ya. Anggap aja dulu itu kisah masa lalu yang bikin kita terpacu buat semangat

    ReplyDelete
  7. Kalau denger persaingan aku suka ngeri sendiri.

    Sampai diberhentikan gitu ya mba. Duuuh. Semoga mba sukses dan dilancarkan di tempat lain. Menantikan banget cerita selanjutnya.

    ReplyDelete
  8. Memang agak sulit menghadapi orang yang saklek ya Bunda tapi jadi pelajaran berharga untuk bersosialisasi dan komunikasi dengan orang lain..

    ReplyDelete
  9. Wah ternyata Muhammadiyah itu menjangkau sampai ke seluruh Indonesia ya Mbak. duh aku baru tau lho 😅

    Btw jadi guru honorer harus banyak sabarny ya Mbak. Semoga kesabaran itu berbuah manis di masa yang akan datang.

    ReplyDelete
  10. Boleh juga nih si mba, bikin pembaca geregetan, hehehe.
    Ditunggu kisah selanjutnya ya...
    Ntar DM aku aja, mba, biar bisa IW lagi.

    Tapi aku berharap, semoga happy ending!
    :)

    ReplyDelete
  11. Perguruan Muhammadiyah ini sudah banyak dimana-mana ya mbk. Wah, ngeri juga ya sampai main singkir-singkiran gitu..

    ReplyDelete
  12. Karena tidak suka bisa ya memberhentikan seorang tenaga pengajar? Penasaran gimana kelanjutan kisah sebagai guru honorer ini, menanti cerita selanjutnya ya mbak

    Muhamadiyah ternyata memiliki ratusan universitas ya, semua atas jerih payah KH Ahmad Dahlan dan segenap jajaran yayasan serta guru-guru dan pengurusnya

    ReplyDelete
  13. Baca sejarah Muhammadiyah aku pernah nonton film Sang Pencerah berkali-kali nontonnya..btw semangat terus ya mbak

    ReplyDelete
  14. Muhammadiyah memang ruang lingkupnya jadi luas ya mba. Di kampungku halamanku juga sudah ada universitasnya.
    Wah, udah kaya mau pilih calon presiden z ya sampai sengit persaingannya

    ReplyDelete
  15. Suka banget dengan postingan seperti ini, tentang si penulis blog yang menceritakan kisah dan perjalanan hidupnya. Tulisan yang jujur dan penuh sentuhan personal.

    ReplyDelete
  16. Disini.. Di segala aspek hampir selalu ada yg dinaungi oleh muhammadiyah. Termasuk lingkunganku sendiri. Hehe. Mcm2 jg kisahnya ya mba smpe diberhentikan gitu. Duh, penasaran crt lanjutannya.

    ReplyDelete
  17. PPengalamannya menarik bgt Bu Dawiah, kebetulan Bapak Mertua juga pengurus jadi sedikit banyak familiar dgn Muhammadiyah...lanjutkan ceritanya Bu, penasaran kok setelah dipaksa berhenti

    ReplyDelete
  18. Aku salah satu yng menjadikan muhammadiyah sebagai pedoman. Karena pasti menjadikan wadah besar begini pasti bnyak lika likunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, Muhammadiyah memang persyarikatan yang terbesar saat ini

      Delete
  19. organisai yang banyak tebar manfaat dan berkah. Anak gadisku sekolah di SD Muhammadiyah 24 Rawamangun mbaaa

    ReplyDelete
  20. Selalu ada konflik internal di manapun kita berada yaa, kak.
    Aku salut sama dedikasi kak Dawiah dan semua rekan guru. Semoga tidak ada lagi kesalah pahaman dan persaingan yang saling menjatuhkan.

    ReplyDelete
  21. WAh sayang sekali ya mba terpaksa berhenti mengajar, padahal mba suka sekali kan ya mengajar di sana. Jadi nungguin kelanjutan ceritanya nih mba.

    ReplyDelete
  22. Kadang ambisi personal merusak kinerja bersama ya mbak. Orang kayak gini ga cocok jadi leader

    ReplyDelete
  23. SMA-ku di Muhammadiyah mba Mar heheheh terus pas udah lulus 10an tahun kemudian malah ngajar ngeblog di sekolahku itu senenng. Tapi dengar ceritamu jadi penasaran kisah selanjutnya. Semangat mba, kisah masa lalu yang mengajarkan kesuksessan kini. smoga dimudahkan segala urusannya

    ReplyDelete
  24. Dua anakku bersekolah di SD Muhamadiyyah di Yogya, senang sama Muhammadiyah karena sistem belajar mengajarnya yang cocok sama keluargaku.
    Menunggu cerita selanjutnya nih mak :)

    ReplyDelete
  25. Dulu saat mau SD pengin sekolahin anak ke perguruan Muhammadiyah...Tapi berhubung adanya di Jaksel sementara saya di Jkabar dan jauh lokasinya, ga jadi akhirnya..
    Dan saya baru tahu dari cerita Bunda, proses pemilihan kepala sekolah dilaksanakan dengan pemilihan langsung oleh dewan guru dan unsur pimpinan Muhammadiyah ...menarik ceritanya Bunda

    ReplyDelete
  26. ga nyangka ya di Muhammadiyah ada juga yang non attitude ckckckk
    aku nungguin kisah selanjutnya, gatel pengan komen tapi .. nunggu eps selanjutnya dulu

    ReplyDelete
  27. ya Allah ikutan nyesek bacanya mbk bisa ya kejadian begini. Semoga tidak banyak kejadian ini akan terulang lagi ya

    ReplyDelete
  28. Suka duka mengajar ya, Bun. Ternyata saling sikut bukan hanya ada di dunia perkantoran tapi juga dunia mengajar. Di daerah saya, Muhammadiyah itu masuk sekolah bergengsi. Kalau di Bogor sini sepertinya nggak ada. Dinantikan cerita lanjutannya ya, Bun.

    ReplyDelete