Bapakku yang Selalu Memberi Momen Bahagia

Sunday, February 25, 2018


Ditantang menulis dengan tema momen bahagia dalam hidup pastilah aku terima, karena aku lebih senang disuruh mengenang momen bahagia dibandingkan disuruh mengenang momen-momen yang menyedihkan.

Aku tidak mau!


Aku tidak mau mengingat apalagi terkenang-kenang dengan peristiwa yang menyedihkan, karena itu tidak penting lagi untuk dikenang.

Saat aku mulai menulis, maka tanpa disengaja   kenangan-kenangan itu berlompatan keluar dari otak kecilku. Diibaratkan otak itu sedang mengeluarkan cairan-cairan kental  merah dan membara. Melumer kemana-mana, memberikan sensasi kebahagiaan sehingga menarik bibirku membentuk satu lekukan manis. Aku tersenyum.

Sebenarnya banyak momen yang membahagiakan  di sepanjang hidupku yang telah mencapai setengah abad lebih empat tahun ini. Sehingga cukup sulit memilih, mana momen yang “paling” membahagiakan.

Seperti saat melihat ibuku tersenyum terharu menerima amplop gaji pertamaku sebagai guru.  Momen itu sungguh membahagiakan sekaligus membanggakan diriku. Demikian pula ketika melihat bapakku tertawa terkekeh-kekeh membaca surat cinta pertama yang kuterima dari seorang penggemarku, juga selalu terkenang dan membuatku tersenyum-senyum sendiri.

Setiap kali anak gadisku bercerita tentang teman-temannya dengan mata berbinar maka secara tidak langsung momen itu mengingatkan diriku sendiri ketika bercerita kepada almarhum bapakku. Beliau sangat senang mendengarkan aku bercerita tentang teman-temanku, terutama teman laki-laki yang selalu menyelipkan surat ke buku tulisku.

Pura-puranya dia pinjam utuk menyalin catatan padahal niatnya hanya ingin menyelipkan surat. Katanya surat tanda persahabatan tetapi isinya mengungkapkan kekagumannya kepadaku, mengutarakan perasaannya yang membuncah karena melihat senyumku yang manis. 
Setelah membacanya maka aku akan berputar-putar di depan cermin, senyum sendiri untuk memastikan apakah senyumku memang manis seperti yang dikatakan temanku itu.  Lalu bapakku akan datang menyentuh bahuku sambil berkata, “hanya laki-laki dungu yang tidak mau mengakui senyum manismu.” Ah bapakku memang begitu orangnya.



Kemudian bapakku akan berkata lagi, “tetapi sehebat-hebatnya pujian laki-laki kepadamu maka janganlah kau tergoda, karena laki-laki yang baik adalah laki-laki yang tidak mengumbar ucapannya kepadamu, melainkan menyimpannya dalam lubuk hatinya. Ia akan bekerja dengan giat untuk mengumpulkan uang panai kemudian dia  akan datang meminangmu.”
Hem, bapakku memang laki-laki paling romantis yang pernah aku kenal. Beliau selalu menyelipkan nasihat-nasihatnya dengan sangat halus dan santun. 
Itu hanya sebagian kecil momen bahagia dalam hidupku bersama bapakku.

Ketika aku ditugaskan menjadi guru di sebuah desa yang cukup terpencil. Sebuah desa yang terletak di kaki  gunung Bulusarung, maka laki-laki pertama yang datang mengunjungiku adalah bapakku. 
Beliau datang sendiri, memakai kemeja putih yang sangat bersih lengkap kopiah hitamnya. Beliau membawa kepiting dan beberapa buah mangga muda.
Saat aku menyambutnya, beliau berkata,” Dawiah, bapak beli kepiting karena ini yang paling gampang dimasak, cukup cuci dengan air hingga  bersih lalu tambahkan air dan garam terus dimasak.” Hehehe…bapakku sangat paham kalau anaknya yang manis ini belum pandai memasak.

Hari itu aku melihat bapak sangat gembira. Kami makan sambil bercerita, sekali-sekali bapak batuk karena terbahak mendengar ceritaku yang menulis resep memasak nasi.  “Aih.. masa masak nasi saja harus tulis resepnya.” Kata bapakku sambil tergelak-gelak.

Suatu hari, seorang teman datang berkunjung ke rumahku. Seorang laki-laki yang juga teman mengajarku. Dia datang sesaat setelah azan salat ashar dikumandangkan. Bapakku mengajak dia salat berjamaah. Bapak mempersilahkan laki-laki itu menjadi imamnya. Aku melihat keringat di dahi laki-laki itu keluar berbulir-bulir.

Setelah selesai salat berjamaah, bapakku bertanya kepada laki-laki itu, lebih tepatnya menginterogasinya. Di mana rumahnya, siapa orang tuanya, apa pekerjaannya, suku apa, dan sebagainya. Setelah acara interogasi selesai, bapakku memanggil aku lalu menyuruhku menyajihkan teh kepada temanku itu.

