Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang, Di sinilah Kisah Dimulai

Wednesday, June 17, 2020

Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang; Di  sinilah Kisah Dimulai

Kompleks Perguruan Muhammadiyah

Sungguh, tak  pernah sekalipun terbersit keinginan menjadi kepala sekolah. Menjadi guru sudah cukup dan  saya  bahagia menjalaninya. Namun, siapa yang bisa menolak takdir manakala Allah memberi amanah. 

Adalah Aminuddin Taraweh, Ketua Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Cabang Bontoala Makassar, beliau meminta saya menjadi kepala sekolah di Kompleks Perguruan Muhammadiyah, kompleks yang tak pernah saya lupakan.

Pucuk dicinta ulampun tiba, pepatah ini sangat pas saat itu.

Saat  saya sedang tak nyaman dengan situasi di sekolah tempat saya  mengabdi karena sesuatu dan lain hal maka saya berpikir, mungkin inilah kesempatan melepaskan diri dari situasi yang tak nyaman itu.  Sayapun menerima tawaran itu.

Ternyata penawaran itu tidak serta merta menjadi kenyataan. Masih banyak hal yang mesti Pak Aminuddin selesaikan sebelum melantik kepala sekolah baru demi menggantikan kepala sekolah lama.

Tak menjadi  soal, toh saya  juga sementara kuliah perdana yang mengharuskan saya mengikuti kuliah selama beberapa waktu tanpa jeda.

 

Pelantikan yang Berkesan

 

Beberapa bulan kemudian,  salah seorang pengurus Muhammadiyah Cabang Bontoala, bapak Syamsul Arif bersama Muh Faizal H datang ke rumah membawa undangan pelantikan.

Rupanya Surat Keputusan Majelis Dikdasmen telah terbit, saya resmi diberi amanah menjadi Kepala Sekolah di salah satu sekolah di dalam Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang.

Sayangnya pelantikan itu tanpa disertai serah terima jabatan seperti yang biasa saya saksikan sebelumnya. Kepala Sekolah lama tidak hadir, hanya  beberapa teman lama datang menghadiri prosesi itu.

Satu-satunya yang berkesan bagi saya adalah pesan dari Ketua Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Daerah Makassar, bapak Muh Tahir Fatwa, 

“Bapak melanjutkan pesan pendiri Muhammadiyah,  KH.  Ahmad Dahlan, hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”

Amanat KHA Dahlan


Oh yah, ada lagi yang berkesan, saya  dan beberapa teman ditraktir oleh bapak Ketua Umum Pimpinan  Muhammadiyah Cabang Bontoala periode itu, yaitu bapak Prof.Dr. Gagaring Pagalung. 

Biasanya yang dilantik yang mentraktir, tapi kali ini tidak,  justru saya yang dilantik dan saya pula yang ditraktir. Pasti karena beliau tahu, saya tak cukup modal untuk mentraktir teman, hi-hi-hi.

 

Sambutan Manis dari Mantan  Kepala Sekolah 

 

Saya  menyebutnya sebagai sambutan manis dari  yang seharusnya sudah menjadi mantan kepala sekolah.

Pagi itu saya datang ke sekolah dengan membawa SK Kepala Sekolah sebagai jaminan bahwa saya sudah mendapatkan amanah sebagai kepala sekolah yang baru. Kepala sekolah lama menyambut dengan sinis. 

Menurut beliau, proses pelantikan itu tidak fair. Harusnya beliau diberitahu. Banyak yang dikatakan tapi tak elok dituliskan. Kata-kata dan bahasa tubuhnya tergambar sangat nyata kalau beliau tidak ikhlas menyerahkan amanah itu kepada saya.

Setelah berdiskusi melalui telpon genggam dengan pak Aminuddin selaku Ketua Majelis Dikdasmen sekaligus sebagai penanggung jawab sekolah-sekolah yang berada di lingkup Muhammadiyah Cabang Bontoala, akhirnya disepakati bahwa  saya  akan masuk setelah semua pekerjaan urusan ijazah dan penamatan  dituntaskan oleh mantan Kepala Sekolah.

Walau sedikit dongkol tapi saya  menerima keputusan itu. Sudah puluhan tahun saya menjadi guru, beberapa kali menyaksikan penggantian kepala sekolah, tak pernah sekalipun saya  melihat keadaan saperti itu.

Biasanya jika SK Kepala Sekolah telah terbit apalagi sudah dilantik maka Kepala Sekolah lama otomatis melepaskan jabatannya, sepenting apapun pekerjaannya saat itu, toh kepala sekolah baru yang akan melanjutkan semua urusan terkait dengan sekolah.

Tapi saya berpikir mungkin memang begitulah kebiasaan yang ada di sekolah swasta, terutama  sekolah naungan organisasi Muhammadiyah, maka saya kembali menjalani aktivitas seperti biasa.

Saya kembali sibuk dengan kuliah di mana saat itu saya sedang melanjutkan pendidikan ke jenjang strata 2. Barangkali ini jalan yang diberikan oleh Allah, agar saya bisa fokus ke matrikulasi dulu baru kemudian memikirkan dan menjalankan amanah baru.

