Saya termangu
membaca kertas tebal warna ungu itu. Di sana tertera nama orang yang lima tahun ini memproklamirkan dirinya sebagai kekasih
saya, Diaz.
Nama
Diaz tidak sendiri, namanya bersanding dengan nama perempuan lain. Bukan
nama saya.
Undangan
pesta pernikahan itu saya amati, tidak ada air mata hanya dada rasanya dipukul
godam. Sakit sekali.
Laki-laki
yang selama lima tahun ini menjadi orang yang paling dekat, telah menikahi perempuan
lain. Tanpa perasaan, mereka mengirimkan undangannya.
Perempuan
itu adalah teman masa kecil kami, saya dan Diaz.
Namanya
Alfiah. Kami berteman sejak kecil karena sekampung. Demikian pula Diaz. Kami
selalu belajar, bermain, dan berangkat ke sekolah bersama-sama. Tamat SMP,
Alfiah pindah ke daerah lain, tetapi hubungan kami tidak terputus. Telepon
adalah media kami berkomunikasi.
Sore
itu sepulang dari acara penamatan SMA, Diaz mengutarakan perasaannya. Ia menyukai
saya dan berniat menikahi saya setelah ia bekerja. Tanpa berpikir dua kali,
saya menerima cintanya, karena sejak kecil saya memang menyukainya.
Hampir
lima tahun kami menjalani masa-masa indah. Ke kampus bersama, walaupun kami
beda jurusan tetapi kampus kami sama. Hingga Diaz berhasil menyelesaikan
kuliahnya lebih cepat setahun dari saya.
Hanya tiga setengah tahun. Katanya, ia
ingin cepat-cepat bekerja lalu menikahi saya.
Saya
melambung bahagia.
Diaz
memang cerdas dan aktif dalam berbagai organisasi. Mungkin itu salah satu sebabnya
ia tidak lama menganggur dan diterima bekerja di salah satu perusahaan BUMN
Indonesia.
Enam
bulan bekerja di kota yang sama, kami masih sering bersama. Ia selalu
menyempatkan waktunya menemani dan membantu proses penyelesaian skripsi saya.
Saat
saya diwisuda, Diaz lebih sibuk dari
orangtua saya. Dia memilihkan salon terbaik agar saya bisa tampil paripurna. Ia
meminjam mobil kantornya untuk mengantar saya sekaligus mendampingi. Dia bukan
orang asing buat teman-teman dan keluarga saya. Karena hanya dia satu-satunya
laki-laki yang selalu ada dalam lingkungan keluarga selain saudara laki-laki dan
keluarga lainnya.
Suatu
hari Diaz salat magrib berjamaah di rumah saya. Ia diimami oleh bapak. Usai
salat dan berdoa, ia mendatangi bapak
dan pamit kepada Beliau karena esoknya
ia akan berangkat ke Bandung. Ia dipindahkan tugas di sana. Ia pamit sekaligus
berjanji akan datang melamar setelah enam bulan di sana.
“Saya
mau mencari rumah dulu di Bandung Pak, insya Allah enam bulan dari sekarang
saya akan datang melamar putri bapak.” Dengan takzim ia ucapkan janji itu.
Bapak mengangguk
seraya berkata. “Kalau kamu memang berjodoh dengan anak bapak, pasti akan
dimudahkan oleh Allah swt.”
Selama
enam bulan di Bandung, komunikasi kami tak pernah terputus. Ada jadwal
bertelepon yang telah kami sepakati. Dan ia tak sekalipun ingkar dari jadwal
itu.
Facebook Pembuka Tabir
Enam bulan
berhubungan jarak jauh cukup membuat jenuh. Facebook adalah media yang saya
jadikan tempat untuk mengatasi kejenuhan itu. Saya mencari teman-teman lama,
mengajaknya berteman, lalu bercengkrama. Saling memberi jempol dan saling komen
untuk setiap postingan.
Saya
juga mengajak Diaz untuk aktif di media sosial. Tetapi ia menolak, katanya ia
tak punya waktu untuk urusi itu. Pekerjaannya semakin banyak.