Kulihat dahi temanku semakin basah oleh keringat. Saat laki-laki itu pulang, di ujung tangga temanku berbisik, “untung tadi hanya salat ashar, bagaimana kalau salat magrib, pasti aku dikuliti bapakmu kalau tahu aku tidak terlalu fasih mengaji.” 
Hahaha…aku terbahak mendengarnya.

Setelah temanku itu pulang, bapakku berkata, “suruh laki-laki itu datang melamar!”

Ya Allah ya Rabbi, bapakku setuju dengan laki-laki yang berkeringat dingin itu. Laki-laki yang kini menjadi suami dan bapak dari anak-anakku kini.
Momen itu adalah salah satu momen bahagia yang mengawali perjalananku bersama suamiku.
Subhanallah!

Sungguh banyak momen bahagia dalam hidupku. Mungkin kalau setiap momen itu aku tulis maka bisa menjadi beratus-ratus halaman.

Yuhuii … tiba-tiba aku dapat ide. Momen-momen bahagia itu akan aku tulis seluruhnya hingga layak menjadi satu buku. 
Momen yang tidak membahagiakan tidak akan aku tulis, tidak perlulah kesusahan dan kesedihan itu kubagi, cukup aku saja yang tahu karena itu pasti berat. Belum tentu orang lain mampu memikulnya. Tidak ada juga gunanya setiap keterpurukan, kesedihan, musibah dan apapun itu dibagikan kepada orang lain.

Jadi aku akhiri saja tulisan ini, karena momen-momen bahagia itu tiba-tiba saja bermunculan untuk dikenang kembali.

Bismillah. Aku akan menulisnya.



16 comments

  1. Oh begitu rupanya awal mula lampu hijau dari Bapak untuk suami ya Bunda? kwkwkw, senengnyaaa..
    Subhanallah, Bapak Bunda sungguh sosok yang sayang dan dekat dengan putrinya yaa..
    Ditunggu tulisan momen bahagia lainnya ya Bunda..karena menebarkan bahagia membuat pembaca juga ikut merasa bahagia lho:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, memang itu tujuan bunda sayang. Yang buruk-buruk biarlah hilang ditelan waktu kita ingat yang baik-baik saja. Setuju?
      Betewe terima kasih yah sudah berkunjung.

      Delete
  2. Bunda salam kenal yaa :)
    aku senang banget bacanya, ikut merasakan kebahagian yang bunda rasakan :)
    ditunggu cerita bahagianya lagi yaa bunda :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga sayang. Semoga kita selalu diberi kebahagiaan yah. Terima kasih sudah berkunjung.

      Delete
  3. Bunda Dawiaaah.. Keren bisa jadi buku keren dari tulisan bahagia. Saya harus meniru nich, saya malah ces pleng kalo menulis kisah sedih hihii.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyah nih kalau nulis kisah-kisah sedih kitanya bisa baper terus hihihi..kalau nulis kisah bahagia kan yang baca bisa ikutan bahagia. Terima kasih sayang sudah berkunjung.

      Delete
  4. Kenangan akan bapak memang menyenangkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap, selalu menyenangkan. Terima kasih yah sudah berkunjung dan meninggalkan jejak.

      Delete
  5. Ga salah deh ya mba, ada ungkapan yg bilang "ayah adalah cinta pertama anak perempuannya". Kalo ayahnya so sweet kyk gini gimana ga jadi idola ya kaaan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali sayang. Bapakku itu adalah cinta pertamaku, untungnya suamiku juga rada-rada mirip tuh sifatnya sama beliau. Terima kasih yah sudah berkunjung

      Delete
  6. Mengenang monent yang indah terkadang bisa menaikkan mood kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali, momen indah bisa menjadi penghibur jiwa. Terima kasih ya..

      Delete
  7. Senangnya ya...bisa menuliskan hal-hal yang membuat kita bahagia. Katanya bisa membuat mood kita jadi lebih baik.
    Senangnya punya bapak yang romantis,ya, Mbak....jadi bisa dikenang terus.

    ReplyDelete
  8. Masya Allah, mesra ta' dengan bapak ta', Kak. Sukaku baca.

    Demikian pula ketika melihat bapakku tertawa terkekeh-kekeh membaca surat cinta pertama yang kuterima dari seorang penggemarku
    --> biasanya bapak-bapak marah-marah lho. Tapi bapak ta' malah terkekeh-kekeh :D.
    Masya Allah. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iye, sebenarnya tujuannya itu untuk mengetahui aktivitas anaknya. Saya baru sadar setelah saya dewasa. Begitu cara beliau menghalangi saya pacaran. Jadi setiap surat yang saya terima beliau baca lalu akan dikomentari macam-macam, dan lucunya komen-komennya tidak pernah baik. Ada-ada saja kekurangannya. Jangan menunggu akan didukung, kecuali si dia yang sekarang sudah menjadi suami saya, karena dia hadir di saat saya sudah mulai dewasa. Terima kasih ya dinda sudah berkunjung.

      Delete
  9. Ceritanya menggugah sekali mbak, sweet banget Bapak :')

    ReplyDelete