Oh yah, ada lagi satu kejadian yang tak bisa terlupakan sehubungan dengan  beliau, sang mantan Kepala Sekolah.

Setelah beberapa waktu lamanya, saya dihubungi oleh salah seorang guru untuk datang memimpin rapat. Menurut beliau, rapat dinas harus segera dijadwalkan demi menyambut tahun ajaran baru dan saya yang harus memimpin rapat  sebagai Kepala Sekolah yang telah resmi dilantik.

Maka terjadilah suasana yang tidak mengenakkan itu.

Saat saya datang untuk memenuhi usulan guru tersebut, rupanya beliau datang juga dan berkeras kalau ia yang harus memimpin rapat. Sebagian guru bingung tapi yang lainnya santai saja seakan sudah tahu kalau situasi seperti itu akan terjadi.

Saya  mengalah demi menghormati beliau sebagai rekan mengajar di masa lalu, sekalipun saya tak pernah lupa kalau beliau dulu yang memberhentikan saya di sekolah yang sama.

 

Kisahnya boleh dibaca di sini dan di sini.


Perlakuannya sungguh manis. Selama rapat itu berlangsung tak sekalipun badan dan matanya mengarah ke saya yang hadir dan duduk sebagai peserta rapat.

Sungguh kasihan melihatnya, sepanjang rapat ia memiringkan tubuhnya. Saya bisa merasakan  betapa pegal pinggangnya duduk miring seperti itu. Bahkan saat saya bicarapun sebagai peserta rapat, ia masih dalam posisi seperti itu

 

Keraguan Mulai Menyurutkan Semangat

 

Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kapoposang

      Berpose di lantai 3 Kompleks Kapoposang


Setelah kejadian itu, cukup lama saya merenung. Ada apa sebenarnya di balik sikap sang mantan Kepala Sekolah.  

Mengapa beliau begitu marah?  Kenapa sambutannya demikian sinis?

Padahal beliau itu bukan orang asing, kami sudah berteman sejak lama. Antara tahun 1993 hingga 1997, beliau adalah rekan mengajar di sekolah yang sama.

Apakah beliau masih mau memegang jabatan itu? Ataukah beliau diberhentikan secara tak hormat oleh pengurus Majelis Dikdasmen? Berbagai soal menganggu pikiran saya.

Jika memang beliau diberhentikan secara tak hormat, tak ada ucapan terima kasih, tak dihargai maka pantas saja beliau bersikap seperti itu. 

Mengabdi selama kurang lebih 15 tahun dan tak dianggap, pasti sangat sakit rasanya.

Ini pula yang menjadi poin pertama yang  saya simpan untuk saya jadikan tolok ukur  pada sepuluh tahun berikutnya. Sejak awal saya siapkan mental  untuk selalu siap manakala saya tak dipercaya lagi atau masa jabatan itu sudah berakhir.

Semangat saya  mulai kendur, rasanya saya tak pantas berada di tempat itu. Menggeser kedudukan orang yang lagi manis-manisnya di atas singgasana, sungguh tak elok.

Saya berniat mengundurkan diri. Tapi sebelum semua itu saya lakukan, keadaan di sekolah yang lama semakin tak menentu. Banyak hal yang tak sesuai dengan idealisme saya, penerimaan siswa baru yang penuh intrik dan permainan kotor. Ujian sekolah yang tak murni hasilnya, dan sebagainya

Akhirnya saya mencoba menyabarkan hati. Berharap terjadi perubahan di sekolah baru dengan niat tulus akan memperbaiki sistem pendidikan di lingkup terkecil.

 

Wakil Kepala Sekolah

 

Wakil kepala sekolah saat itu adalah seorang perempuan yang tidak asing lagi buat saya. Perempuan hitam manis itu adalah mantan murid saya  puluhan tahun silam, dia bisa juga disebut sebagai  teman dekat. Beberapa kali kami bekerja sama saat saya masih bersama aktif di organisasi IPM.  

Beliau diberi tanggung jawab sebagai wakil kepala sekolah  oleh sang mantan Kepala Sekolah. Saya berharap banyak kepadanya, karena saya tahu ia memiliki kompetensi yang baik, sikapnya tegas dan salah satu dari dua guru PNS di sekolah itu. Lainnya adalah guru honorer.

Namun, persangkaan saya  meleset. Beliau justru menolak saya  baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam. Kekecewaan itu membuatnya gelap mata. Janji mantan Kepala Sekolah  untuk mempromosikannya menggantikan beliau tidak berhasil.  

Kekecewaannya diperlihatkan dengan ketidak perduliannya dengan sekolah. Bahkan selentingan saya dengar kalau beliau sering mengamuk, marah-mara tidak jelas.

Entahlah, karena saya tak pernah menyaksikannya sendiri.

Obsesi berlebihan ditunggangi dengan ambisius dapat mengubah sifat seseorang. Yang dahulu lembut berubah menjadi keras bahkan kasar.

Sikap yang baik bisa berubah menjadi tak beradab.

Ini poin kedua yang saya tanamkan  dalam hati, saya tak mau memelihara sifat itu. 