Sutu
ketika saat membuka facebook, sungguh kaget
melihat postingan foto yang ada di linimasa saya. Foto itu diposting oleh Alfiah,
teman masa kecil saya.
Dalam foto
itu ada Alfiah, dan tiga orang laki-laki. Salah satunya adalah Diaz.
Saya
langsung berkomentar di kolom komentarnya.
|
Fiah, kayaknya saya kenal cowok baju biru itu de, hehehe…|
Beberapa
saat kemudian, Fia membalas.
|
Ha..ha…ha…kenal di mana Neng?|
|
Siapa yah Namanya?| Kami berbalas candaan.
| Masa
lupa sih, dia Diaz. Teman masa kecil kita. Dia calon imamku loh|
Deg!
Saya
tidak membalas lagi komennya. Foto itu saya save dan langsung kirim ke Diaz
lewat whatsapp, ditambah kalimat, “tolong jelaskan.”
Diaz
membalas.
|
Sebentar sayang, lagi rapat. 15 menit lagi selesai |
Duh ya
Allah! 15 menit menunggu rasanya 15 bulan, lamaaa..
Saya
gelisah menanti penjelasannya. Bukan fotonya, toh di foto itu mereka berempat
dan posisi Alfiah dan Diaz tidak berdekatan. Tapi kata-kata Alfiah itu yang
bikin insting saya mengirimkan isyarat
waspada.
Akhirnya
komunikasi kami terhubung. Dengan bercanda Diaz menjelaskan, kalau Alfiah itu
hanya panas-panasin saya. Katanya, ia sengaja. Mau tes tingkat kecemburuan
saya.
Ternyata cemburu betul, hahaha…
Hati
saya kembali tenang. Saya minta maaf kepada Diaz juga kepada Alfiah karena
sempat curiga. Alfiah hanya menanggapi dengan mengirim emotikon senyum.
Peristiwa
itu terjadi 3 bulan lalu. Mungkin waktu itu mereka sudah menjalin kasih tetapi
belum berani mengakuinya. Sudah ada pengkhianatan dan mereka menyimpannya
dengan rapi.
Barangkali
Diaz masih ragu, siapa di antara kami yang paling ia cintai. Lalu akhirnya ia
mengambil keputusan. Keputusan yang menghantam dada dan merobek jantung saya.
Tepat enam
bulan setelah janji Diaz ke bapak, ia mengirimkan undangan pernikahannya. Ia
kabarkan kalau ia telah mengingkari janjinya.
Bapak
hanya terdiam saat saya memperlihatkan undangan itu. Matanya kuyu, ia tahu anak
perempuannya terluka tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Bapak hanya menghela napas seraya
berkata getir,
“ Diaz
bukan jodohmu Nak, Ikhlaskan.”
Mudah
sekali mengucapkan kata itu. Ikhlas, bukan jodoh, Allah sudah mengatur, bla…bla..bla..
Tapi
mereka tak tahu betapa sesaknya dada ini. Tak ada lagi air mata, karena mata
sudah pedis menahan tangis.
Sumber gambar: Pixabay.com |
Sahabat saya menceritakan semua duka laranya dengan mata basah.
Kadang air matanya
menderas, kadang bibirnya gemetar, sesekali tersenyum getir.
Saya
tak mau memberinya nasehat. Ia tidak butuh. Ia hanya perlu telinga untuk
mendengarkan cerita dukanya. Ia butuh didengar.
Walaupun saya
larut dengan kisahnya. Terkadang ikut menangis, kadang pula tersenyum getir mengikuti
alur ceritanya dan lebih banyak geram.
Marah kepada sosok Diaz.
Tapi apakah itu
membantu?
Saya
hanya mengajaknya ke masjid. Kami salat.
Usai
salat, saya mengajaknya duduk di pinggir Pantai Losari, memandangi laut sambal menunggu
terbenamnya matahari.
Saya tak tahu apa yang dipikirkannya dan saya tak mau mengusiknya.
Setidaknya ia tidak lagi menangis.
Sesekali
ia menghela nafas sambal berbisik lirih, astagfirullah
… La haula wala quwwata illa billah
Semoga
dengan melafalkan kalimat taibah itu, sesaknya bisa berkurang.
Kisah ini saya persembahkan kepada setiap hati yang luka akibat dikhianati.
Perempuan muslimah, yakinlah dengan ayat Al Qur'an!
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji,
dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan
perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang
baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). ....”
(QS: An-Nur ayat: 26)
Siapapun
yang mengkhianatimu, pasti bukan yang terbaik untukmu. Allah swt sudah menyediakan
pasangan yang baik buat kamu, hanya perlu memperbaiki dan meningkatkan akhlak
baikmu, agar jodoh terbaik juga yang akan datang membawamu ke pelaminan.
Wallahualam
Bissawab
Jlebb dengan penutupnya. Setuju pakai banget Bunda:
ReplyDeleteSiapapun yang mengkhianatimu, pasti bukan yang terbaik untukmu. Allah swt sudah menyediakan pasangan yang baik untukmu, kamu hanya perlu memperbaiki dan meningkatkan akhlak baikmu agar jodoh terbaik juga yang akan datang membawamu ke pelaminan.
Maka...move on wahai bagi sesiapa yang sedang dipatahkan hatinya. Masih ada dia yang terbaik yabg disiapkan-Nya untuk kita di luar sana :)
Yah harusnya kita tidak nyinyirin siapapun yang bernasib begitu ya Mbak. Cukup diam dan mendengarkan mereka, karena mereka butuh didengar. Terima kasih ya sudah mampir dan meninggalkan jejak.
DeleteYa ampuuun ceritanya kaya yang sekarang lagi hits aja, terinspirasi dari itukah Bun? #TMT... Hihiii...
ReplyDeleteBetul, tiba-tiba ingat sahabat saya Mbak. Nasibnya kurang lebih sama. Hiks
DeleteWah kisahnya mirip dengan yang kisah Syahrini yang sekarang hits itu. Berada di posisi teman yang dikhianati pacarnya tentu tidaklah mudah. Ikut mendoakan, semoga medapat jodoh yang terbaik.
ReplyDeletekalau bersabar dan memiliki akhlak yang baik akan menemukan jodoh yang terbaik ya, mbak :)
ReplyDeleteWah memang jodoh sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Sebagai manusia kita hanya mengikuti skenarionya dengan terus berdoa mohon petunjukNya. Nah, kalau bukan jodoh tidak bisa dipaksanakan apalagi kalau sampai sakit hati oh no...
ReplyDeleteSekarang temannya gimana mba? Semoga sudah atau segera menemukan cinta dan kebahagiaan baru yaa.. Rencana Allah selalu indah, kita cuma perlu menunggu waktunya :)
ReplyDeleteInsya Allah akan saya tuliskan juga nanti.
DeleteSedih ya ditinggal kawin. Tapi tidak apa apa memang belum jodoh. Nanti ada jodoh terbaik .
ReplyDeleteMove on daripada bengong .
Ketika ia patah hati Dia butuh telinga buat mendengar curhatan
Jadi inget Mbak Bulan aku mah, hehehe. Tapi emang fenomena kayak gini sebenarnya banyak di masyarakat kita. Temen saya banyak yang ngalamin. Syukur alhamdulillah saya nggak pernah jagain jodoh orang. Alias nggak punya pacar, wkwkwk
ReplyDeleteYaah emang banyak banget di sekitar kita, hanya mereka itu bukan seleb jadi nggak muncul di media sosial.