Berjuang mendapatkan sesuatu atau berusaha sepenuh hati untuk mencapai cita-cita bukan berarti kita memelihara obsesi buta. Berobsesilah seperlunya dan tetap berpijak di atas realita agar kekecewaan tak membuat gelap mata.

Belajarlah menjadi ikhlas, memang sulit tapi bukan berarti tidak bisa. Semua ada jalannya, dan puncak dari semua usaha dan pengharapan adalah bermohonlah kepada Allah Swt, Sang Penentu Kebijakan tanpa cela.

Poin pertama dan kedua menjadi hal mutlak yang saya ukir dalam qalbu sembari berdoa.


“Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.”

                                          (HR. At-Tirmidzi no. 3522, Ahmad no. 302,315).

 

Bagaimana perjuangan saya di kompleks perguruan Muhammadiyah Kapoposang?

Nantikan kisah selanjutnya ya.

12 comments

  1. Menjadi pemimpin memang banyak tantangannya ya Bund, salahsatunya menghadapi berbagai karakter manusia, kadang ada yang kurang suka dengan kita (baik alasannya objektif maupun subjektif atau punya kepentingan khusus). Yang penting dimanapun berada, harus jadi diri kita versi terbaik. Semangat :)

    ReplyDelete
  2. Masyaallah. Barakallahu fik bun. Semoga bisa jadi pemimpin yang baik dan amanah. Ilmunya selalu menjadi manfaat. Aamiin Allahumma Aamiin ����

    ReplyDelete
  3. Subhanallah.. Banyak sekali ujian untuk mencapai posisi teratas yang jelas2 sudah merupakan hak kita ya bunda.

    Bahkan orang yang dulunya adalah sahabat bisa jadi memusuhi kita hanya karena jabatan.

    ReplyDelete
  4. Selalu ada pro dan kontra. Apalagi bersama dengan seseorang yang pernah bersinggungan dengan jabatan yang kini kita pegang. Bismillah. Semoga dipermudah dan dilancarkan ya bunda.

    ReplyDelete
  5. Baru di awal diangkat kepala sekolah saja sudah dapat tantangan seperti itu ya Bund. Heran pula saya dengan sikap mantan kepsek dan wakepsek pilihannya eh tapi seru juga menyimak kisah Bunda di kompleks perguruan Muhammadiyah Kapposang...

    Btw mengenai amanah KH Ahmad Dahlan "hidup2ilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah" itu juga melekat di ingatan saya sejak ikut IRM hingga IMM. Sayangnya sekarang udah nggak aktif lagi di Muhammadiyah *eh

    ReplyDelete
  6. Subhanallah, saya deg-degan membacanya, Kak. Kalaupun marah karena diberhentikan, atau alasan lain, apapun itu, mantan kepsek seharusnya bukan marah ke kita' kan kita'orang yang diamanahi ji juga.

    Tapi begitu mi manusia, dih.

    Pesan pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan, hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Ini juga dipesankan almarhum bapak mertuaku sama suamiku. Jadi sebenarnya dilarang sekali orang mencari kekayaan dari organisasi ya, Kak.

    ReplyDelete
  7. Saya dan suami menanamkan dalam diri kami, bahwa jabatan itu amanah dan titipan. Jadi yaa kalau udah engga menjabat ya sudah, selesai. Cuma bingung juga ya dng sikap pa Mantan. Apakah tidak menerima SK Pemberhentian terlebih dahulu. Kan KepSek Baru ada SK Pengangkatan. Ya wajar sih kalau baper, kalau tau-tau datang KepSek Baru bawa SK. Hehe...
    Saya dulu sampai sowan ke rumah mantan yg saya gantikan...halah...
    Walaupun beliau memang sudah habis masa jabatan. Tapi yaa gitu deh...

    ReplyDelete
  8. Masya Allah... saya membayangkan cerita yang penuh drama ini, bun. Jabatan dan penghormatan yang tidak sesuai harapan bisa membuat buta ya?

    Siap menunggu cerita selanjutnya bun

    ReplyDelete
  9. Ikhlas mudah dikatakan sulit dilakukan..
    Awal pejuangan yang sungguh berat ya Bunda. Meski di akhir berbuah manis. Masya Allah
    Memang semua ada jalannya, dan puncak dari semua usaha dan pengharapan adalah bermohon kepada Allah Yang Maha Kuasa

    ReplyDelete
  10. Rintangan selalu ada ya Bund, tapi semoga tidak menyurutkan niat baik Bunda Dawiah. Btw barakallah ya Bund, semoga berkah dan menajdi pemimpin yang amanah.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah selamat ya Mba Dawiah akhirnya dilantik jadi kepala sekolah walau tdk ada prosesi setah terima jabatan. Itu karena Kepala Sekolah yg lana tdk hadir. Semiga bs mengemban amanah ya mba. Slmat bertugas...

    ReplyDelete
  12. Tetap semangat dalam mengemban tugas. Bagaimanapun semua tak terlepas dari takdir Tuhan. Apapun pasti kita mampu mengatasinya. Termasuk dalam hal menjadi seorang pemimpin

    ReplyDelete