DeleteMaasyaAllah, memang benar mbak, saya pernah menemukan sahabat saya mengalami hal seperti ini, tapi saya hanya bisa berucap "bersyukurlah kau melihat sifat buruknya sebelum menikah" karena calon imanmu insyaAllah yang lebih baik dan bertanggung jawab:)
ReplyDeleteYang paling mengiris hati itu karena si lelaki sudah berjanji pada ayah si wanita yaa. Tega sekali melanggar janji, huhuhu sedihnya :(
ReplyDeleteBanyak kisah yang seperti ini, Mba. Sang kekasih yang telah berjanji akan menikahi, malah menikah dengan wanita lain karena jarak. Hubungan jarak jauh memang butuh komitmen dan kesetiaan berlipat karena godaannya besar :(
ReplyDeleteButuh telinga itu kapan saja, bukan perkara ditinggal menikah sih. Teman saya curhat karena suaminya selingkuh. Ya saya engga berani komentar, hanya mendengarkan. Saya komentar pun salah, malah dibilang ngompor-ngomporin. Semakin tua, ternyata ya suaminya kembali lagi ke teman saya. Yadwa gitu aja...Saya cuma ember...hehe...menampung keluh kesahnya.
ReplyDeleteSekali-sekali jadi ember itu ada juga baiknya ya Mbak, hitung-hitung cari pahala. Daripada kasi nasehat, belum tentu juga yang sedang berduka begitu mempan dengan nasehat.
Deleteya Allah, sedih ya kalau ada kejadian seperti ini yang menimpa teman terdekat.
ReplyDeletekesel juga sih sama yang namanya diaz itu --"
pasti sedih banget diposisi dikhianati :( tapi lebih baik tau dari sebelum menikah jadi tau kalau memang dia bukan jodoh kita :)
ReplyDeleteMasyaa allah betapa bagus dan pemilihan diksi nya juga tepat tetap semangat dalam menulis mbak
ReplyDeleteAlhamdulillah, semoga proses belajar saya bermakna ya mbak. Terima kasih
DeleteAllah Maha Tahu, Allhamdulillah ditunjukkan sebelum pernikahan jadi tahu dia bukan jodoh yang cocok. Ikhlas itu memang berat :)
ReplyDeleteIkhlas itu berat, tapi dengan bersandar pada Allah, insya Allah tak ada hal yg berat.. begitu bukan? TFS kisah ini mba, membuatku ingat utk terus bersandar hanya pada Allah semata..
ReplyDeleteWah, si Diaz hanya berjanji untuk melamar, ya? Masih belum ada ikatan, tuh. Peluang putus dan sakit hati masih terbuka, memang.
ReplyDeleteMove on. Insya Allah jika bukan jodoh, berarti itu yg terbaik menurut Allah Swt
Bund salam buatvtemannya, ya Allah bikin sedih certanya. Memang ya Perempuan keji untuk lelaki yang keji begitu sebaliknya
ReplyDeleteAlways believe in the Almighty. Allah SWT will always have the best scenario for each and everyone of us. It might not that easy but believe that it’s the best
ReplyDeleteJodoh itu memang rahasia Allah ya mba, sesuatu yang gak baik akan terbuka dengan sendirinya, beruntung dia belum menikah dengan laki2 seperti itu
ReplyDeleteAllah memberikan yang terbaik untuk sahabat Bunda. Dia tidak jadi menikah dengan lelaki yang tidak setia. Dari kisah itu, kita yakin jika perempuan baik pasti akan mendapakan lelaki yang baik pula.
ReplyDeleteSebagai tempat bercerita, kita memang tidak perlu banyak menanggapi, ya, Bun. Cukup jadi pendengar saja.
Wah, kisahnya bikin mata berkaca kaca. Kasihan banget ya, udah lima tahun akhirnya ditinggal kawin. Lebih baik jangan pacaran sebelum menikah jadi gak sakit hati haha
ReplyDeleteWahhh kyk cerita nyata yg lgi viral ya mbak. Baiknya bersyukur saja dan segera move on dan yakin bhw Diaz bkn jodohnya. ��
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletePenutupnya bagus mba, salut udah bisa bikin pembaca move on ini
ReplyDeleteYa Allah, sedih bgt.. Tapi bersyukur ya tahunya selingkuh sebelum menikah. Karena itu sifat yg sulit dihilangkan ��
ReplyDeleteYa Allah, ngenes banget denger ceritanya. Dulu aku pikir cerita seperti ini hanya fiksi, ternyata emang banyak terjadi ya. Semoga temennya kuat dan tabah ya, Mba, serta diberi pengganti imam yang terbaik oleh Allah SWT. Amiin :)
ReplyDeleteJika ada masalah, solatlah dan mengadu pada Allah. Di Mesjid dapat ketenangan alhamdulillah.
ReplyDeleteAyo segera move on
Pasti berpikir dunia bakal runtuh, nangis ngeraung raung. Tapi sebentar, toh dunia masih berputar meski diaz bukan jodohnya. Masih ada Allah tempat untuk berpasrah dan meminta perlindungan.
ReplyDeleteGemes yak sama diaz, tapi itulah jalan hidup seseorang yang bakal menjadi cerita
Semoga diberi ganti yang terbaik sama Allah. Jodoh memang benar2 rahasia Allah
ReplyDeleteBenar sekali mba, tak akan seseorang yang keji dipasangkan dengan orang baik. Jodoh terbaik sudah disiapkan Allah untuk wanita muslimah yang berniat memiliki pasangan yang baik pula.
ReplyDeletePada dasarnya Allah sudah menetapkan siapa siaap jodoh dr para HambaNya ya mba. Semoga jodoh yang Allah beri itulah yang baik utk kita semua. Salam buat Diaz. Hehehe
ReplyDeleteDuh sedihnya. Eh tapi mungkin itu takdir terbaik yang Allah berikan ya. Siapa tahu Allah sedang menyiapkan jodoh terbaik. Ya kan
ReplyDeleteDuh bacanya jadi agak falshback ke belakang hehe tapi yang jelas sih kalau di khianati lebih baik sudah tinggalkan karena itu tandanya bukan yang terbaik untuk kita.
ReplyDeleteBunda cerpennya mantaaap banget. Sukaaak. Saya larut membaca kisahnya yang entah berakhir tragis atau happy ending nih. Kenapa saya bilang happy ending ya karena bersyukur si tokoh aku ini tidak berjodoh dengan lelaki seperti Diaz. Tentunya akan jauh lebih menyakitkan bila sudah menikah baru kedapatan suaminya berkhianat. Untungnya ini cuma cerpen ya meski dalam kehidupan nyata banyak kejadian yang seperti ini. That's why aturan islam luar biasa sekali, melarang penganutnya menjalin hubungan kekasih sebelum halal karena ya seperti itu. Meski sydah bertahun-tahun pacaran tapi kalau bukan jodoh ya pasti nggak bakalan bersatu juga.
ReplyDeleteSemoga sahabatnya bisa mendapatkan jodoh terbaik, namanya belum jodoh mba. Sakit tentu tapi jauh lebih sakit jika Diaz itu menikahi sahabat mba namun ternyata selingkuh jua :(
ReplyDeleteharu banget. tapi Allah selalu kasih tunjuk yang terbaik untuk kita apalagi jika selalu ada orangtua yang mendoakan
ReplyDeleteJadi teringat guru honor di SD ibu saya yang batal menikah Mba, tapi insyaa Allah ada hikmahnya. Allah tunjukkan alasan kuat, dan akhirnya bersyukur tak jadi nikah.
ReplyDeletePasti berat ya ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi. Makanya kan, kayak pesan Mbak Bulan, jangan mencintai terlalu dalam. Cinta harus didasari oleh cinta pada-Nya juga.
ReplyDeleteKadang pelaku kejahatan itu orang dekat ya mbak, termasuk pelaku pengkhiatan ini, suka gemes sama orang yang kayak gini.
ReplyDeleteaku ikut sediiiih, bete dikhianati, eh tapi yaudahlah syukur FB karya Om Mark nunjukkin kalau Diaz main belakang. Thank you Mark!
ReplyDeletehuaaaa ini ceritanya kekinian deh Mak, kalau dihubungkan dengan yg sedang trending topic yaahh.. teman makan teman.
ReplyDeleteiisshh, Diaz itu kejam banget deeehh.. Alfiah juga.. huuuhh.
tapi janji Allah yang pasti, Perempuan yang baik hanya untuk lelaki yang baik begitupula sebaliknya, Aamiin :)
Kisah nyata atau cerpen ya ini? Saya ngalamin juga seperti yang dialami si tokoh ini. Alhamdulillah, penggantinya malah lebih baik hehe
ReplyDeleteItu sakitnya luar biasa, ditinggal nikah saja sudah sakit apalagi dikhianati dan sama teman sendiri.
ReplyDeleteSemoga hati2 yang saat ini bersedih diangkat rasa sedihnya dan diganti dengan kebahagiaan yang tepat. Aamiin.
Ya Allah, memang sedih banget kalau apa yang kita harap lebih malah gak memberikan sebuah kenyamanan sesuai harapan. Sabar ya, insya Allah ada jalan.
ReplyDeleteitu mi kak susahnya orang-orang. susah sekali mi cari orang yang mau mendengar sekarang. sanging orang mau ji bacocer :)
ReplyDeleteIni kata Bacocer lamanya baru bisa kupahami artinya, bertanyapa, sama siapa itu dulu di yang kasi tauka artinya hahaha....
DeleteSedih sekali membacanya. Kadang memang nda semua yang kita inginkan, bisa kita raih. Tapi kehilangan "pasangan" ini memang betul sesak.
ReplyDeleteI was there. But, i was in the other side position. Sama sedihnya :(
Bikin sakit dada di..
DeleteKak sedihnhyaa, nda bisaku :( I hate you Diaz huhu Semoga juntuk orang2 yg dikhianati diberikan ganti yang lebih baik
ReplyDeleteAaamiin. Saya juga berdoa, semoga Tari tidak mengalaminya. Sedih aku tuh...
DeleteTerhenyak ka baca ini tulisan. Sebuah perenungan bagi saya.
ReplyDeleteMEmang menyakitkan ya Kak . Tapi pada saatnya, indahnya kalau yang dikhianati berpikir bahwa lebih baik dia disakiti sebelum menikah daripada ketika sudah menikah :(
ReplyDeleteNah ini cucok. Kenapa juga terlalu dipikirkan, tapi bagaimanapun saat keadaan itu terjadi pasti ada luka di hati.
DeleteSaya membolak-balik category post ini. Saya penasaran apakah ini sebuah kisah nyata atau sebuah cerita fiksi. Kagumku sama tulisanta, menghanyutkan, sampai saya baca detail kata per kata.
ReplyDeleteSaya selalu percaya, apa yang terjadi itulah yang terbaik. Bahwa urusan jodoh bukanlah kita sebagai manusia yang memegangnya.
Betul sekali, jodoh adalah salah satu ketentuan yang ditetapkan Allah untuk setiap hamba-Nya.
DeleteSaya juga tidak tahu apakah ini bisa dikategorikan fiksi atau bukan, yang jelasnya kisah itu pernah dialami oleh teman saya namun sebagian saya fiksikan
Memang benar ya, kadang kita hanya butuh telinga dan bukan mulut. Dengan didengarkan saja, rasanya sudah tenang. Setidaknya setengah dari beban kita sudah terlepas.
ReplyDeleteKalau dibalas dengan perkataan, bisa saja malah menambah beban atau membuat luka baru.
Sedih sekali ceritanya kak, saya hampir menangis membacanya ((. Dan kok kisahnya mirip dengan kisahnya aku yah HIKSSSS
ReplyDeleteBetul betul yahh, jodoh tidak ada yg tau kapan dan dengan siapa, smua sdh jd suratan
ReplyDeleteKisah yang sangat menyedihkan Bunda..Lelaki macam apalah Si diaz ini..tega banget..apa pun , surah An-Anur Ayat 26 adalah jawabannya..Lelaki yang baik untuk perempun yng baik dan bgitu pula sbaliknya..Kalau jodoh pasti takkan kemana..mungkin ada laki-lakinyang terbaik dari diaz untuknya..
ReplyDeleteSedih sekali ceritanya kak. Biasanya yang begini yaa adanya hanya di tv saja, gak nyangka memang terjadi di dunia nyata.
ReplyDeleteEh tunggu dulu, ini kisah nyata atau bagaimana?